|

Roostin Ilyas: Toleransi Tanpa Menggurui, Sikap Menyudahi Polemik Salam lintas Agama

Bunda Roostin Ilyas (Aktivis Kemanusiaan pergerakan terhadap perlindungan anak dan perempuan Indonesia, tokoh pegiat anti Intolerans)

■Gaduh Soal Asalamualaikum Shalom Omswastiastu Nangmo budaya Salam Kebajikan, Ini Pendapat Bunda Roostin Ilyas

Media Nasional Obor Keadilan| Jakarta- Jumat (15/11), Pro kontra terkait tata cara menyapa pembuka alias salam pembuka pada momen acara formal terutama di kalangan pemerintah menuai reaksi lebih keras dari berbagai elemen masyarakat Indonesia.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mengimbau para pejabat tak mengucapkan salam lintas agama saat menyampaikan sambutan di acara resmi. Imbauan yang diklaim tindak lanjut Rapat Kerja Nasional (Rakernas) MUI di Nusa Tenggara Barat, 11-13 Oktober 2019 lalu, menjadi polemik dan menuai beragam respons.

Sebetulnya polemik ini sudah diredam dengan baik oleh berbagai kalangan elemen masyarakat termasuk para pejabat publik dan tokoh tokoh strategis diantaranya; Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Saadi, Rabu (13/11/2019), mengajak umat semua pihak menghentikan perdebatan dan mengedepankan dialog menghadapi polemik imbauan MUI Jatim lewat surat edaran bernomor 110/MUI/JTM/2019 tersebut.

Sementara Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI Anwar Abbas dalam siaran pers pada Rabu (13/11/2019), menyatakan mendukung Wamen Zainut Tauhid. Menurutnya, polemik perlu dihindari karena imbauan MUI Jatim itu sesuai kesepakatan yang dibuat oleh Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Bali.

■ Bunda Roostin Ilyas Menanggapi dengan berbagi kisah pengalaman di akar rumput Gras root

Diantara begitu banyaknya penjelasan mengenai Pro kontra terkait tata cara menyapa tersebut bunda Roostin Ilyas menanggapinya dengan pola bernuansa harmoni kesejukan nikmatnya berteloransi
Sekaligus menjabarkan hal kongkrit yang dialaminya sejak dulu, berikut kisah nya;

Menurut saya semua ucapan salam itu indah dan baik namun saya sependapat dengan sebagian sudut pandang tokoh bahwa bukti sikap toleran itu bukan sebatas ucapan salam, bahkan saya pun sampai tidak hafal sanking banyaknya jenis sesuai warisan keyakinan masing masing itu. Alangkah baiknya jika kita implementasikan secara riil sperti ini; tetanggaku yang kristen kalau acara paskah kita semua tetangganya yang beres beres dan anak anak kecil di undang cari telur paskah di sembunyiin di kebun di semak semak itu asiik banget dan tidak melanggar akidah manapun pungkas Roostien Ilyas.

Ditambahkannya, Waktu aku pengurus Badan Koordinasi Kegiatan kesos, kalau bulan puasa yang bantu bantu gantongin beras untuk penerima zakat ya kawan-kawanku yang kristen diantaranya ada mbak Rini, Katrien, Fay, mbak Rumi dan ada banyak lagi tambah Bunda Roostin.

Pada moment lainnya jika malam natal tiba di bkkks yang main band Muslimin dipimpin mas Sarsito. Dan sejak 20 tahun yang lalu tiap thn aku selalu mengadakan pesantren ramadhan untuk 1000 anak anak yang gak mampu, yang terlantar dan yatim piatu non panti asuhan, ini sebagai bentuk perwujudan rasa syukur kepada Allah terang bunda Roostin.
Panitianya dari semua agama. beras 1ton di bantu dari rumah Abu Liem Tek Ho di Beos Jakarta pusat, mukena dan sarung dari sahabat PMKRI dan GMKI, yang jaga keamanan adik-adik dari NTT.

Bang Benny Panbers selalu datang di tengah anak anak dan lucunya lagu yg disukai dan diminta dibawakan Benny Panbers malah lagu Gereja Tua semua suka dan menikmati.

"Pesantren yang aku adakan selama lima hari itu mengajarkan toleransi tanpa menggurui"

tanpa simbol-simbol tanpa atribut tapi dengan perilaku, persahabatan yang tulus, jauh dari ujar kebencian, saling melindungi, saling menghargai menghormati jujur tanpa kemunafikan. Semoga bangsa ini mampu mengartikan toleransi dengan jujur bukan hanya sebatas simbol yang di ucapkan dalam salam. Tutup Bunda Roostin Ilyas .(Obor panjaitan)


■MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN
Komentar

Berita Terkini