|

Roostin Ilyas : Pemerintah Tidak Peka Terhadap Masyarakat yang Takut atau Tidak Paham untuk Melawan Covid-19

Foto : Roostin Ilyas. 

OBORKEADILAN.COM | JAKARTA | Rabu, (03/06/2020) - Selama PSBB 3 Bulan di rumah, 3 bulan melihat dunia dari rumah, melihat perubahan perilaku bangsaku, yang berubah 180° termasuk aku, sehari saja tidak keluar rumah rasanya banyak yang ketinggalan. Seperti orang ketinggalan pesawat, tapi 3 Bulan ini aku bisa berdiam diri di rumah, masak sederhana, bersih-bersih rumah, membaca buku-buku yang blm selesai aku baca. ujar Bunda Roostien.

Kampung Cinangka rt 5 RW 2 Bogor, mereka memenuhi lorong di kampung makan bareng beramai-ramai dengan alas daun pisang memanjang. Senang melihatnya, kalau tidak dlm situasi PSBB mereka semua sangat terlihat gembira tidak satupun yang memakai masker, apalagi jaga jarak ini terjadi di tempat yang dekat dengan ibu kota negara, mereka sama sekali tidak peduli apa itu covid 19.
Setelah jakarta sebagai Zona merah yang terbesar, menyusul jawa timur, padahal kita semua tahu betapa hebatnya seorang Khofifah dan seorang Risma, Apa yang terjadi sebenarnya? Menurut saya kurangnya penjelasan apa itu virus Covid 19 kepada masyarakat secara detail, rinci, sampai masyarakat betul-betul mengerti dan paham juga tahu bagaimana cara mereka melawan covid 19.
Itu semua akan berhasil kalau semua pejabat mulai dari gubernur sampai RT dan  RW adalah ujung tombak pemerintah untuk mensosialisasikan kepada warga, ujung tombak ini harus mampu berbicara dengan rakyat bukan bicara kepada rakyat, kata-kata seperti terpapar, lockdown, PSBB dll. Itu adalah istilah-istilah baru masih sangat asing bagi masyarakat awam, mereka sekedar tahu tapi belum paham, jadi yang ada banyak rakyat belum mengerti.
Mereka pakai masker hanya karena takut bukan karena paham itu baru di Jawa bagaimana dengan luar Jawa, Padahal semua pemda sudah langsung bisa mengakses informasi tentang Covid 19 secara detail. Saya rasa menjelaskan dengan bahasa daerah pasti akan lebih di pahami oleh masyarakat awam. Kini sudah menginjak ke New Normal apa lagi ini, Istilah new normal saat ini sangat mudah ditemui masyarakat dalam berbagai platform media. New normal dikatakan sebagai cara hidup baru di tengah pandemi virus corona yang angka kesembuhannya makin meningkat.

Beberapa daerah telah membuat aturan terkait penerapan new normal sambil terus melakukan upaya pencegahan COVID-19. Masyarakat diharapkan mengikuti aturan tersebut dengan selalu menerapkan protokol kesehatan.

Supaya tidak bingung, berikut beberapa fakta new normal saat pandemi COVID-19:

1. Apa maksudnya new normal?
New normal adalah langkah percepatan penanganan COVID-19 dalam bidang kesehatan, sosial, dan ekonomi. Skenario new normal dijalankan dengan mempertimbangkan kesiapan daerah dan hasil riset epidemiologis di wilayah terkait.
"Badan bahasa sudah memberikan istilah Indonesianya yaitu Kenormalan Baru. Kata Normal sebetulnya dalam bahasa Inggris sudah dijadikan nomina makanya jadi New Normal. Badan bahasa kemudian membuat padanannya menjadi Kenormalan. Karena kalau normal itu adjektiva kata sifat, jadi Kenormalan Baru," kata ahli bahasa Prof. Dr. Rahayu Surtiati Hidayat dari Universitas Indonesia.

2. New normal vs corona
Lembaga Biologi Molekuler atau LBM Eijkman sempat menyatakan, virus corona tidak akan hilang dari muka bumi dalam waktu yang lama. Karena itu, istilah berdampingan lebih tepat digunakan daripada berdamai dengan virus corona.
"Artinya berdampingan itu ya kita bisa aja musuhan sama siapa, tapi jalan bersama-sama itu bisa. Tapi kalau damai, ya itu istilah aja sih, tapi mungkin dari sudut virologi, istilah berdampingan itu lebih dapat dipraktikkan ya," kata Kepala LBM Eijkman Prof Amin Soebandrio.
Manusia punya sejarah dan pengalaman hidup berdampingan dengan mikroba seperti virus influenza, HIV, dan demam berdarah. Menurut Prof Amin yang perlu dilakukan adalah mengenali virus tersebut untuk bisa mencegah penularannya.

3. Life with new normal
Presiden Jokowi telah meminta seluruh jajarannya mempelajari kondisi lapangan untuk mempersiapkan tatanan normal yang baru di tengah pandemi COVID-19. Saat ini sudah ada 4 provinsi serta 25 kabupaten/kota yang tengah bersiap menuju new normal.
"Saya minta protokol beradaptasi dengan tatanan normal baru ini yang sudah disiapkan oleh Kementerian Kesehatan ini disosialisasikan secara masif kepada masyarakat," kata Jokowi.
Penerapan new normal nantinya bersamaan dengan pendisiplinan protokol kesehatan yang dikawal jajaran Polri dan TNI. Selanjutnya, tatanan normal yang baru akan diperluas jika dinilai efektif.

