Oleh Kisman Latumakulita | Wartawan Senior FNN
PRESIDEN Prabowo memang hebat dan top makotop. Presiden yang suka mengirim pesan-pesan khusus dan sayang kepada para konglomerat dan oligarki. Pesan itu melalui kebijakan dan tindakan nyata. Misalnya, belum lama ini Presiden Prabowo kirim pesan yang terbilang yang serius kepada pemilik perumahan Pantai Indah Kapuk (PIK) 1 dan PIK 2 Sugianto Kusuma alias Aguan dan Anthony Salim.
Pesannya itu, Presiden Prabowo memerintahkan TNI Angkatan Laut segera membongkar pagar laut di proyek pantai utara Kabupaten Tangerang sepanjang 30 kilometer lebih milik PIK 2. Padahal, pagar yang terbuat dari bambu itu sebenarnya bisa saja dibongkar oleh Syahbandar, KPLP (Kesatuan Penjaga Laut dan Pantai) Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan dibantu Dinas atau Kementerian Pekerjaan Umum.
Dinas atau Kementerian Pekerjaan Umum punya keahlian untuk pekerjaan seperti ini. Faktanya, Presiden Prabowo merasa penting untuk memerintahkan TNI Angkatan Laut untuk membongkar pagar laut. Kalau sudah begini, pastinya bukan hanya pesan yang biasa-biasa saja. Patut diduga, mungkin ada pesan sangat khusus yang dikirimkan Presiden Prabowo kepada Aguan dan Anthony Salim.
Sekarang pesan yang hampir sama juga dikirimkan Presiden Prabowo kepada pemain utama yang diduga mafia minyak nomor satu di Indonesia, Muhammad Reza Chalid. Mungkin isi pesannya itu begini: “Jangan coba-coba bermain-main dengan pemerintahan Prabowo. Pemerintah sekarang ini sedang berjuang keras melepaskan rakyat Indonesia dari kemiskinan dan keterbelakangan.
Mungkin saja harta dan rezeki yang diberikan negara kepada para konglomerat dan oligarki sudah lebih dari cukup. Bahkan, mungkin malah sudah muntah. Sampai dengan sembilan keturunan sekalipun, harta mereka tidak bakal habis-habisnya. Untuk itu, sebaiknya ikut serta membantu pemerintah. Namun, kalau tidak mau ikut membantu pemerintah, ya sebaiknya jangan bikin gaduh. Jangan rampok dan maling uang negara.
Kalau yang sudah terlanjur merampok atau maling uang rakyat, dihimbau untuk bisa dikembalikan dengan baik-baik. Bersedia untuk mengembalikan karena kesadaran sendiri. Bisa lewat pintu depan. Namun bisa juga lewat pintu belakang atau samping. Semua pintu bisa dilewati untuk yang sudah terlanjur merampok uang rakyat. Asal saja jangan pernah terlintas sedikit pun untuk berpikir seakan-akan Presiden Prabowo tak paham atau tidak mengetahui perilaku kalian. Sudah lama, kok, jadi orang Indonesia.Kalau beranggapan Pak Prabowo tidak mengetahui perilaku konglomerat dan oligarki yang merampok uang rakyat, jelas itu salah besar. Anggapan itu dampaknya bisa bikin celaka. Paling tidak, urusan bisa panjang karena tidak peduli dengan penderitaan rakyat. Tidak mau ikut prihatin dengan kesusahan rakyat. Nasib kalian, konglomerat dan oligarki, bisa sama atau mirip-mirip dengan Muhammad Reza Chalid dan Aguan.
Awal puasa Ramadan tahun 2025 kali ini lain dari biasanya. Publik Indonesia, bahkan mungkin juga dunia, dibuat terkaget-kaget atau terheran-heran oleh jajaran Kejaksaan Agung. Muhammad Kerry Adrianto Riza, anak Muhammad Riza Chalid, diciduk, lalu berikutnya ditetapkan sebagai tersangka. Kerry ditetapkan sebagai tersangka karena menjadi pelaku korupsi oplosan minyak pertalite RON 90 menjadi Pertamax RON 92.
Nilai korupsinya tidak tanggung-tanggung. Sangat fantastis dan jumbo. Menurut keterangan resmi dari Kejaksaan Agung, nilainya mencapai Rp 193,7 triliun. Hampir saja mendekati Rp 200 triliun. Mungkin nilai terbesar kedua setelah kasus korupsi timah dengan nilai Rp 300 triliun. Korupsi timah ini yang menyeret Harvey Moes yang telah divonis 20 tahun penjara oleh Pengadilan Tinggi Jakarta.
