Berita: Ephorus HKBP Serukan Penutupan PT Toba Pulp Lestari, Dukungan Masyarakat Menggema di Sumatera Utara
Kompas TV, Kamis, 8 Mei 2025
Parapat, Sumatera Utara – Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP), Pdt. Victor Tinambunan, kembali menyerukan penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL) dalam wawancara eksklusif dengan Kompas TV pagi ini, Kamis (8/5/2025).
Seruan ini memicu gelombang dukungan luas dari masyarakat gereja, komunitas budaya Batak, dan masyarakat Sumatera Utara, hingga menjadi perhatian nasional.
Menurut Ephorus, keberadaan TPL telah membawa lebih banyak dampak negatif ketimbang manfaat. “Sudah sejak beberapa tahun lalu pimpinan gereja menyerukan hal yang sama: TPL harus ditutup,” tegasnya.
Selama delapan tahun tinggal di wilayah Tapanuli, Ephorus mengaku menjadi saksi mata dan mendengar keluhan masyarakat. Ia juga mendapat laporan dari LSM, akademisi, dan tokoh gereja tentang dampak buruk TPL. “Bukti empirik dan testimoni sudah cukup jelas,” ujarnya.
Operasional TPL selama lebih dari 35 tahun dituding menyebabkan kerusakan lingkungan berskala nasional, bahkan global. “Banjir, longsor, dan kerusakan hutan adalah bukti nyata,” ungkap Victor.
Selain kerusakan ekologis, TPL juga dinilai memarjinalkan masyarakat adat dan lokal. “Banyak korban sosial akibat aktivitas perusahaan ini,” tambahnya.
Meskipun TPL memberikan bantuan seperti beasiswa, Ephorus menilai tanggung jawab sosial perusahaan tidak sebanding dengan penderitaan yang ditimbulkan. “Bantuan itu hanya dinikmati segelintir orang,” kritiknya.
Selain kerusakan ekologis, TPL juga dinilai memarjinalkan masyarakat adat dan lokal. “Banyak korban sosial akibat aktivitas perusahaan ini,” tambahnya.
Meskipun TPL memberikan bantuan seperti beasiswa, Ephorus menilai tanggung jawab sosial perusahaan tidak sebanding dengan penderitaan yang ditimbulkan. “Bantuan itu hanya dinikmati segelintir orang,” kritiknya.
Seruan penutupan TPL juga selaras dengan visi Presiden Prabowo Subianto yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan budaya. “Pelestarian lingkungan adalah komitmen nasional,” tegas Ephorus.
Menanggapi bantahan serikat pekerja TPL yang menyebut tuduhan kerusakan lingkungan tidak berdasar, Ephorus menegaskan bahwa banyak data dan penelitian mendukung adanya kerusakan. “Kita harus antisipasi bencana lebih besar di musim hujan,” ujarnya.
Ia juga mengajak semua pihak untuk berpikir jernih dan tidak mementingkan kelompok kecil. “Bangsa Indonesia harus bermartabat, tidak berkontribusi pada bencana global,” katanya.
Dampak operasional TPL terlihat nyata pada kerusakan infrastruktur. “Jalan-jalan rusak akibat kendaraan berat perusahaan, meskipun mereka membayar pajak,” keluh Victor.
Bencana alam seperti longsor dan banjir bandang juga berulang terjadi. “Di Parapat, rumah warga hancur akibat banjir,” ungkapnya dengan nada prihatin.
Akibat banjir dan longsor, sawah dan ladang warga rusak. “Banyak masyarakat kehilangan lahan produktif dan gagal panen,” tambahnya.
Ephorus menegaskan bahwa lingkungan adalah prioritas utama. “Alam dan kehidupan masyarakat tak bisa ditukar dengan pajak atau bantuan sosial,” tegasnya.
Kurangnya komunikasi antara TPL dan masyarakat menjadi sorotan. “Perusahaan tidak pernah memperkenalkan diri atau menjalin silaturahmi,” ungkap Victor.
Dalam budaya Batak, silaturahmi sangat penting. “Tapi ini tidak pernah dilakukan pemilik TPL,” lanjutnya dengan nada kecewa.
