|

Muhammad Najib : Peran Polisi dan Media Medan Bernuansa Skema Proxy War Dan Perang Asimetris

Muhammad Najib tengah diwawancarai media-media

Najib : Karena demi mempertahankan Rezim, Polisi menggunakan skema Proxy War dan Perang Asimetris terhadap Pendemo di Medan.

MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | Aksi unjuk rasa mahasiswa yang telah dilakukan banyak organisasi Mahasiswa di Kota Medan berujung ricuh pada Kamis (20/9) dan melibatkan baku hantam, hingga akhirnya polisi memukuli mahasiswa didepan gedung DPRD Sumut hingga mengejar sampai kekantor Kodim BB 0102 tempat persembunyian mahasiswa dari kejaran polisi.

Hal ini yang menyebabkan Muhammad Najib Ketua Umum dari HmI Komisariat Fakultas Syari'ah dan Hukum UINSU menilai polisi dan media bayaran pro rezim semakin gila dan tidak waras karena sudah membuat skema proxy war dan perang asimetris terhadap kami mahasiswa.

Saat dihubungi pihak Oborkeadilan, Najib menilai, ada pola perang asimetris seperti penggiringan isu pada kasus Demo Mahasiswa yang dilakukan oleh media-media bayaran pro rezim. Ia mencium ada upaya mendiskreditkan mahasiswa melalui judul berita yang dimuat beberapa media pro rezim tersebut.

Menurut Najib tambahnya, saya pernah membaca buku Perang Asimetris dan Skema Penjajahan Gaya baru, bahwa perang asimetris merupakan metode peperangan gaya baru secara nonmiliter. Namun, daya hancurnya tidak kalah, atau bahkan dampaknya lebih dahsyat, daripada perang militer", ujar Najib.

"Ia memiliki medan atau lapangan tempur luas meliputi segala aspek kehidupan, yaitu geografis, demografis, sumber daya alam, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan," kata Muhammad Najib menerangkan kepada Oborkeadilan, Jum'at (21/9).

Dalam perang asimetris itu terdapat suatu pola, di mana kita bisa mengetahui apakah itu perang asimetris atau bukan. Najib mengemukakan, jika dilihat dari polanya, ada tiga tahapan dalam perang asimetris.

Pertama, menebar sebuah isu. Setelah berhasil, ditingkatkan menjadi sebuah tema atau agenda. Jika berhasil lagi, barulah skema yang sebetulnya keluar.

 Ia memberi contoh, ditebarlah sebuah isu yang mengatakan harga cabai meroket. Isu itu ditebar untuk mengecek reaksi masyarakat terlebih dahulu. Begitu masyarakat resah, ditingkatkan ke tema atau agenda.

Dalam penyebaran informasi itu disebut, Indonesia mengalami kelangkaan ketersediaan cabai. Barulah setelah masyarakat menerima informasi kelangkaan cabai itu, skema aslinya dimunculkan.

"'Yah gimana dong, kalau gini kita harus impor'. Gitu kan. Ujung-ujungnya kelihatan tujuannya itu mengimpor. Barulah perusahaan asing masuk, menjajah ekonomi kita di bidang pertanian. Nah, itu contohnya," kata Najib menjabarkan.

Pada kasus Aksi Unjuk Rasa Damai Mahasiswa ini, menurut dia, maunya memang menuju ke sana. Dalam artian, penggiringan isu, Bahwa mahasiswa ini punya niat yang tidak bagus, ingin makar, ingin membangun kebencian, atau intinya yang anti pemerintah itu adalah mahasiswa.

"Cuma, kita lihat saja kedepannya nanti pemerintahan dan media-media pro rezim ini dengan cara tipu muslihat bagaimanapun masyarakat sudah cerdas tak dapat ditipu-tipu lagi," tegas Najib.

Tambah Najib, "lihatlah cara-cara konyol dan grand issue baru nanti bakal dibuat lagi, tapi kami mahasiswa tidak gentar, saya pastikan gerakan yang lebih besar lagi akan kami persiapkan demi menumbangkan rezim yang amburadul dan tidak pro rakyat ini,"tutup Najib.()

Editor : Redaktur
Penanggung Jawab Berita : Obor Panjaitan
Komentar

Berita Terkini