|

FSDRK : Teror Bom Mulai Ditinggalkan Ekstrimis IslamPhobia, Beralih ke Aksi Penembakan Brutal Ala Gamers

Muhammad Ichsan, Pegiat Sejarah dan Damai Resolusi Konflik, Foto : ist

Oborkeadilan.com | Jakarta |  Pegiat Forum Sejarah dan Damai Resolusi Konflik (FSDRK), Muhammad Ichsan, Mengatakan Ancaman Teror saat ini mulai beralih ke Aksi Penembakan karena lebih ingin melihat korban tersiksa sebelum meregang nyawa. Ini benar benar Psikopat.

" pelaku kebanyakan saat ini terinspirasi dari pada game  penembakan, mereka perlahan beralih dari awalnya meledakkan diri atau dikenal dengan sebutan "pengantin bom" menjadi brutal menyerang secara pribadi ala gamers " . ujar Ichsan diterima media.

Diketahui Pelaku  Brenton Tarrant melakukan penembakan brutal di dua masjid diantaranya Masjid Al Noor dan masjid lainnya di Linwood Avenue. menjelang Shalat Jumat Jamaah. (15/3).

Dikutip dari beberapa media Internasional, Perkataan  Brenton Tarrant pun dibuktikan dengan tindakan. Dia memposting video di media sosial saat melakukan aksi sadisnya menembaki jemaah masjid yang sedang salat Jumat dengan sudut pandang sebagai seorang penembak.

Dalam sebuah manifesto yang disebarkan via media sosialnya, pria 28 tahun ini mengaku telah belajar menjadi pembunuh lewat sebuah game.

"(Game) Fortnite mengajarkanku menjadi seorang pembunuh," ujarnya.

Fortnite merupakan game online battle royale. Dalam game ini para pemain akan bertarung dalam sebuah arena tanding menggunakan senjata sampai ada orang terakhir yang bertahan.

Game besutan Epic Games ini cukup digandrungi anak muda di seluruh dunia namun memicu kekhawatiran orang tua. Fortnite bukan satu-satunya yang digemari, ada game battle royale lainnya yang tenar yaitu Player Unknown Battle Grounds atau PUBG.

Beberapa negara telah melarang game-game ini karena dampak buruk yang dihasilkan, salah satunya yakni India yang melarang PUBG atau China yang memblokir Fortnite.

Peredaran Senjata Ilegal

Selain faktor kekerasan game, juga sisa sisa senjata pemberontak negara bekas konflik di Asia Tenggara seperti, di Aceh, Philipina Selatan, Timor Leste,  cukup mudah diperjual belikan di pasar asia.

Peredaran senjata dikawasan Asia khususnya, Asia Tenggara, Asia Selatan, Transferan Timur Tengah terbilang cukup bebas  menjanjikan lahan bisnis bagi para pelaku "sayap kanan" yang Islamphobia maupun ekstrimis garis keras. (*)

Muhammad Ichsan, S.Pd
Forum Sejarah dan Damai Resolusi Konflik
isan.mdlife@gmail.com
Komentar

Berita Terkini