|

Pemanfaatan Ekstrak Kulit Nenas Dalam Inovasi Handsanitizer Sebagai Upaya Pencegahan Covid-19

Oleh: Sereni Puspita Marhaeni

Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Kkn Dr Kelompok 156


MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN| Ahad (9/08-2020), Saat ini dunia sedang digemparkan dengan wabah baru yaitu kemunculan jenis virus yang dinamakan Corona Virus-19. kemunculan makhluk berukuran 80-150 nanometer ini mengakibatkan jatuhnya nilai perekonomian setiap negara, bukan hanya negara Indonesia,tetapi seluruh negara yang tercemar virus ini. 


Hal itu karena setiap orang yang terjangkit virus corona, maka orang tersebut diwajibkan untuk mengisolasi dirinya sendiri dan mengurangi kegiatan yang berada di luar rumah. Bahkan Lembaga-lembaga seperti Pendidikan harus ditutup untuk sementara dan hanya berjalan dengan sistem daring (dalam jaringan) .


Dikutip dari kompas.com bahwa wabah terbaru virus korona terjadi sejak akhir tahun 2019, bermula di Wuhan, Provinsi Hubei, China. Virus diduga bersumber dari kelelawar yang menular ke hewan lain sebelum ”melompat” ke manusia. 


Meski bentuknya mirip, virus ini memiliki perbedaan karakter sehingga dinamakan SARS-CoV-2 yang menyebabkan Covid-19 (penyakit akibat virus korona 2019). Sebagaimana infeksi korona lain, tampilan klinisnya dari tanpa gejala, gangguan pernapasan ringan, pnumonia sampai gangguan pernapasan parah, gagal ginjal serta kematian. Penularan juga lewat percikan cairan dari bersin dan batuk. 


Oleh karena itu , kita harus melakukan tugas utama manusia, yakni menjaga keseimbangan alam. Dengan mengonsumsi segala sesuatu secukupnya, makan hanya yang benar-benar aman dan sehat. Serta senantiasa menjaga kebersihan anggota tubuh kita terkhusus tangan kita. 


Hal itu karena virus corona dapat menular lewat tangan kita . Dugaan ini datang dari ilmuwan asal Amerika Serikat, yang sekaligus Kepala Divisi Penyakit Menular di National Institute of Health, Anthony Fauci yang mengatakan bahwa virus dapat menular melalui tangan kita dengan cara bersentuhan dengan orang lain. 


Hal itu menyebabkan kita harus senantiasa berusaha menjaga kebersihan tangan kita baik sebelum dan sesudah melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan saat ini seperti supermarket sudah mulai menyediakan perlengkapan cuci tangan berupa ,hand wash,dan hand sanitizer. Dampak dari corona ini juga, banyak mncul inovasi-inovasi pembuatan handsanitizer mulai dari alkohol, hingga bahan-bahan alami yang tentunya melalui penelitian yang sudah di uji. 

Buah yang dapat digunakan sebagai alternatif sumber senyawa antibakteri yaitu buah nanas. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan tanaman buah golongan dari family Bromeliaceae. Buah nanas adalah salah satu buah ekspor unggulan di Indonesia yang diminati oleh masyarakat dikarenakan tekstur, rasa dan mengandung vitamin C yang tinggi. 

Indonesia merupakan negara penghasil nanas terbesar kelima di dunia setelah Thailand, Costa Rica, Brazil, Filipina(UNCTAD, 2016). Menurut Raina (2011) buah nanas memiliki gizi yang cukup tinggi dan lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, mineral yang kaya akan kalium dan kandungan air 90%, iodium, kalsium, klor dan sulfur. 


Selain itu, nanas juga mengandung banyak vitamin B12, vitamin E, biotin, serta enzim bromelin (Kumaunang dan Kamu. 2011). Masyarakat umumnya mengkonsumsi nanas atau membuat berbagai produk olahan hanya dari daging buahnya saja, sehingga bagian kulit nanas hanya menjadi limbah buangan. Apabila limbah ini dibiarkan begitu saja, maka akan mencemari lingkungan, padahal limbah kulit nanas termasuk limbah organik yang masih dapat dimanfaatkan dikarenakan memiliki banyak nutrisi (Roy et al., 2014). 


Kulit nanas mengandung enzim bromelain, karotenoid, vitamin C, dan flavonoid yang baik bagi kesehatan (Hatam, dkk. 2013). 


Kandungan flavonoid yang terdapat dalam kulit nanas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan, antialergi, antikanker antiinflamasi, antivirus dan antibakteri (Sandhar et al., 2011). 

