|

PEKERJA TENUN SONGKE DI MATIM NTT BUTUH PERHATIAN PEMERINTAH


Foto : Ibu Adelina Siti dan Kain Songke Manggarai NTT.

Borong - NTT| Media Nasional | Oborkeadilan.com- Rabu,(23/05), Adelina Siti (63), salah seorang dari puluhan penenun kain tradisional di kampung rihut desa golo munga barat kecamatan Lambaleda Matim, butuh perhatian pemerintah.

“saya sudah mulai menenun sejak tamat SD, dulu rata-rata  kami masih gunakan benang biasa. Benang direndam bersama tao (sejenis pewarna hitam-red), setelah itu di jemur di atas teteng (penjemur benang yang sudah di rendam-red), setelah benang terlihat hitam, dilakukan pemintalan yang kemudian kami susun diatas alat tenun”, jelas adelina.
Dia melanjutkan, Sekarang hampir semua bahan baku bisa didaptkan di toko, kata Adelina.

Adelina juga menjelaskan ,Songke Manggarai merupakan salah satu warisan budaya Manggarai yang sangat unik dan terkenal, Dia melanjutkan,
“Kami di desa seperti ini, masih sangat membutuhkan perhatian Pemkab Matim NTT dan pejabat negara untuk dapat mengembangkan kreativitas kami dalam rangka meningkatkan ekonomi rumah tangga”, harap Adelina.
Sebagaimana berbagai suku lainnya di Indonesia, begitu pula halnya dengan dirinya di Manggarai Flores NTT yang memiliki tenunan Khasnya sendiri, terangnya.

Adelina Siti,(63), janda ditinggal Suami sejak usia 8 bulan anak laki-lakinya, Dirinya memiliki satu orang anak laki-laki yang saat ini menjabat sebagai Kepala Desa Golo Munga Barat Manggarai Timur NTT.
Dalam obrolan Adelina menceritakan dirinya pernah membaca salah salah satu media menceriterakan tentang Ibu Ani Yudhoyono saat berkunjung ke Sumba barat daya NTT pada Oktober 2012 lalu, pada saat mendampingi suaminya terlihat anggun dengan Songke Manggarai yang pada bagian atasannya menggunakan warna dasar hitam dimodifikasi menjadi blaser. sedangkan bawahannya menggunakan songke yang dijadikan wiron. Seni kriya songke sarat dengan nilai dan simbol.

Warna dasar hitam pada songke melambangkan sebuah arti kebesaran dan keagungan orang Manggarai serta kepasrahan bahwa semua manusia akhirnya akan kembali pada Yang Maha Kuasa, terangnya.
Adelina, sangat berbangga jika hasil tenunan songkenya bisa di pakai oleh pejabat pemerintah, tambahnya, “ saya mengimpikan ada pejabat negara yang memesan hasil karya saya”, kata Adelina.
Untuk diketahui, aneka motif bunga pada kain songke karya Adelina ,mrengandung banyak makna sesuai motif itu sendiri seperti motif wela kaweng ,bermakna interdependensi antara manusia dengan alam sekitarnya.

Motif ranggong (laba-laba) bersimbol kejujuran dan kerja keras. Motif su’i (garis batas) pertanda keberakhiran segala sesuatu, yaitu segala sesuatu ada akhirnya, ada batasnya.
Motif ntala (bintang) terkait dengan harapan yang sering dikumandangkan dalam tudak, doa porong langkas haeng ntala, supaya senantiasa tinggi sampai bintang.

Maksudnya, agar senantiasa sehat, umur panjang, dan memiliki ketinggian pengaruh lebih dari orang lain dalam hal membawa perubahan dalam hidup. Motif wela runu (bunga runu), yang melambangkan sikap atau ethos bahwa orang Manggarai bagaikan bunga kecil tapi memberikan keindahan dan hidup di tengah-tengah kefanaan ini.( Louis Mindjo)

Editor: Redaktur
Penanggung Jawab: Obor Panjaitan

Komentar

Berita Terkini