|

Ketahanan Spiritual Dalam Keluarga Pasca Covid-19

Oleh: Herwansyah  [0201172083]
Mahasiswa Fak. Syariah dan Hukum, KKN-DR 107 UINSU-Medan
DPL: Muhammad Jailani, S.sos, M.A

MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN| Senin (10/08-2020), Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa virus corona telah mewabah di Indonesia di awal maret yang lalu. bahkan pandemik ini telah merebak secara global ke seluruh penjuruh dunia. Akibatnya dampak ekonomi sangat terasa bagi setiap keluarga disaat pandemic ini mewabah, terutama nasib perekonomian bagi keluarga menengah ke bawah yang notabene penghasilan harian.

Dampak psikologi dari wabah covid-19 ini tentu saja terjadi, baik sedikit maupun banyak akan dialami oleh masyarakat Indonesia. Ketika sebagian masyrakat tidak dapat menerima secara legowo untuk tinggal dirumah, maka akan menimbulkan tekanan batin, stress dan depresi bagi beberapa orang. Ketika hal itu tidak dapat dikelolah dengan baik dapat mengakibatkan hal-hal yang buruk terhadap nasib seseorang contohnya keputusan untuk menghilangkannya nyawa dirinya sendiri. Hal ini merupakan tekanan ekonomi, tidak mampu membeli sesuap nasi dan menafkahi keluarga.

Ketahanan Keluarga

Situasi dan kondisi yang sedemikian kekuatan dan ketahanan keluarga sangat menentukan dan berpengaruh dalam membangun mental seorang muslim. Ketika keluarga dibalut dengan iman yang kuat maka dalam menghadapi pandemik global ini akan sabar, ikhlass dan tawakal menerimah musibah ini. Peran orang tua sangat menentukan dalam mengatasi psikologi anggota keluarganya terutama anak yang harus berdiam diri dirumah pasca pandemik ini. Dan orang tua dituntut untuk sekreatif mungkin dalam menciptakan situasi yang tidak membuat membosankan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang produktif, inovatif dan kreatif.

Menjaga Iman Keluarga

Disamping itu yang tidak kala pentingnya ialah pembinaan agama. Penguatan imam, yang dulunya ibadah sholat berjamaah hanya dilakukan maghrib dan isya’ karena orang tua kerja. Disaat pandemik ini kegiatan sholat berjamaah dapat dilakukan lima waktu bersama anggota keluarga, diselingi dengan petuah, petuah dari orang tua kepada anak atau anggota keluarga dan selanjutnya membaca alquran bersama-sama. Dalam tuntuna keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah yang diterbitkan PP Aisyiyah yang memaparkan bahwa Q.S ar-Rum yang pada intinya mengajarkan kepada para orang tua untuk megemban amanah dengan menunaikan kewajiban dan tanggungjawabnya untuk memndidik putra-putri nya trutama dari segi spiritualitas sesuai dengan fitrahnya:

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Q.S Ar-Rum ayat 30).

Fitrah Allah maksudnya bahwa manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. Dengan demikian orang tua adalah penentu dan pemegang kendali dalam membentuk spiritual mereka dalam membentuk generasi yang saleh dan qurrata’ayyun, membimbing anak senantiasa bersyukur atas nikmat allah dan membina akhlak anak dengan akhlak mahmudah (akhlak yang baik).

                                -000-

Identitas Penulis:

Herwansyah  [0201172083]
Mahasiswa Fak. Syariah dan Hukum, KKN-DR 107 UINSU-Medan
DPL: Muhammad Jailani, S.sos, M.A


Komentar

Berita Terkini