Penulis: Roostien Ilyas (Bunda Roostien) | pegiat sosial dan pengurus pusat Nahdatul Ulama (NU) Al Ma'arif NU
Media Nasional Obor Keadilan | Jakarta 20/05-2021, Kebangkitan nasional adalah tekad untuk bangkit dari kaum pesimis jadi energi optimis, hal ini dapat terwujud bukan masalah usia tapi situasi mental kejiwaan (state of mind).
Kebangkitan Nasional adalah tekad kualitas imajinasi kekuatan emosi.
kesegaran musim semi kehidupan.
Kebangkitan Nasional itu komitmen.
Secara sungguh-sungguh untuk bangkit dan memperjuangkan gagasan demi kebaikan dan kebangkitan hidup berkebangsaan.
Bersempena pada tanggal 20 Mei merupakan peringatan Hari Kebangkitan nasional itu adalah kebesaran jiwa yang mengatasi kekerdilan kepentingan sempit demi kebaikan hidup bersama.
"Kebangkitan nasional
adalah imajinasi kebangsaan yang mengatasi kesempitan primordialisme agama suku dan kedaerahan."
Setelah semangat Kebangkitan nasional
malah terasa mundur dengan tampilnya kaum muda di berbagai bidang kehidupan malah tidak memperkuat semangat kebangkitan "kaum muda" kebanyakan kaum muda tidak sanggup ambil jarak dari kaum tua Yang mewariskan tradisi korupsi dan keterbelakangan, kebanyakan juga tidak menunjukkan kemauan untuk memuliakan bangsanya melalui pengetahuan dan gagasan kemajuan.
Ada sejumlah politisi muda rebutan meraih puncak kekuasaan tanpa etos kejuangan yang etis bahkan miskin imajinasi,
cenderung ambil jalan pintas dan tidak menunjukkan vitalitas daya muda yang progresif.
Komitmen kebangsaan juga meredup....
dimanapun kita lihat malah tidak ada tanda-tanda keseriusan untuk secara sengaja memikirkan,menata dan mengembang
kan potensi yang kita miliki.
Dunia politik jadi arena pertarungan kekuasaan ketimbang sebagai ajang merumuskan kebijakan dan pelayanan kepentingan rakyat, Peringatan
Kebangkitan nasional harus mampu menggali apinya bukan membawa pulang abunya, kobarkan semangat progresif mental muda dengan kobaran "Kebangkitan Nasional" komitmen keluasan jiwa yang secara sungguh-sungguh membangun bangsa.
Semangat Hari Kebangkitan Nasional adalah semangat rela berjuang secara mati-matian dengan penuh idealisme dan mengesampingkan kepentingan diri sendiri.
Semangat Kebangkitan Nadional adalah semangat persatuan tanpa mengecualikan siapapun, Kikislah semua kuman kelunturan dan degenerasi dengan menghidupkan kembali semangat "Kebangkitan nasional".
■ Sejarah Singkat Hari Kebangkitan Nasional
Kebangkitan Nasional adalah masa di mana bangkitnya rasa dan semangat persatuan, kesatuan, dan nasionalisme, serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan republik Indonesia yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang.
Dikutip dari sumbarprov.go.id, Kebangkitan Nasional ditandai dengan dua peristiwa penting, yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928).
Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli. Tokoh-tokoh yang mempolopori Kebangkitan Nasional, di antaranya:
- Sutomo
- Ir. Soekarno
- Dr. Tjipto Mangunkusumo
- Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hajar Dewantara)
- dr. Douwes Dekker, dan Lain-Lain
Asal Usul Kebangkitan Nasional
Pada tahun 1912 berdirilah Partai Politik pertama di Indonesia (Hindia Belanda), Indische Partij.
Pada tahun itu juga, Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (di Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (di Yogyakarta), Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang.
Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi sebenarnya diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo.
Serikat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu.
Kemudian, berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.
Pada tanggal 20 Juli 1913, Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis “Als ik eens Nederlander was” yang memiliki arti “Seandainya aku seorang Belanda”.
Ia memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda.
Karena tulisan tersebut, dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka.
Tetapi karena “boleh memilih”, keduanya dibuang ke Negeri Belanda.
Di sana Suwandi justru belajar ilmu pendidikan.
Sementara itu, dr. Tjipto dipulangkan ke Hindia Belanda karena sakit.
Tanggal berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Penulis: Roostien Ilyas (Bunda Roostien) | pegiat sosial dan pengurus pusat Nahdatul Ulama (NU) Al Ma'arif NU