|

Roostin Ilyas : Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Mampu Melindungi Anak Dalam Masa Pandemi

Foto : Roostin Ilyas. 
Media Nasional Obor Keadilan | Jakarta - Rabu (10/6-2020), PSBB (pembatasan sosial berskala besar) ia telah dilonggarkan,
namun perlu dicermati itu bukan berlaku kepada anak-anak kita, akan tetapi untuk perekonomian yang memang harus berputar.

"Pada siaran pers bunda Roostin Ilyas menegaskan, terutama bagi para ibu sebagai tiang keluarga tetaplah lindungi anak-anak dirumah terapkan pola hidup sehat."

Lebih jauh Roostien Ilyas atau akrab disapa bunda Roostin menyampaikan; memang tahun ajaran baru akan di mulai segera, namun bukan berarti sekolah juga sudah bisa dibuka dan memperbolehkan anak didik masuk sekolah, itu akan sangat beresiko tandas bunda Roostin ke media ini, kita berkaca pada peristiwa di Korea selatan yang sudah berani mengaktifkan kembali sekolah bahkan dengan menjalankan protokol kesehatan yang sangat ketat alhasil negara tersebut harus gagal total dan kembali me'lock down sekolah negaranya, karena covid 19 menyerang anak kecil yang baru beberapa hari masuk sekolah terangnya.

Di Indonesia yang tingkat kedisiplinannya sangat kurang, kondisi ini kegiatan sekolah memang harus masih dari rumah, dan saya rasa gak ada satu orangpun yang akan membiarkan anak-anaknya berada di tempat yang masih belum jelas situasi tingkat keamanan bagi kesehatan.

Menurut ketua IDAI saat pandemi Covid 19 di tahun 2020 sekarang ini Indonesia paling tinggi angka kematian anak di dunia.
Dilansir Tempo. com. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menelusuri dan menghitung secara mandiri data COVID-19 pada anak Indonesia mencatat ada setidaknya 3.324 anak yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) sampai 18 Mei yang lalu.
Dari jumlah itu, IDAI juga menemukan sebanyak 129 anak yang berstatus PDP meninggal dunia, sementara jumlah anak yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 berjumlah 584 anak.

14 anak diantaranya meninggal dunia dengan status positif virus corona.
Namun saat dihubungi ABC pada Selasa (02/06), Ketua Umum IDAI, dr Aman B Pulungan mengatakan, jumlah kematian anak pasien COVID-19 di Indonesia per 1 Juni 2020 menurut catatan IDAI telah naik menjadi 26 orang.

Angka kematian anak yang diduga terkait virus corona juga meningkat, setidaknya ada 160 anak yang dinyatakan meninggal dunia dengan status PDP.

"Temuan ini menunjukkan bahwa angka anak yang sakit dan kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia tinggi dan membuktikan bahwa tidak benar kelompok usia anak tidak rentan terhadap COVID-19 atau hanya akan menderita sakit ringan saja."

"Tidak pernah ada dokter anak yang mengatakan anak tidak rentan atau COVID-19 tidak berakibat fatal pada anak, jadi berarti ada ignorance dan unawareness pada kesehatan anak Indonesia selama ini," ujar dr Aman B Pulungan kepada Hellena Souisa dari ABC News di Melbourne.
"Mungkin selama ini yang dilihat adalah data di dunia yang sistem kesehatannya bagus."

Tidak hanya itu, IDAI juga mengatakan angka tersebut menunjukkan tingkat kematian anak akibat COVID-19 yang paling tinggi di antara negara-negara di Kawasan Asia Tenggara.

Saat ini Raport kesehatan anak-anak indonesia memang kurang baik.
Sementara di tahun 2030 Anak merupakan populasi prioritas yang harus di lindungi di dunia.

Indonesia dengan 34 propinsi dan 17 ribu pulau. Bukanlah hal yang mudah untuk menanganinya di bidang apapun.
Saya sangat setuju dengan pendapat dari IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA.
Untuk sekolah dari rumah. Tapi dibalik rasa setuju tersebut saya tetap memohon agar kualitas pendidikan harus tidak boleh menurun.

Bahkan harus meningkat,

Disini harus ada sebuah terobosan,

Bagaimana menjadikan ibu rumah tangga untuk sekaligus menjadi guru harus ada pelatihan singkat (short course) berkala untuk para orang tua ( dalam hal ini siapa yang akan mendampingi anaknya belajar ).

Yang ke dua begitu juga untuk guru kunjung di daerah-daerah mengunjungi keluarga yang tidak punya HP, jadi guru kunjung harus berkeliling desa dari rumah ke rumah, Jadi sudah seharusnya guru-guru kunjung diperhatikan kesejahteraannya.

 Yang ke 3 masalah bantuan sosial pemerintah juga hendaknya semua sampai pada yang berhak tanpa kecuali. Meskipun masyarakat sudah bisa mengakses di internet apakah dia mendapatkan bagian bansos dari pemerintah atau tidak. Tapi cuma sedikit yang tahu dan mengerti akan adanya akses tersebut. Maka di sinilah pentingnya peran ujung tombak pemerintahan yaitu Lurah, RW, RT, mereka wajib dan harus mampu menjelaskan kebijakan pemerintah memakai bahasa rakyat, bukan dengan bahasa birokrasi.

Sebagai ujung tombak,

Mereka wajib memengertikan rakyat tentang kebijakan pemerintah, itu juga tugas utama mereka, Kalau semua rakyat sudah tahu dan mengerti maka mereka wajib patuh pada aturan pemerintah.

Hukum harus betul-betul ditegakkan, jangan hangat tai ayam, Apalagi munculnya penjahat yang bermain-main dengan memanipulasi, alat kesehatan dan obat-obatan. Harus di tindak tegas.
Saya yakin Indonesia akan mampu melewati pendemi covid19 dengan kemenangan secara utuh. Tutup Bunda Roostien. 

Editor Berita : Yuni shara
Penanggung Jawab Berita : Obor Panjaitan
Komentar

Berita Terkini