|

Problematik New Normal

Penulis: Dewi Nafisah Nasution


MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | Senin, (10/8-2020) - Perkembangan pandemi covid-19 di Indonesia semakin hari semakin menunjukkan kegigihannya, bahkan di sebagian daerah virus ini semakin menggila, terlebih lagi saat ini Indonesia sedang menerapkan sistem new normal yang artinya adalah kenormalan baru.

 

Kenormalan baru adalah kembalinya aktifitas seperti sebelumnya yaitu kembali menjalankan segala sesuatu yang biasa kita lakukan dengan berbasis pada adaptasi perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan diterapkannya sistem ini diharapkan membaiknya segala sektor perekonomian yang sempat porak-poranda dampak akibat COVID-19. Fasilitas-fasilitas umum dibuka kembali dan tempat-tempat wisata kembali dibuka untuk memanjakan mata dan pikiran masyarakat Indonesia yang telah jenuh karena lama tak ada kehidupan sosial secara langsung. Dampak dari hal ini adalah melimpahnya masyarakat yang berdatangan baik itu ke mall maupun ke tempat wisata yang saat ini ramai dan padat, mereka bergerak bebas kesana kemari seolah pandemi ini sudah berakhir.


Tapi untungnya, pemakaian masker sudah menjadi kebutuhan pokok yang wajib ada untuk sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun juga masih banyak yang memakai masker hanya untuk style/fashion tanpa menggunakannya dengan benar yang sesuai ketentuan pemakaian seperti memakai masker di dagu ataupun dilingkarkan di leher, bahkan ada yang hanya memakai menutupi mulutnya saja tapi tidak dengan hidungnya. Hal ini sungguh berbahaya terlebih lagi karena WHO sudah memberitakan kalau COVID-19 ini dapat menyebar lewat udara/aerosol.

 

Kini kehidupan sudah kembali dengan kenormalan baru tapi belum kepada dunia pendidikan, walaupun pemerintah sudah menerapkan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) tapi tetap saja hal ini menimbulkan banyak polemik seperti “Sampai kapan sistem ini akan dilaksanakan”, “Apakah seluruh pelaku pendidikan dapat menerapkannya”. Tentu saja permasalahan- permasalahan ini tidak bisa dipungkiri, masih banyak dipelosok negeri yang belum mendapat akses internet sehingga membuat peserta didik harus berjalan jauh demi mendapat jaringan internet, kendala lainnya juga yaitu masih banyak nya yang belum memiliki gadget dan terbebani nya peserta didik dengan kuota internet yang mahal apalagi bagi mereka yang tinggal di pelosok negeri yang harus merogoh dompet sedikit lebih dalam ketimbang yang berada di kota. 


Hal-hal tersebut menjadi tugas penting bagi pemerintah untuk diselesaikan, beberapa hal dapat dilakukan oleh pemerintah yaitu seperti subsidi pegawai yang disediakan di sekolah bagi yang tidak memiliki yang hanya digunakan ketika jam sekolah, lalu memberikan subsidi gratis internet bagi peserta didik, atau memasang wifi di tiap desa dengan menggunakan dana desa dan begitu juga di kota, mengerahkan/memerintahkan dan membantu para pemilik usaha jaringan untuk segera menerobos batas-batas pelosok negeri yang belum mendapat akses internet. Beberapa hal tersebut dapat dilakukan pemerintah kita pada saat ini yang di harap benar terjadi demi keringanan pelaku dunia pendidikan. 


Saat ini satu-satunya harapan yang dapat mengembalikan kehidupan normal sepenuhnya adalah ditemukannya vaksin yang hingga kini masih dalam progres, semoga cepat ditemukan agar tidak ada lagi kekhawatiran dengan kehidupan sosial, dan juga bisa tanpa takut menghirup dengan bebas udara dimana pun berada.


IDENTITAS PENULIS 


Nama: Dewi Nafisah Nasution

Prodi: pendidikan Agama Islam 

Fakultas: Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan 

Instansi: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) Medan 

KKN Kelompok ke: 12


Komentar

Berita Terkini