Senin, 14 Juli 2025 | 23:13:38

Eskalasi Perang Iran–Israel 2025: Serangan Rudal Balasan, Ratusan Korban, dan Ancaman Perang Regional

Media Nasional Obor Keadilan | Teheran, 22 Juni 2025 —Konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang meletus sejak 13 Juni 2025 terus memanas, memicu eskalasi serangan balasan di kedua belah pihak. Jenderal Senior Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Mohsen Rezaei menyatakan Iran telah “menghukum Israel dengan keras,” namun data di lapangan menunjukkan kerugian besar terutama di pihak Iran, sementara ancaman meluasnya konflik ke skala regional semakin nyata.


⚔️ Data Terkini Korban

  • Iran:
    Lebih dari 657 orang tewas, termasuk 263 warga sipil, dan lebih dari 1.200 luka-luka akibat gelombang serangan Israel yang menargetkan fasilitas nuklir dan markas IRGC di Teheran dan beberapa provinsi lainnya.
    (Sumber: Reuters, Al Jazeera)

  • Israel:
    Sekitar 24 orang tewas, mayoritas warga sipil, serta ratusan orang mengalami luka akibat ratusan rudal balistik dan drone yang diluncurkan Iran ke wilayah Tel Aviv, Haifa, dan beberapa pangkalan militer.
    (Sumber: The Guardian, AP News)


💥 Serangan dan Balasan

Pada 13 Juni, Israel meluncurkan Operasi Rising Lion, menghantam fasilitas nuklir Natanz, Arak, Isfahan, dan markas IRGC. Serangan ini menewaskan beberapa petinggi militer, termasuk Jenderal Hossein Salami, serta ilmuwan nuklir senior.
Iran membalas melalui Operasi True Promise III, menembakkan ratusan rudal balistik dan drone ke berbagai kota di Israel. Sistem pertahanan Iron Dome Israel berhasil menahan sebagian besar serangan, membatasi kerusakan strategis di sisi Israel.


☢️ Program Nuklir Iran: Tetap Jadi Sasaran

Jenderal Rezaei menegaskan bahan nuklir Iran telah dievakuasi dan serangan Israel dianggap gagal total. Laporan IAEA mengonfirmasi adanya kerusakan di Natanz dan Isfahan, tetapi situs bawah tanah seperti Fordow masih utuh dan sulit dijangkau tanpa bom penghancur bunker milik Amerika Serikat.
Mantan Kepala MI6, John Sawers, menilai serangan Israel melemahkan program nuklir Iran dengan menewaskan ilmuwan penting, meski tidak menghancurkan total fasilitas utama.


🛡️ Iron Dome Masih Jadi Tembok Kokoh

Klaim Iran bahwa rudal hipersoniknya mampu mengacaukan pertahanan Israel diragukan oleh analis militer Barat. Data serangan menunjukkan Iron Dome tetap efektif menangkal sebagian besar rudal dan drone, dibantu dukungan logistik dan intelijen dari Amerika Serikat.


🌍 Risiko Perang Regional Semakin Nyata

Hingga saat ini, Iran belum mengerahkan kekuatan darat, laut, atau proksi seperti Hizbullah, juga belum menutup Selat Hormuz. Jenderal Rezaei menegaskan eskalasi dilakukan bertahap dan menolak tawaran gencatan senjata yang dinilai hanya menguntungkan Israel.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump membuka opsi serangan lanjutan ke Fordow jika Iran terus menolak negosiasi. Analis seperti Jonathan Panikoff menyebut Iran sengaja menahan proksi untuk menghindari perang total yang bisa memicu intervensi lebih besar.


🔍 Antara Narasi dan Kenyataan

Pernyataan Rezaei dan propaganda media pemerintah Iran diyakini bertujuan menjaga moral publik di tengah kerugian besar, korban sipil, dan kerusakan infrastruktur energi. Di sisi lain, Israel tetap mendapat sokongan penuh Amerika Serikat dan negara-negara Barat.

Sampai kapan eskalasi ini dapat dikendalikan sebelum menyeret kawasan ke jurang perang regional dan krisis energi global?


Disusun oleh: Obor Panjaitan
Referensi: Reuters, Al Jazeera, AP News, The Guardian, NY Post, IAEA Reports.

Media Nasional Obor Keadilan
🗓️ Terbit: 22 Juni 2025

Berita Terkait

Komentar