|

Peranan Bimbingan Penyuluhan Islam Dalam Mengatasi Kesehatan Mental Pada Anak Yatim

Oleh: Dahrina Muliyani Harahap

Media Nasional Obor Keadilan| Sabtu (8/08-2020),
Bimbingan penyuluhan Islam tentunya mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, tidak hanya dari segi lahiriyah saja, melainkan juga dari segi batiniyah, dan juga mental spiritual. Bagaimana ya peran Penyuluh untuk mengatasi Kesehatan Mental pada Anak Yatim? Nah pada kesempatan kali ini kita akan membahas bersama-sama mengenai peranan Bimbingan dan Penyuluhan Islam dalam mengatasi Kesehatan Mental Anak Yatim.

Bimbingan membantu kita untuk menjadi manusia yang berguna dalam kehidupan, yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, penyesuaian, dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungan kita. Manusia seperti ini adalah manusia yang mandiri yang memiliki kemampuan untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya secara tepat dan objektif, dan juga menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, mampu mengambil keputusan secara tepat dan bijaksana, mengarahkan diri sendiri sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu, serta akhirnya mampu mewujudkan diri sendiri secara optimal.

Jadi bimbingan penyuluhan Islam memiliki fungsi dan tujuan untuk memantapkan pemahaman agama bagi masyarakat, dalam kehidupan berkelompok sehingga dapat membentuk budaya yang berintikan agama Islam bertujuan sebagai subjek dakwah. Dengan demikian bimbingan penyuluhan Islam dimaksudkan untuk membina daya manusia sehingga melahirkan orang-orang sehat jiwa dan raga, takwa kepada Allah Swt, luhur budi pekertinya, mencintai bangsa dan sesama manusia. Menghayati hak dan kewajiban selaku warga dan anggota masyarakat, serta memiliki kemampuan dan tanggung jawab sosial untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional dan pembangunan agama Islam.

Anak-anak yatim memiliki kondisi psikis yang berbeda dengan seperti anak-anak lainnya yang masih memiliki orang tua lengkap. Akan tetapi mereka masih senang bermain, bergurau, dan ceria dalam banyak harinya. Hanya saja pada titik tertentu mereka tidak memperoleh kasih sayang seorang ayah atau seorang ibu. Mereka tidak mendapati adanya pelindung dan tempat mengadu jika ada masalah dengan teman-temannya (Supandi, 2008: 27).

Agar anak yatim tumbuh normal sebagaimana layaknya anak-anak pada umumnya, hak-hak mereka harus ditunaikan sejak mulai keyatimannya. Adapun hak-hak yang patut mereka peroleh antara lain adalah hak mendapatkan kasih sayang dan perlakuan baik, hak mendapatkan makanan, minuman dan pakaian, hak bertempat tinggal, hak memperoleh pendidikan, dan hak terjaga harta bendanya (Supandi, 2008: 43).

Masa keyatiman anak akan berakhir secara alami setelah mencapai usia baligh. Baligh artinya genap menginjak usia lima belas tahun, sama saja antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal itu, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hanya saja laki-laki ditandai dengan “mimpi basah”, sementara perempuan ditandai dengan haid. Jika kedua hal itu mereka alami sebelum menginjak usia lima belas tahun, maka saat itu mereka sudah dianggap baligh (Al-farran, 2008: 21)

Pertumbuhan atau perkembangan mental seorang anak dapat dianggap sebagai suatu proses belajar yang cukup lama dengan melalui peniruan atas segala sesuatu yang dapat dilihat anak dan penolakan anak terhadap hal tersebut. Status yatim yang disandang oleh seorang anak membawa dampak tidak baik terhadap kondisi kesehatan mentalnya. Pasalnya ketika seorang anak mengalami peristiwa yang menyebabkan kesedihan, kedukaan, sesak, tekanan psikologis, dan turunnya semangat hidup, maka yang demikian itu membuat anak-anak tersebut jadi mangalami keresahan jiwa, depresi, dan melihat hidup dengan perspektif negatif dan pesimis
William James dalam (Ancok, 1994: 95) mengatakan bahwa terapi terbaik keresahan jiwa adalah keimanan kepada Tuhan.

 Keimanan kepada Tuhan adalah salah satu kekuatan yang harus dipenuhi untuk membimbing seseorang dalam hidup ini. Antara manusia dan Tuhan terdapat ikatan yang tidak terputus, apabila manusia menundukkan diri di bawah pengarahan-Nya, cita-cita dan keinginan manusia akan tercapai. Manusia yang benar-benar religius akan terlindung dari keresahan, terjaga keseimbangannya, dan selalu siap untuk menghadapi segala mala petaka yang terjadi.

Ajaran Islam membantu orang dalam menumbuhkan dan membina pribadinya, yakni melalui penghayatan nilai-nilai ketaqwaan dan keteladanan yang diberikan Muhammad SAW. Agama Islam sebagai agama pembawa rahmat, membimbing manusia dengan ajaran rahmat-Nya yang mencakup segala aspek kehidupan manusia. Diantaranya adalah ajaran yang memerintahkan manusia sebagai makhluk sosial untuk peduli terhadap fenomena lingkungannya terutama yang menyangkut anak yatim.

Dan ajaran Agama Islam juga merupakan obat bagi jiwa, yakni obat bagi segala penyakit hati yang terdapat dalam diri manusia (Jaya, 1994: 86).
Agama Islam juga menganjurkan agar kita menyayangi anak-anak Yatim dan melarang melakukan tindakan-tindakan yang dapat menyinggung perasaan mereka. Orang yang menghardik anak yatim, digolongkan sebagai orang-orang yang mendustakan agama, maksudnya adalah mendustakan pahala dan siksa Allah, mendustakan hukum Allah, serta mendustakan hisab (perhitungan amal perbuatan). Sedangkan yang dimaksud dengan menghardik anak yatim adalah mencegahnya dari haknya, tidak memberinya makan, memaksanya, dan mendholiminya. (At-Thabari: 2009: 984).

Menyantuni anak yatim tidak saja memenuhi keperluan jasmaniyah saja, tetapi juga memenuhi kebutuhan jiwa, sosial, keruhanian, serta menyelenggarakan pendidikan. Pola pendidikan tersebut mengembangkan empat dimensi manusia, yaitu dimensi jasmani, dimensi kejiwaan, dimensi sosial, dan dimensi keruhanian (Bastaman, 1995: 174). Maka dari itu ini menunjukkan bahwa Islam sangat menganjurkan dengan benar-benar untuk menyantuni anak yatim dan memperlakukannya sebaik-baiknya.

Dalam proses bimbingan penyuluhan Islam, banyak ajaran-ajaran Agama Islam yang disampaikan oleh para pembimbing atau penyuluh, dari sinilah bisa dikatakan bahwa bimbingan penyuluhan Islam berperan dalam membantu orang mengobati jiwa anak Yatim dan mencegahnya dari gangguan kejiwaan serta membina kondisi kesehatan mentalnya.(*)

Identitas Penulis,
Nama : Dahrina Muliyani Harahap
Prodi : Bimbingan Penyuluhan Islam
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU)
Peserta KKN DR Kelompok 33
Komentar

Berita Terkini