|

Jelajah Pulau terluar (bagian 3 Habis) Selamat Bertugas Pak Syariful Jangan Sampai Suar itu Padam

BATAM | MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN, Rabu (01/12/2021)-Melihat laut, bagi Syariful merupakan kekayaan alam Indonesia. Setiap hari ia menatap hamparan biru laut, deru ombak dan kapal kapal melintas. Tak ada pandangan lain selain itu. 

Maka kebiasaan itu bak ia nobatkan untuk menghabiskan hari tua menjelang ia akan pensiunan. Bukan lah waktu yang singkat, 3 tahun mendatang Syariful akan memasuki purna bakti menjadi seorang navigator Kementerian Perhubungan RI. 

Selama bertugas di Kementerian Perhubungan, 32 tahun lamanya Syariful sudah berkeliling pulau di Kepri untuk menjaga menara suar. Namun cerita pengalaman yang tak dapat ia lupakan hanya di Pulau Takong. 

Baginya bertugas di menara suar Pulau Takong membuatnya serasa tinggal di Singapura dan Malaysia. 

“Lah memang iya dik, Takong ini berada dititik  kordinat Selat Malaka. Pulau yang langsung berhadapan dengan pulau Senang punya Singapura. Tuh bisa lihat pulau Senang ada di depan mata,” ucap Syariful sedari mengarahkan jari telunjuknya kearah pulau Senang milik Singapura. 

Pulau Takong, sambung dia berbatasan langsung dengan perairan lintas negara Singapura dan Malaysia.

“Siapa yang tak kenal dengan Selat Malaka? Pulau ini bagai ‘harta karun’ ada ribuan kapal yang melintas setiap hari disini,” sebut dia.

Maka tak asing, jika pulau ini selalu menjadi pembicaraan hangat dalam dunia internasional. Tak asing negara Singapura yang luasannya separuh dari kota Batam bisa makmur dan menjadi negara terkaya di Asia lantaran berada pada jalur ‘Selat Malaka’.

Dengan rasa bangga ingin menunjukkan letak Selat Malaka yang ter-amat strategis, Syariful pun mengajak penulis menaiki menara suar (mercusuar). 

Menara suar yang terbuat dari penyangga besi yang dibangun menggunakan dana bantuan kerjasama Jepang pada Maret 2011 itu terlihat kuat dan kokoh menjulang diatas awan. 

Dari atas menara suar, Syariful langsung menawarkan teropong. Teropong itu selalu ia gunakan untuk memantu pergerakan kapal mengalami permasalahan. 

“Kalau kapalnya tak bergerak, pasti ada masalah. Karena dilokasi lintasan yang sudah diatur ini kapal tak boleh berhenti,” sebutnya. 

Berjarak 12 mil, teropong milik Syariful dapat menembus awan. Kapal kapal akan terlihat jelas dalam teropong. 

Detik demi detik, menit hingga jam berlalu, penulis mengamati dan menyaksikan betul  aktivitas alur pelayaran di Selat Malaka itu. Tak semua orang tau, tak semua orang pernah sampai pada lokasi ini, Selat Malaka adalah ‘jalur emas’. 

Karena sudah mau sore jadi kita lihat sun rise" tapi sayang sekali cuaca sedikit mendung dan sunrise tidak dapat diabadikan dengan kamera.

Dimenara suar ini terlihat begitu luasnya dan begitu indahnya nya ,pandangan mata bisa sampai 360° tanpa terhalang apapun.

"Coba lihat dik, itu lampu lampu Gedung Singapura bagus bukan, itu tuas juga kelihatan" dari raut wajahnya Syariful terlihat sebuah kebanggaan menjadi penjaga menara suara di pulau takong ini.

Hari menunjukkan sore hari, awan mulai gelap. Yang terlihat senja sore hari mewarnai keindahan langit membuat kami pun akhirnya turun kebawah. Secara perlahan, anak tangga demi tangga sampai tiba dibawah.

Sembari menyeruput secangkir kopi yang telah dihidangkan Syariful, ia terus melanjutkan cerita pengabdiannya. 