TINJAUAN PUSTAKA


1. Kulit nenas 

Bagian nanas yang bersifat buangan yaitu daun, bonggol dan kulit luar. Kulit merupakan bagian terluar dari buah nanas yang memiliki tekstur tidak rata (seperti mata) dan memiliki duri-duri kecil dipermukaannya (Hatam, dkk. 2013).


Bagian mata memiliki lubang-lubang kecil menyerupai mata dengan bentuk yang agak rata . Menurut Kalaiselvi, et al. (2012) kulit nanas mengandung senyawa steroid, tanin, flavonoid, dan alkaloid, sehingga kulit nanas dijadikan sebagai sumber potensial pemanfaatan senyawa bioaktif, terutama enzim bromelin (Ketnawa et al., 2009).


Enzim bromelin diketahui memiliki aktivitas anti inflamasi, antitumor, membantu mempercepat penyembuhan luka, meningkatkan kondisi kardiovaskuler dna membantu proses pencernaan (Naritasari et al., 2010). Namun, pada umumnya kulit nanas hanya menjadi bahan buangan atau limbah yang tidak dimanfaatkan dan apabila dibiarkan terus-menerus, maka akan menyebabkan pencemaran lingkungan.


Menurut penelitian Lawal (2013) menunjukkan bahwa ekstrak kloroform kulit nanas membuktikan adanya aktivitas antibakteri terhadap Candida albicans dengan zona hambat sebesar 9.5 mm, C. tropicalis sebesar 10 mm, C. glabrata sebesar 10.5 mm dan Cryptococcus luteolus sebesar 9.5 mm.


1. Hand Sanitizer 

Hand Sanitizer merupakan pembersih tangan yang memiliki kemampuan antibakteri dalam menghambat hingga membunuh bakteri (Retnosari dan Isdiartuti, 2006).


Menurut Diana (2012) terdapat dua hand sanitizer yaitu hand sanitizer gel dan hand sanitizer spray. Hand sanitizer gel merupakan pembersih tangan berbentuk gel yang berguna untuk membersihkan atau menghilangkan kuman pada tangan, mengandung bahan aktif alkohol 60%. 


Hand sanitizer spray merupakan pembersih tangan berbentuk spray untuk membersihkan atau menghilangkan kuman pada tangan yang mengandung bahan aktif irgasan DP 300 : 0,1% dan alkohol 60%. Penelitian Diana (2012) menyatakan, hand sanitizer yang berbentuk cair atau spray lebih efektif dibandingkan hand sanitizer gel dalam menurunkan angka kuman pada tangan. Banyak hand sanitizer yang berasal dari bahan alkohol atau etanol yang dicampurkan bersama dengan bahan pengental, misal karbomer, gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, gel atau busa untuk mempermudah dalam penggunaannya. 


Gel ini mulai populer digunakan karena penggunaanya mudah dan praktis tanpa membutuhkan air dan sabun. Gel sanitasi ini menjadi alternatif yang nyaman bagi masyarakat. (Hapsari, 2015) Seiring perkembangan zaman, dikembangkan juga pembersih tangan non alkohol, tetapi jika tangan dalam keadaan benar – benar kotor, baik oleh tanah, udara, darah, ataupun lainya, mencuci tangan dengan air dan sabun lebih disarankan karena gel hand sanitizer tidak dapat efektif membunuh kuman juga membersihkan material organik lainnya. 


Alkohol banyak digunakan sebagai antiseptik /desinfektan untuk desinfeksi permukaan kulit yang bersih, tetapi tidak untuk kulit yang luka (Hapsari, 2015). Selain itu alkohol juga mempunyai sifat iritasi pada kulit, mudah terbakar, dan juga meningkatkan infeksi virus pemicu radang saluran pencernaan, karena itu muncul ide untuk memanfaatkan bahan alami yang dapat mengurangi resiko munculnya penyakit gangguan pencernaan (Cahyani, 2014).


2. BEBERAPA HASIL PENELITIAN YANG MENGGUNAKAN BAHAN DASAR NENAS SEBAGAI INOVASI PEMBUATAN HANDSANITIZER 


Beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai uji daya antibakteri dari ektrak buah nanas antara lain Suerni, et al. (2013), melakukan uji daya hambat ekstrak buah nanas, salak dan manga kweni terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang menunjukkan ekstrak buah nanas dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan konsentrasi 50 dan 100%. Chanda, et al. (2010), juga melakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak kulit nanas dengan pelarut kloroform, aseton dan metanol, yang hasilnya menunjukkan ekstrak kloroform kulit nanas memiliki aktivitas terhadap Staphylococcus aureus, Corynebacteriumubrum, Klebsiella pneumonia dan S. typhimurium.


