|

Hari Anak Nasional 2022: Roostien Illyas Serukan "Stop Seremoni, Lindungi Anak untuk Indonesia Maju"


Penulis: Roostien Ilyas-Aktivis Perlindungan Anak Indonesia

Jakarta | Media Nasional Obor Keadilan |Hujan belum reda, sewaktu aku menunggu grab di lobby Tamini mall, Tiba-tiba dua anak laki-laki dengan menggigil kedinginan, yang satu menyodorkan payungnya dengan ragu-ragu dan menyapa "ibu" bu Roostien ya? oh iya kamu siapa? saya Malik bu dari pasar Kramatjati, tuu kan bener bu Roostin, saya Jamal bu, sama Kramatjati juga, ya Allah nak, sekarang kalian sesudah tamat paket B katanya mau cari duit aja, usaha apa?

Buk saya sama Malik sudah punya piaraan kambing dikampung. Malik punya 7 saya 8, bu tapi di pasar kita buka sewaan buku komik tapi gak laku, anak-anak pada punya HP. Jadi sewaan buku kita pindahin ke kampung, bu ntar ibu bantu buku cerita tapi komik ya bu, kalau di kampung laku bu, ku peluk dua anak asuhku, sambil kumasukkan uang ke kantong mereka masing-masing.

Foto: Roostien Ilyas-Aktivis Perlindungan Anak Indonesia

Aku bangga melihat mereka mampu menjadi tunas muda pekerja keras yang tangguh, Aku berharap suatu saat nanti mereka melanjutkan pendidikannya. Karena aku yakin pendidikan di Indonesia sekarang sangat di mudahkan.

Di mobil ingatanku kembali ke anak-anak lain yang di sekitar kampung, di dekat Tangerang aku di minta oleh Nusa Putra dia ketua Bina Program di lembaga sosialku untuk ketemu mereka-mereka yang kalau siang hari banyak remaja-remaja kecil yang lagi bercanda nge prank temen-temennya dengan teriakan bebas nya. Mereka pake kaos oblong celana pendek, kuperhatikan memang mereka-mereka normalnya remaja-remaja cilik.

Aku rasa gak ada yang aneh dengan kampung dan penghuninya ini, Ah si Nusa ngawur, Aku omelin Nusa yang ketua Bingram di lembaga sosialku, gak ada apa-apa di situu. Eee, yang penting mbak Roostien uda ketemu cewek-cewek tanggung yang biasanya ngobrol di gardu. Sekarang jalan-jalan dulu ntar jam 9 malem mbak Roostien balik situ lagi deh, kalo nggak gitu kita ga dapet investigasinya.

Aku penasaran jam 9 malam aku balik bersama Nusa dan Mansur juga ikut. Sesampai di kampung yang tadi
jujur aku pangling, melihat kampung yang disiang hari hanya kampung biasa yang dipenuhi rumah-rumah setengah permanen berjajar-jajar biasa saja tapi di malam hari kampung itu berubah jadi kafe-kafe dangdut dengan lampu-lampu kerlap-kerlip, lagu-lagu dangdut kenceng banget dan Nusa tiba-tiba ngilang, aku sama Mansur nunggu di depan salah satu kafe, 10 menit kemudian Nusa balik bareng 3 cewek-cewek cantik, dengan dandanan yang sangat seronok, Nusa dengan usilnya gangguin cewek-cewek itu mereka tertawa-tertawa, setelah dekat Nusa tanya ke mereka. Tadi siang yang ketemu bu Roostien ini siapa ya?

Bersamaan mereka menjawab "kita bang" Aku perhatikan satu-satu ya ampun, ini kan anak-anak baru gede yang aku ajak ngobrol tadi siang, kok dalam 5 jam mereka berubah jadi sangat dewasa, setelah basa basi sebentar mereka berlarian balik ke kafe dangdut, menurut Nusa usia-usia mereka 14,15,16 tahun.

Foto: Bunda Roostien mengedukasi anak-anak bangsa yang sedang bertumbuh, serta mensosialisasikan program peduli wawasan kebangsaan yang beriman dan Taqwa kepada Allah.

Speechless, aku terdiam aku sedih karna gak mampu berbuat banyak Ah, capek hati ini terbayang anak-anakku yang lain, mereka yang di kampung-kampung kumuh daerah Ciputat kebanyakan mereka cuma sekolah sampai SMP. Karena meskipun sekolahnya gratis tapi biaya kehidupan mereka sehari-hari sangatlah mencekik leher, maka anak-anak ini kembali memulung untuk membantu orang tuanya.

Tapi aku yakin mereka akan kembali ke bangku sekolah karena aku yakin orang tua merekapun kini mulai sadar pentingnya pendidikan, Tugas kitalah untuk kembali meyakinkan mereka dengan memanfaatkan KJP yang sangat membantu. Kini dengan adanya merdeka belajar diharapkan akan lebih memudahkan bagi anak-anak belajar Akhlak dalam pendidikan karakter yang akan mendasari ilmu-ilmu akademik apapun.

Karena Akhlak adalah utama untuk seluruh Bangsa kita bagaimana mencintai Indonesia, bagaimana Mencintai sesama bangsa, bagaimana menghormati sesama, Itu wajib dimiliki oleh anak indonesia sedini mungkin.m, Gak Salah kalo ada guru di Australia mengatakan dia sangat berbahagia melihat anak-anak didiknya yang masih kelas 2 SD bisa antri dengan tertib, mereka belajar tentang hak dan kewajiban daripada melihat nilai A untuk matematika mereka Kejadian-kejadian pencabulan guru pada anak-anak didik yang semakin marak akhir-akhir ini jelas-jelas bahwa pendidikan Akhlak masih sangat jauh dari para pendidik yang seharusnya menjadi panutan, Tapi kita gak boleh berkecil hati dalam perjuangan pendidikan karakter pendidikan Akhlak untuk anak Indonesia.

Mestinya negara kita ini harus mempunyai sebuah departemen khusus untuk perlindungan anak, sebagaimana yang diterapkan oleh lembaga internasional Unicef. Hal ini saya utarakan bukan berarti Indonesia tidak punya lembaga yang mengurusi anak, ya sudah ada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.

Namun saya merasakan kecenderungan khawatir atas terpenuhi nya hak anak dalam mendapatkan keadilan dan kesejahteraan, keamanan dan kesehatan bahkan pendidikan. Tiap kali datang hari ulang tahun perlindungan anak semua ini selalu menghantui pikiran ku, berharap seluruh anak bangsa ini mendapatkan keadilan secara utuh sebab anak bukan benda yang dapat terpotong (parsial) dalam pelayanan harus utuh maksimal.

Di hari Anak Nasional 2022 kali ini semoga Hak Anak berpendidikan dan pendidikan karakter atau pendidikan Ahlak sebagai nation & characters building sebagai bangsa yang Bhineka Tunggal Ika serta Pancasila sebagai way of life and way of thinking yang wajib di miliki oleh anak Indonesia sedini mungkin bukan dengan menghafalnya tapi dengan diajarkan dalam perilaku sehari-hari.

Editor: Redaksi
Penanggung Jawab Berita: Obor Panjaitan

Komentar

Berita Terkini