Dalam kurun waktu tujuh tahun lamanya menjadi penjaga menara suar di Pulau Takong, Syariful tau betul apa yang selalu terjadi diperairan itu. Ia menyaksikan setiap aktivitas kapal yang bergerak. Jangankan pergerakan kapal, kondisi angin kencang dan buah jatuh disamping rumahnya pun ia tau. 

Disamping rumah Syariful dikelilingi tumbuhan pohon, ada pohon kelapa dan ada pohon mangga. Tentu disamping tumbuhan besar yang membuat rindang. Syariful juga memiliki ternak peliharaan. Tak banyak, hanya beberapa ekor ayam saja. Namun itu membuatnya cuku senang, menambah aktivitas kesehariannya.

“Tinggal di Takong mengingatkan saya bahwa Indonesia itu sangat luas. Melihat negara Singapura itu sudah bagaikan jalan rumah bagi saya,” ungkap Syariful yang disempatkan juga memelihara ayam kampung dan hasilnya bisa di konsumsi sendiri ataupun di bagikan juga ke nelayan yang ada di bawah tadi. 

Bukan tanpa alasan, Syariful menyebutkan itu lantaran hari hari ia menatap dataran pulau Singapura tampak begitu dekat. Gugusan gedung gedung pencakar langit seperti Marina Bay Singapura juga terlihat jelas dari pandangannya. 

“Singapura itu sudah bagaikan halaman rumah bagi saya" Selorohnya yang spontanitas membuat kami bertiga tertawa lepas. 

“coba lihat. Begitu dekat kan? Bangun pagi yang kita lihat pulau Senang, duduk santai yang terlihat pulau Senang. Apalagi malam, maka cahaya gedung-gedung Singapura terlihat jelas,” katanya sambil tersenyum memperlihatkan kumisnya yang baik turun, membuat suasana semakin akrab. 

Posisi pintu rumah Syariful memang menghadap ke Selatan tepatnya negara Singapura. Sementara ke arah barat merupakan negara Malaysia. 

“Kedua negara ini sama sama dekat pak, Singapura terlihat jelas lantaran memiliki gedung gedung pencakar langit yang berhadapan langsung dengan kita. Kalau Malaysia itu kita hanya bisa melihat daratannya saja,” kata Syariful.

Selain menyaksikan melalui pandangan mata, Syariful juga mengaku kerap mendengarkan suara dentuman operasi militer Singapura. 

“Di Pulau Senang itu lokasi latihan tentara Singapura, setiap mereka latihan maka suara dentuman alutsista akan terdengar keras,” katanya. 

Di pulau Takong dilengkapi teropong dan radar, Syariful pun dapat menyaksikan langsung latihan operasi militer Singapura di Selat Malaka itu. Namun selama bertugas di Pulau itu, ia mengaku tak pernah mengalami gangguan dari tindak kejahatan laut. 

“Mungkin sudah tak seperti dulu lagi iya, sekarang semua sudah aman dan nyaman. Negara sudah lengkap dengan perangkat pertahanan. Jadi tak ada lagi yang macam-macam,” tuturnya. 

Syariful selalu rutin berkomunikasi dengan instansi lainnya bahkan kerap kali personil Patroli dari Keamanan laut mampir dan memberi oleh oleh ataupun ngobrol bersama bertukar cerita.

" Kala jivam Asti Waktu adalah jiwa" itulah semboyan kami dik" ucap Syariful dengan menyentuh Lambang dan simbol dibajunya, Penghayatan yang di berikan ya sangat luar biasa bagi Pekerjaannya.

Mungkin banyak yang tidak mengetahui bahwa setiap tanggal 22 September adalah hari menara suar. 

Di penghujung hari tim Jelajah berpamitan dan Syariful menjabat tangan tangan jurnalis dengan hangat. Selamat bertugas Pak Syariful Jaga terus lampu itu jangan sampai Padam.(David)

Editor : Redaktur

Penanggung Jawab Berita : Obor Panjaitan.

Komentar

Berita Terkini