Untuk kasus oplosan minyak Pertamax RON 92 ini, Muhammad Kerry Adrianto Riza tidak sendirian. Skandal yang terjadi di tahun 2023 tersebut melibatkan direksi dari dua anak perusahaan PT. Pertamina Holding, yaitu PT. Patra Niaga dan PT. Pertamina Internasional Seving. Nilai korupsi sebesar Rp 193,7 triliun itu belum termasuk yang terjadi pada tahun-tahun sebelum 2023 atau kejadian tahun 2024 kemarin.
Keberanian Kejaksaan Agung menetapkan Kerry sebagai tersangka patut diberi pujian jempol dua jari. Kejaksaan dan Presiden Prabowo telah menabrak kesaktian Muhammad Reza Chalid, yang disapa dengan sebutan MOHRE atau MRC sejak puluhan tahun silam. Sejak 30 tahun lebih, MOHRE terkenal sakti di dunia perminyakan Indonesia. Kesaktian yang sama sekali tidak tergoyahkan sejak Orde Baru berkuasa.
Sejak Orde Baru, tidak ada Presiden Indonesia yang mampu atau berani untuk memberi status tersangka kepada MOHRE atau anak dan keluarganya. Pada masa Orde Baru itulah, MOHRE begitu digdaya, sakti, dan berkuasa. Diduga MOHRE menguasai hampir semua kegiatan lini bisnis anak perusahaan PT. Pertamina yang berkedudukan di Singapura, PT. Pertamina Energi Trading Limited, atau yang biasa disebut PT. PETRAL.
PT. PETRAL ini anak perusahaan PT. Pertamina Holding yang dibentuk dengan tugas khusus. Tugasnya mencari minyak murah yang berkualitas untuk dibawa masuk ke Indonesia. Sayangnya, tugas mencari minyak murah ini konon tidak pernah terealisasi. Justru yang terjadi malah sebaliknya. Minyak mahal dengan kualitas buruk yang berhasil dibawa PT. PETRAL masuk ke Indonesia. Tragis memang nasib negeri ini.
Walaupun sudah menjadi tokoh sentral dunia perminyakan Indonesia sejak Orde Baru, namun MOHRE belum paham cara merampok uang rakyat dari oplosan atau blending minyak RON 90. Dunia perminyakan juga belum paham dan mengenal istilah oplosan atau blending minyak. Sebutan oplosan atau blending minyak ini baru mulai dikenalkan di awal tahun 2020 silam. Sejak para mafia batu bara mulai ikutan cawe-cawe di dunia perminyakan Indonesia.
Para mafia batu bara terbiasa mengoplos batu bara kalori rendah dengan batu bara kalori tinggi. Langkah untuk menghindari pembayaran pajak dan royalti batu bara kepada pemerintah. Akibatnya, batu bara yang diekspor harganya di bawah U$ 70 per metrik ton. Kalau batu bara berkalori tinggi, maka harganya di atas U$ 70 per metrik ton. Sedangkan kalau di bawah U$ 70 per metrik ton, maka para mafia batu bara bebas dari pembayaran pajak dan royalti. Hebat, kan?
Sekarang para mafia oplosan batu bara ini masuk mengatur perminyakan. Diduga para mafia batu bara ini kiprahnya didukung penuh oleh Menteri BUMN Erick Thohir. Akibatnya, mereka diduga ikut cawe-cawe mengatur dan merekayasa oplosan minyak pertalite RON 90 menjadi Pertamax RON 92. Kalau bukan karena temuan Kejaksaan Agung, maka peredaran Pertamax RON 92 oplosan masih beredar sampai hari ini. Luar biasa kekuatan mereka.
Mau lihat buktinya lagi? Bukti itu sejak adanya proyek gasifikasi batu bara yang ditangani oleh PT. Pertamina, dengan nilai Rp 210 triliun. Fakta ini sebagai gambaran tentang kuatnya cengkeraman mafia oplosan atau blending di dalam tubuh Pertamina. Mereka berasal dari pemain dan mafia batu bara negeri ini.
Belakangan ini beredar video di laman media sosial TikTok tentang keterlibatan tokoh-tokoh utama di balik skandal korupsi oplosan minyak Pertamax RON 92 senilai Rp 193,7 triliun tersebut. Cerita di video TikTok ini semakin meyakinkan publik tentang peran dan keterlibatan para pemain batu bara di balik kasus yang menghebohkan dan meramaikan
suasana puasa Ramadan. (bersambung).