|

Pegiat Toleransi, Bunda Roostien: Nyepi di Bali Wujud Kebhinnekaan Republik Indonesia

Roostien Ilyas | aktivis sosial  dan pegiat toleransi nasional. 
Media Nasional Obor Keadilan | Jakarta, Sabtu (13/03-2021), Umat Hindu Bali memiliki satu hari raya yang unik yaitu Nyepi. Pada saat Nyepi, seluruh warga Bali maupun wisatawan akan berdiam di rumah dan tidak melakukan aktivitas di luar.

Kegiatan pariwisata di Bali juga otomatis berhenti pada Hari Raya Nyepi. Tempat wisata ditutup dan wisatawan tak bisa berwisata pada hari tersebut.

Lalu apakah orang orang yang hendak pesiar tak dapat ke Bali dihari raya nyepi?Jawab nya Tentu sangat bisa. Wisatawan tetap bisa berkunjung ke Bali sebelum hari raya Nyepi. Wisatawan bahkan bisa melihat beragam acara yang diadakan di sudut-sudut Kota Denpasar satu hari sebelum Nyepi.Situasi ini dikisahkan langsung oleh pegiat toleransi Roostien Ilyas biasa disapa Bunda Roostien, bahwa sejatinya Republik Indonesia ini sejak merdeka telah menikmati dan merasakan indahnya kebersamaan kebhinnekaan serta nilai toleransi tingkat tinggi antar umat beragama.

Berikut ini narasi singkat kisah dan pengalaman langsung bunda Roostien yang diterima redaksi media nasional Oborkeadilan.com; 

Aku ingat waktu pas Hari Nyepi di Bali, beberapa tahun yang lalu saat itu semua tempat di jaga oleh pecalang jalanan memang sangat senyap tapi aku bisa blusukan tanpa suara melihat situasi Nyepi di hotel-hotel melati & guest house banyak Tourist mancanegara backpacker nginep mereka patuh gak ada suara apapun tanpa suara musik. 

Kompor mati, saya melihat saudara-saudaraku yang suku Madura yang kita kenal kultur jawa santrinya kental namun tetap semangat menghayati dan menghormati tradisi Bali.

Para pedagang kalung-kalung pernak pernik di pantai Kutapun ikut senyap mereka pada tinggal dirumah, dikampung sekitar situ dan juga tanpa api bahkan ada yang ikutan puasa mungkin sekalian diet suasana senyap. 

Halte bus yang biasa ramai, pasar-pasar bahkan Bandara Ngurah Rai pun senyap gak ada satu pesawat yang terbang hanya ada beberapa petugas yang ber jaga-jaga, pelabuhan Gilimanuk sepi, Pemandangan di Bali saat Nyepi sangat membuatku kagum terharu bangga. Disaat Nyepi di Bali disitulah terlihat toleransi yang se jujur-jujurnya. 

Semua menghentikan kegiatan semua mengistirahatkan alam semesta, tulus tanpa paksa di saat saudara-saudara Hindu kita melaksanakan Pati Geni semua ikut larut memberi kenyamanan pada alam semesta gak ada api gak ada polusi tanpa asap mobil tanpa deru knalpot motor. 

Nyepi saudara-saudara kita dari agama apapun apakah dia Kristen, Muslim, Budha atau apapun semua patuh semua hormat semua sepii, Nyepi di Bali membuktikan bahwa bhinneka tunggal ika di Indonesia bukan cuma kulit-kulit luarnya, bukan sekedar atribut tapi dalam kehidupan spiritualpun telah terbukti tanpa kata tanpa suara tapi dalam Nyepi hening menyatu dalam Doa Rahajeng Rahina Nyepi sameton sareng sami. 

"Sementara itu berikut 10 Kota Paling Toleran Versi Setara Institute"

Studi terkait indeks kota toleran ini dilaksanakan sepanjang 2020 pada 94 entitas kota di Indonesia. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode triangulasi dengan membandingkan data yang diperoleh dari scoring 8 indikator dengan data sekunder dan self assessment masing-masing pemerintah kota.