Pemerintah daerah saat ini masih pada baru dilantik, jadi tidak ada itu pemilik atau owner TPL yang datang untuk memperlihatkan dan berniat baik kita malah bingung Siapa yang punya perusahaan TPL ini? Tegas Oppung Ephorus.
Satu-satunya upaya datang dari Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara. “Beliau berusaha menjembatani, dan senantiasa menghibau agar tidak melakukan penebangan kayu tapi tetap tidak diindahkan oleh TPL.
Meskipun ada seruan untuk menghentikan penebangan, aktivitas TPL terus berlangsung. “Hutan tetap ditebangi, tidak ada perlindungan nyata,” kritik Victor.
Ia menyerukan ketegasan negara untuk menghentikan pengabaian terhadap kerusakan lingkungan. “Pemerintah harus hadir,” tegasnya.
Pelestarian hutan penyangga Danau Toba menjadi fokus utama. “Jika lingkungan terjaga, Danau Toba akan bersih dan aman,” ujar Ephorus.
Ia menyebut Danau Toba berpotensi menjadi destinasi wisata dunia. “Seperti Bali, bahkan lebih,” katanya optimistis.
Pakar lingkungan telah memperingatkan batas minimal hutan yang harus dijaga. “Ini untuk mencegah bencana ekologis,” ungkap Victor.
Menjaga alam, menurutnya, akan mendorong pertumbuhan pariwisata. “Turis mancanegara akan datang jika Danau Toba bebas bencana,” lanjutnya.
Ephorus meyakini bahwa pelestarian lingkungan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Ekonomi rakyat akan tumbuh,” katanya.
Ia juga mengajak pemerintah pusat untuk serius melindungi Danau Toba. “Negara harus hadir,” tegasnya kembali.
Kerusakan lingkungan tidak hanya berdampak lokal. “Ini masalah nasional dan global,” ungkap Ephorus.
Dengan menjaga alam, Sumatera Utara akan sejahtera. “Ekonomi nasional juga akan menguat,” tambahnya.
Ephorus menegaskan bahwa kerusakan harus dihentikan. “Jangan sampai masyarakat terus jadi korban,” ujarnya.
Ia juga menyinggung potensi ekonomi besar dari pariwisata. “Danau Toba bisa melampaui Bali jika dikelola dengan baik,” katanya.
Di akhir wawancara, Ephorus menghimbau pemerintah untuk bertindak. “Tolong beri perhatian serius kepada Danau Toba,” pintanya.
Seruan ini mendapat dukungan luas dari masyarakat. “Ini momentum untuk menyelamatkan Danau Toba,” ujar salah satu tokoh masyarakat Batak.
Wawancara ini menjadi sorotan nasional, mendorong diskusi tentang perlindungan lingkungan dan keberlanjutan di Indonesia.
Akhir rangkuman Media Nasional Obor Keadilan,
Seruan Ephorus HKBP mencerminkan keprihatinan mendalam terhadap masa depan Danau Toba. Dengan dukungan masyarakat yang semakin meluas, isu ini diharapkan mendorong tindakan nyata dari pemerintah dan pemangku kepentingan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan rakyat.
Disusun oleh: Obor Panjaitan
Di akhir wawancara, Ephorus menghimbau pemerintah untuk bertindak. “Tolong beri perhatian serius kepada Danau Toba,” pintanya.
Seruan ini mendapat dukungan luas dari masyarakat. “Ini momentum untuk menyelamatkan Danau Toba,” ujar salah satu tokoh masyarakat Batak.
Wawancara ini menjadi sorotan nasional, mendorong diskusi tentang perlindungan lingkungan dan keberlanjutan di Indonesia.
Akhir rangkuman Media Nasional Obor Keadilan,
Seruan Ephorus HKBP mencerminkan keprihatinan mendalam terhadap masa depan Danau Toba. Dengan dukungan masyarakat yang semakin meluas, isu ini diharapkan mendorong tindakan nyata dari pemerintah dan pemangku kepentingan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kesejahteraan rakyat.
Disusun oleh: Obor Panjaitan