Ekstrak aseton kulit nanas menunjukan aktivitas terhadap Staphylococcus aureus, S. subflava, Enterobacter aerogenes, Klebsiella pneumonia, Proteus mirabilis dan S. typhimurium. Ekstrak metanol menunjukkan aktivitas terhadap Staphylococcus aureus dan Klebsiella pneumonia.

A. Kesimpulan 

Dari penelitian yang telah disebutkan diatas maka ekstrak dari kulit nenas telah memenuhi standart dalam pembuatan handsanitizer. Hal itu karena Ekstrak etanol kulit nanas dengan metode maserasi terbukti mampu menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan sangat baik, termasuk yang diaplikasikan sebagai hand sanitizer. Sediaan hand sanitizer ekstrak kulit nanas dengan konsentrasi 0,5; 1 dan 1,5 % menghasilkan zona hambat pada Escherichia coli sebesar 9, 13 dan 15 mm, sedangkan pada Staphylococcus aureus menghasilkan zona hambat sebesar 10, 15 dan 15,5 mm. Semakin besar konsentrasi ekstrak maka semakin besar pula zona hambatnya. Kualitas hand sanitizer dengan penambahan ekstrak kulit nanas dinyatakan lolos uji organoleptik, pH, homogenitas dan daya sebar. Hand sanitizer yang paling baik dari ke-4 formula adalah hand sanitizer formula 3 (F3) karena menghasilkan zona hambat paling besar serta kualitas yang masih memenuhi standar mutu hand sanitizer.


B. REFERENSI 

Cahyani,V.R.2014. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Pangan. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. 

Chanda, S., Baravalia, Y., Kaneria, M. and Rakholia, K. 2010. Current Research Technology and Education Topic in Applied Microbiology and Microbial Biotechnology. A. Mendez¬Vilas, 6(1): 444-450.


Diana, A.(2012).Pengaruh Desiminasi Dokter Kecil Tentang Penggunaan Hand Sanitizer Gel dan Spray Terhadap Penurunan Angka Kuman Tangan Siswa SDN Demakijo Gamping Sleman. Skripsi.Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.


Hapsari, D. N. (2015).Pemanfaatan Ekstrak Daun Sirih (Piper BetleLinn) Sebagai Hand Sanitizer. Skripsi.Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.


Hatam, Sri, F., Edi, Suyanto dan Jemmy, Abidjulu. 2013. Aktivitas Antioksidan Dari Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr). Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol, 2. No. 1: 8-12.


Kalaiselvi, M., Gomathi, D. and C. Uma. 2012. Occurrence of Bioactive Compounds in Ananas comosus (L): A Standardization by HPTLC. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. S1341-S134.


Ketnawa S, Chaiwut P, Rawdkuen S. 2009. Pineapple Waste: A Potential Source for Bromelain Extraction. Food Bioprod Process. 90(3):385-391.


Kumaunang, Maureen dan V. Kamu. 2011. Aktivitas Enzim Bromelin Dari Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus). Jurnal Ilmiah Sains. Vol. 11, No. 2.


Lawal, D. 2013. Medicinal, Pharmacological and Phytochemical Potentials of Annona comsus Linn. Bayero Journal of Pure and Applied Sciences. Vol. 6, No. 1: 101-104. Lumowa, S. V. dan S. Bardin. 2018.


Naritasari, Fimma., Hendri, Susanto dan Supriatno. 2010. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Etanol Bonggol Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) Terhadap Apoptosis Karsinoma Sel Skuamosa Lidah Manusia. Majalah Obat Tradisional. 15(1): 16-25.


Raina, M. H. 2011. Ensiklopedia Tumbuhan Berkhasiat Obat. Salemba Medika, Jakarta.


Roy, Soma dan P. Lingamperta. 2014. Solid Wastes of Fruits Peels as Source of Lowcost Broad Spectrum Natural Antimicrobial CompoundsFuranome, Furfural and Benezenetriol. International journal of Research in Engineering ang Technology. Hlm. 273-279.


Sandhar, H. K., Kumar, B., Prasher, S., Tiwari, P., Salhan, M. dan P. Sharma. 2011. A Review of Phytochemistry and Pharmacology of Flavonoids. Internationale Pharmaceutica Sciencia. Vol. 1, No. 1


Suerni E, Alwi M, Guli MM. 2013. Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr), salak (Salacca eduilis Reinw.) dan Mangga Kweni (Mangifera odorata Griff.) terhadap Daya Hambat Staphylococcus aureus. Biocelebes. 7(1):1-8.


UNCTAD. 2016. PINEAPPLE. Geneva: An INFOCOMM Commodity Profile. (*)

Komentar

Berita Terkini