Penulis: Marisha Khairatunnisa Nasution
MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | Minggu, (16/08-2020) - Wajib bagi setiap orangtua mendidik putra-putrinya dengan memberikan keteladanan. Mendidik berarti menumbuh kembangkan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik anak, dengan cara memberikan keteladanan, dan berusaha makanan dan minuman yang halal. Dalam ajaran agama, setiap makanan dan minuman yang di konsumsi akan memengaruhi kecerdasan intelektual dan spiritualitas. Dari situlah, para agamawan sejak dulu hingga sekarang, selalu berhati-hati dalam mencari rejeki, karena mereka tahu persis dampak negatifnya.
Nah, saat ini hampir semua orangtua dipusingkan dengan perilaku putra-putrinya. Selama pandemic, orangtua harus menemani putra-putrinya belajar secara daring. Keluhan demi keluhan, baik dari kalangan orang elit hingga kalangan paling alit. Keluhan orang elit, biasanya terjadi karena ketidaksiapan orangtua terhadap waktu, kemampuan pertanyaan-pertanyaan putra-putrinya, juga beling-nya putra-putrinya yang masalah belajar karena sibuk dengan game online.
Keluhan orang alit, biasanya karena tidak memiliki handphone, lap top. Akhirnya muncul gerakan orang-orang kaya membantu masyarakat alit membelikan handphone agar proses belajar tetap berjalan dengan baik. Ketika sudah memiliki android, muncul masalah lain, pulsa dan jaringan internet. Belum selesai, ternyata muncul lagi persoalan baru, di mana anak-anak malas mengerjakan tugas dari sekolah, sehingga orangtuanya yang harus mengerjakan tugas putra-putrinya.
Hingga sekarang muncul desas desus informasi ke publik, bahwa uang bansos bisa digunakan untuk membeli pulsa bagi peserta. Kebijakan itu diberikan sepenuhnya kepada kepala sekolah. Selama masa pandemic, persoalan demi persoalan akan selalu muncul. Namun, yakinlah bahwa Tuhan akan selalu memberikan solusi, tentu saja dengan ikhtiar manusia.
Kesulitan orangtua di dalam mendidik putra-putranya akan memberikan gambaran, betapa besarnya tanggung jawab seorang guru selama belajar di sekolah. Selama ini, banyak sekali orangtua mudah menyalahkan guru karena hal-hal kecil. Kadang melaporkan seorang guru ke polisi, hanya karena sang anak di cubit atau di pukul dengan kayu.
Saat ini, mata orang tua terbuka, betapa beratnya mendidik putra-putrinya selama masa pandemic ini. Seringkali yang terjadi di rumah bukan proses belajar mengajar, tetapi proses hajar menghajar. Orangtua jengkel melihat putra-putrinya malas belajar, sebagian lagi jengkel ketika putra-putrinya tidak bisa mengerjakan tugas dengan baik.
Parenting pendidikan anak yang diberikan oleh pakar-pakar pendidikan akan teruji di masa pandemic ini. Orang bisa sukses materi parenting di sekolah, namun belum tentu dia berhasil menjadi guru bagi putra-putrinya sendiri. Padahal, menurut agama mendidik anak itu kewajiban orangtua.
Berhubung orang tua tidak mampu, akhirnya mencari lembaga pendidikan yang bekualitas agar anaknya mendapat pendidikan yang layak.
Nah, di tengah kesulitan mendidik anak, marilah kita tengok cara Nabi Ibrahim di dalam menumbuh kembangkan putra-putranya. Nabi Ibrahim sangat dekat dengan putranya Ismail. Padahal, Nabi Ismail itu lebih lama bersama ibunya di Makkah. Sementara Nabi Ibrahim lebih banyak menghabiskan waktunya di negeri Al-Syam bersama dengan Sarah dan Ishak.
Walaupun tidak dipungkiri, ke pindahan Nabi Ibrahim dari Al-Syam ke Makkah, karena terjadi pertengkaran kecil antara Ibrahim dan Sarah. Saat Ismail lahir, Sarah berkata kepada Ibrahim "saya tidak mau tinggal serumah dengan Hajar". Dengan bijaksana, Nabi Ibrahim mencari tempat yang sakral seperti "Al-Syam". Rupanya, Nabi Ibrahim memilih Makkah sebagai tempat untuk anak dan istrinya. Makkah, tempat paling sakral, sekaligus menjadi pusat kekuatan.
Ibrahim sangat bijaksana di dalam menyikapi sebuah persoalan, termasuk masalah masa depan pertumbuhan anak-anak. Walaupun Nabi Ibrahim berjauhan dengan istrinya dan putranya Ismail, namun Nabi Ibrahim sangat kuat spiritualitas, sehingga sinyal nya tetap nyambung dengan buah hatinya. Salah satu kekuatan Nabi Ibrahim adalah "doa".
Di mana doa itu disebut dengan "doa itu senjata orang mukmin". Menyadari, tidak bisa selalu mendampingi putranya Ismail, maka Nabi Ibrahim berdoa setiap saat dan waktu untuk keturunannya. Doa itu kemudian di abadikan di dalam Alqur'an "ya Allah jadikanlah aku orang yang menjalankan solat, dan juga keturunanku".(***)
IDENTITAS PENULIS
Nama: Marisha Khairatunnisa Nst
NIM: 0307172072
Fak: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prodi: Manajemen Pendidikan Islam
DPL: Sangkot Azhar Rambe, S.HI., M.Hum
Kelompok KKN DR 159