Jakarta | Media Nasional Obor Keadilan | Kamis (19/10), Nonton bareng dua tokoh agama di Nigeria yang berjudul The Imam and The Pastor di Aula Gereja Hati Kudus Kramat Jakarta diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia dan banyak negara.
Dua tokoh itu tak lain adalah Muhammad Ashafa dan Pastor James Wuye adalah pemimpin agama yang tinggal di Kaduna, sebuah kota di Nigeria Utara.
Dalam film dokumenter tersebut mereka bekerja sama untuk mengajarkan milisi pemuda religius yang berperang untuk menyelesaikan konflik mereka secara damai.
Mereka berdua tidak secara tiba-tiba menjadi pembawa damai. Sepuluh tahun yang lalu, Imam Ashafa dan Pastor James adalah musuh bebuyutan, yang bermaksud membunuh satu sama lain atas nama agama.
Pada tahun 1992, konflik antaragama yang penuh kekerasan terjadi di Negara Bagian Kaduna. Orang-orang Kristen dan Muslim saling bertempur di pasar, menghancurkan tanaman masing-masing dan saling menyerang keluarga masing-masing. Baik Imam maupun Pendeta ditarik ke dalam pertempuran, dan keduanya membayar harga yang mahal untuk keterlibatan mereka - Imam Ashafa dengan kehilangan dua saudara laki-laki dan gurunya, Pastor James dengan kehilangan tangannya.
Selama beberapa tahun berikutnya, melalui silaturahmi dan pertemuan yang akrab, terlebih dengan menggali kepercayaan betapa pentingnya memaafkan dan berdamai, kedua tokoh agama ini perlahan membangun rasa saling menghormati, dan memutuskan untuk bekerja sama untuk menjembatani perpecahan di antara komunitas mereka.
Pada tahun 1995, Ashafa dan Wuye membentuk Pusat Mediasi Antaragama, sebuah organisasi akar rumput religius yang telah berhasil dimediasi antara orang Kristen dan Muslim di seluruh Nigeria. Organisasi ini sekarang memiliki lebih dari 10.000 anggota, menjangkau milisi dan melatih pemuda negeri ini - juga wanita, tokoh agama, dan pemimpin suku - untuk menjadi aktivis perdamaian rakyat. Di bawah kepemimpinan mereka, pemuda Muslim dan Kristen bersama-sama membangun kembali masjid dan gereja yang pernah mereka hancurkan melalui perang dan kekerasan.
Cerita Ashafa dan Wuye ditampilkan dalam dokumenter berjudul The Imam and The Pastor diproduksi oleh FLT Films dan didukung oleh United States Institute of Peace. Sebuah dokumenter tindak lanjut 2010, An African Answer, mencatat perjalanan mereka sejak dan proses rekonsiliasi mendekati di negara tetangga Kenya.
Kedua tokoh ini telah menginspirasi banyak negara termasuk Indonesia dan berkomitmen untuk Nigeria Damai dengan mendirikan Interfaith Mediation Center.
“Mereka telah berkeliling ke 60 negara termasuk Indonesia,” ujar dari Direktur PUSAD Paramadina Ihsan Ali Fauzi ke awak media, Kamis (19/10).
Pemikir muslim ini mengajak umat Kristen dan Muslim di Indonesia untuk memetik pelajaran agar pertikaian bernuansa agama tidak terjadi di Indonesia. Satu hal yang paling penting, kata Ihsan, kedua tokoh agama di dalam film ini menyadari sepenuhnya apa yang selama ini salah jalan. Ajakan dan kotbah yang mengajak berperang ternyata tidak membawa kebaikan.
Hal senada juga disampaikan Pastor Paroki Hati Kudus Kramat Jakarta Yustinus Agus Setiadi, yang menyatakan perlu dibangun silaturahmi yang erat antar lintas agama untuk menciptakan kedamaian dan menghindarkan kekerasan berlabel agama.
Hadir di dalam nonton bareng dan diskusi ini sejumlah penonton dari kalangan termasuk tokoh agama Katolik di antaranya Eddy Susanto, Budhi Hendarto, Kinsey dan sejumlah aktifis lintas agama dan penggiat kebangsaan dari UI.
Di sela sela ahir acara, Panitia penyelenggara Nonton Bareng film The Imam and The Pastor, Nyonya Veronica Maria menjelaskan dan mengajak seluruh tokoh Agama di NKRI untuk menjaga toleransi beragama,dan saling mengenal dan duduk bersama dalam menciptakan Toleransi serta menjalin Persatuan dan Kesatuan.(by)