Delapan indikator yang dinilai adalah RPJMD, kebijakan Pemkot tentang toleransi, peristiwa intoleransi, dinamika masyarakat, pernyataan kepada publik, tindakan nyata pemerintah, demografi atau heterogenitas agama, dan inklusi sosial keagamaan. Hasil penghitungan triangulasi itu lalu diuji kembali dengan in-depth interview dengan tokoh-tokoh kunci di masing-masing kota.

Berikut ini 10 kota paling toleran di Indonesia pada 2020:

1. Salatiga 6,717

2. Singkawang 6,450

3. Manado 6,200

4. Tomohon 6,183

5. Kupang 6,037

6. Surabaya 6,033

7. Ambon 5,733

8. Kediri 5,583

9. Sukabumi 5,546

10. Bekasi 5,530

Wakil Ketua Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menyampaikan pihaknya sudah melakukan studi terkait toleransi ini sebanyak 4 kali, yakni pada 2015, 2017, 2018, dan 2020. Dalam jangka waktu itu, Naipospos menyebut terjadi dinamika toleransi yang cukup tinggi.

"Terbukti dari skor-skor indeks setiap kota, kalau dilihat dari laporan 2015-2020 terjadi dinamika yang cukup tinggi, ada kota-kota yang tadinya masuk 10 besar, terlempar, adanya yang tadinya skor rendah karena toleransinya buruk malah justru naik ke tingkat madya," kata Naipospos saat memberi penjelasan terkait indeks kota toleran, Kamis (25/2/2021) yang lalu dilansir media detik news.

Naipospos lalu mengambil contoh beberapa kota, seperti Pematang Siantar, yang selalu masuk 10 besar tapi pada 2020 terlempar dari posisinya. Kemudian, dia mengungkap sejumlah kota yang mengalami peningkatan toleransi, yakni Kota Bekasi, Bogor, dan DKI Jakarta.

"Ada kota-kota yang tadinya skornya tadinya buruk menjadi naik meluncur, seperti Bogor, Bekasi yang sempat buruk, Jakarta juga tadinya sempat buruk tapi sekarang masuk peringkat menengah," ucapnya.

Dari banyak nama nama terkenal yang menekuni dan pegiat toleransi teringat nama Almarhum Glenn Fredly dikenal sebagai musisi yang vokal. Melalui karyanya, ia kerap menyuarakan toleransi beragama. 

Toleransi beragama juga diterapkan Glenn, ketika merilis album religi Islami, Hidayah, pada 2016. Glenn mengaku merilis album religi Islami merupakan impian, yang telah lama dipendam dan akhirnya terwujud. Ia percaya lagu  dalam Album Hidayah bisa satukan umat manusia. Ia tidak ingin Indonesia terus menerus dilanda konflik horizontal.

Ada lagi Ayu Kartika Dewi, Pegiat Toleransi yang diangkat jadi Stafsus Jokowi. Pengalaman menjadi guru SD di Maluku Utara saat kerusuhan Ambon-Poso pada 1999 membawa Ayu Kartika Dewi membentuk sebuah organisasi, SabangMerauke.

Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga dan Pascasarjana Duke University Amerika Serikat ini bersama kawan-kawannya mendirikan program itu pada 2012.

Ia bertekad mampu menginspirasi publik untuk memperjuangkan keberagaman dan toleransi di Indonesia salah satunya lewat penguatan pendidikan masyakarat. 

Diantara nama nama tadi Bunda Roostien merupakan salah satu wanita Indonesia yang tak henti mengkampanyekan pentingnya kehidupan toleransi dan menghormati semua budaya yang dipunyai bangsa ini, semangat dan nilai ini digeluti dengan berbagai komunitas yang diikuti bahkan didirikannya, terbukti pada setiap moment hari raya setiap agama yang diakui oleh undang undang, bunda Roostien Ilyas rutin mengucapkan selamat bahkan tak jarang menyajikan karya tulis narasi semangat kebhinnekaan.[◇]

Editor: Yuni Shara

Komentar

Berita Terkini