|

Belasan Tahun Kakao Diserang Hama,Dinas Pertanian Matim Dinilai Tidak Becus

Foto : Tanaman kakao milik petani di Matim yang diserang Hama. 

BORONG-NTT | Media Nasional Obor Keadilan | Hampir belasan tahun tanaman kakoo milik petani di Kabupaten Manggarai Timur (Matim) diserang hama,
ujar Marsel Man, petani asal Kecamatan Poco Ranaka pada media ini ,Rabu (25/04/2018).

hal ini dikatakan marsel ,terkait lambannya penanganan dinas pertanian setempat terhadap hama dan penyakit yang menyerang kakao selama Belasan tahun, padahal kakao merupakan salah satu tanaman sumber ekonomi bagi petani setempat”, ujar Marsel.
Dia melanjutkan, Sudah belasan tahun tanaman cokelat kami  buahnya selalu rusak“.

Di tempat terpisah Marten Luis mengatakan, jumlah PPL di lapangan cukup banyak,tetapi kinerja mereka wajib dipertanyakan. Pemerintah sudah tidak memperhatikan keluhan dan nasib petani padahal sebagian besar masyarakat kita hidup dari bertani, kata petani asal ranamese di sela kesibukannya.

Pantauan media ini , penurunan angka produksi kakao di kabupaten matim akhir-akhir ini sungguh sangat memprihatinkan,
“Petani tidak punya pengetahuan untuk menghilangkan hama yang menyerang tanaman, Kami butuh pemerintah untuk berdayakan petani. Saya tidak tahu, apakah dinas terkait ada program untuk penanganan penyakit pada tanaman jenis ini?, dan pada siapa kami berharap?, Bukankah Negara ini hadir untuk mensejahterakan rakyatnya,” tegas Marsel dengan nada kesal.

Marten menambahkan, jujur, Kami kecewa sekali dengan pemerintah. Masa nasib petani tidak diurus?, Pemda buat apa saja?, ataukah sekedar sibuk urus administrasi ?,  sampai lupa urus nasib rakyat,” ucap Marten, kesal.

Sementara itu,Kepala Dinas Pertanian Matim Sil Jerabat saat dikonfirmasi media online lokal mengatakan, sudah sejak tahun 2011 ada pelatihan untuk penanganan kakao.

“Sudah ada latihan untuk petani sejak tahun 2011 sampai dengan sekarang yaitu pelatihan P3S (Pemupukan, Pemangkasan, Panen sering, dan Sanitasi) di sembilan kecamatan. Kita berharap semua petani setelah ikut pelatihan, mereka  bisa mandiri. Karena pelatihan langsung praktik di lapangan di kebun kakao bukan di kelas atau ruangan,” ujar Sil.

Dia menambahkan,”Tahun ini ada diklat Penanganan kakao,Kalau mereka mengeluh, ya, itulah petani,” kata Sil.(LM)

Penanggung Jawab : Obor Panjaitan
Komentar

Berita Terkini