|

Miris, Anak Tukang Warung Nasi Dapat Beasiswa ke Tunisia, Ditolak Minta Biaya Tiket oleh Pemda Purwakarta dan Pemprov Jawa Barat

Ket Gambar: Foto Nata dan bukti Kelulusannya yang di kutip dari Instagram Resmi KBRI Tunisia.

OBORKEADILAN.COM|Purwakarta - Nata Sutisna adalah calon Mahasiwa berprestasi asal Indonesia yang mendapatkan beasiswa full dari Perguruan Tinggi Tunisia Institut Superieur de le Civilisation Islamique de Tunis jurusan Fikih dan Ushul Fikih. Dia adalah calon mahasiswa yang diumumkan oleh KBRI Tunisia pada tanggal 22 Oktober 2019 lewat akun Instagram resmi KBRI Tunisia.

Diketahui  Nata adalah seorang anak tidak mampu asal Desa Selaawi, Kampung Parapatan, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat. Bapak dan Ibunya hanya penjual Nasi kampung. Mereka tidak mengenyam bangku sekolah, namun memiliki cita cita tinggi untuk anak sekolah di luar negeri.  Penelurusan juga dilakukan oleh tim  jurnalis bahwa Nata baru berusia 18 tahun. Ia lulusan Pesantren Suka Hideung, Tasikmalaya dan sekarang Pesantren di Pondok Pesantren Al-Kautsar Cipaku Cianjur. Pasangan dari anak Bapak Adang dan Ibu Ai Salimah ini, ia juga seorang penghafal Al-Qur’an. Ia sudah hafiz Qur’an  sekitar kurang lebih 10 Juz Al Qur’an.

Namun, kisah cerita ini, tidak sejalan dengan perjuangannya, Ia ditolak bertemu dengan Bupati Purwakarta, dijanjikan oleh sekpri Bupati namun janji itu pun tak kunjung datang, bahkan oleh Dinas Pendidikan Purwakarta, perjuangan dia pun ditolak oleh para pejabat pendidikan Purwakarta. Dengan alasan tidak ada biaya.

Nata, diketahui bahwa dia hanya mengajukan biaya tiket berangkat pesawat dari Jakarta ke Tunisia. Namun, perjuangan dia kandas oleh penolakan dari Pemda Purwakarta dengan alasan tidak ada anggarannya. Beberapa hari kemudian, dia bertolak ke Bandung ke Pemprov Jawa Barat bagian pendidikan bahwa menurut mereka tidak ada program untuk pemberian bantuan ini. Ia pun menlanjutkan perjalanan untuk bertemu dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat. Nata pun menyampaikan bahwa program beasiswa di Pemprov Jaawa Barat sudah tutup sejak agustus dan adapun beasiswa ke luar negeri itu di jaman Pak Ahmad Heryawan dan tidak diteruskan oleh Pak Ridwan Kamil.

Kisah pilu Nata Sutisna ini adalah sekelumit dari kasus jutaan anak Indonesia yang berprestasi yang hanya mimpi dan cita citanya di halang oleh segerintil orang yang dengan birokrasi dan tata kelola APBD di berbagai propinsi di seluruh Indonesia sangat menghambat pembangunan manusia Indonesia.

Kami pun menelusuri ke salah satu NGO khusus bidang kebijakan daerah dan sumber daya manusia di Jakarta.  Dion Murdiono, Direktur Global Strategic Center mengatakan seharusnya kewajiban Pemda Purwakarta dan Pemprov Jawa Barat memfasilitasi anak-anak berprestasi di setiap daerah di Jawa Barat, begitu pun yang ada di Purwakarta. Kami menyesalkan masih ada dana dana pendidikan di setiap daerah di Indonesia tidak jelas alokasi anggaran dan tujuannya. Disaat ada anak yang berprestasi, mereka menjawab tidak ada anggaran. Ini yang mesti diperbaiki oleh Pemerintah Jokowi-Maruf Amin kedepan.

Editor : Fratama
Penanggung Jawab : Obor Panjaitan
Komentar

Berita Terkini