4. Protokol new normal
Organisasi kesehatan dunia WHO telah menyiapkan pedoman transisi menuju new normal selama pandemi COVID-19. Dalam protokol tersebut, negara harus terbukti mampu mengendalikan penularan COVID-19 sebelum menerapkan new normal.
Pengendalian ini juga harus bisa dilakukan di tempat yang memiliki kerentanan tinggi misal panti jompo, fasilitas kesehatan mental, dan wilayah dengan banyak penduduk. Langkah pengendalian dengan pencegahan juga harus diterapkan di tempat kerja.
"Langkah-langkah pencegahan di tempat kerja mulai ditetapkan seperti jarak fisik, fasilitas mencuci tangan, dan etika pernapasan," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa Henri P Kluge dikutip dari situs resmi lembaga kesehatan dunia tersebut.

5. New normal di Surabaya dan Semarang
Semarang berencana menerapkan new normal usai pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) pada 7 Juni 2020. Salah satu yang sudah berencana menerapkan new normal adalah Dinas Pendidikan dengan pola masuk sekolah yang baru.
"Misal Dinas Pendidikan, saya minta kepala sekolah dan yayasan punya masukan apa. Misal, Bulan Juli kelas 5 dan 6 sudah boleh masuk dengan SOP kesehatan. Kelas 1 sampai 4 mungkin seminggu dua kali masuk, jadi kelas longgar, ada jarak atau mungkin pakai sekat," kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.
Sedangkan untuk Surabaya masih memilih fokus pada penanganan COVID-19 untuk warganya. Penerapan new normal dipertimbangkan setelah kondisi menjadi lebih baik. Belakangan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini merasa kecewa karena mobil PCR bantuan BNPB yang awalnya untuk pemeriksaan warganya dialihkan untuk daerah lain.

6. New normal di Jakarta dan Jawa Barat
Awalnya Provinsi Jawa Barat berencana menerapkan new normal pada 1 Juni 2020. Namun muncul kebijakan memperpanjang penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB. Perpanjangan PSBB ternyata tidak lantas membatalkan awal penerapan new normal.
"Tidak batal, kalau Jabar tanggal 1 Juni sebagai launching new normal. Lebih tepatnya dimulainya budaya Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)," kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan (GTPP) COVID-19 Berli Hamdani.
DKI Jakarta beberapa kali disinggung sebagai provinsi yang paling siap menerapkan tatanan kehidupan normal baru. Meski begitu, Jakarta memilih memperpanjang PSBB hingga 4 Juni 2020 dan mempertimbangkan data kasus terakhir sebelum menerapkan new normal.
Harus di jelaskan betul, secara rinci selain dalam bahasa indonesia sebaiknya juga tetap dalam bahasa daerah Apalagi menjelang masuknya murid-murid baru juga harus betul-betul mematuhi urutan-urutan protokol kesehatan yang sudah di tetapkan oleh pemerintah. ( Anak berbaris berjarak di depan sekolah ada yang bertugas menyemprotkan desinfektan dan pengukur suhu, sepatu tas juga di semprot disinfektan ).

Jangan sampai terjadi seperti korea selatan yang ahkirnya sekolah di tutup kembali karena, ditemukan para murid yang terpapar covid 19 (corona) kita blm tahu apakah akan masih ada? Sampai kapan? Tapi keputusan pemerintah dengan Herd Immunitty.

Apa Sih Herd Immunity Corona?

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tak merekomendasikan setiap negara yang menerapkan herd immunity dan melonggarkan lockdown . Sebab menurut WHO herd immunity dan melonggarkan lockdown bukanl cara yang tepat untuk memutus penyebaran COVID-19 atau corona.

Dikutip dalam Euronews, herd immunity adalah konsep dalam epidemiologi yang menggambarkan bagaimana orang secara kolektif dapat mencegah infeksi jika beberapa persen populasi memiliki kekebalan terhadap suatu penyakit.
WHO menilai cara mendapat herd immunity dengan pembiaran masyarakat tertular oleh virus corona sebagai hal yang berbahaya.
Berikut seputar herd immunity corona yang dilansir dalam Business Insider (16/05/2020):

1. Puluhan Ribu Meninggal, 5 Persen yang Kebal
Penelitian di Spanyol dan Perancis menunjukkan bahwa tidak lebih dari 5 persen dari populasi tersebut telah mengembangkan antibodi COVID-19.
William Hanage, seorang ahli epidemiologi di Harvard mengatakan,"Wabah besar dan kematian yang berlebihan tidak menghasilkan herd immunity yang bermakna."
Di Amerika Serikat, hampir 85.000 orang yang meninggal, prospek kekebalan massal tidak lebih baik. Pada bulan April, sebuah peneliti di Santa Clara Country, California memperkirakan bahwa antara 2,5 persen dan 4,2 persen penduduk di sana memiliki antibodi.
Sebuah penelitian di Los Angeles Country membuat perkiraan serupa yaitu 2,8 persen menjadi 5,6 persen "seroprevalensi" yang merupakan istilah untuk presentase orang yang memiliki antibodi di dalam darah mereka.
Sebuah studi antibodi New York menemukan bahwa 13,9 persen dari penduduk negara bagian New York telah terinfeksi dengan virus Corona. Di New York City, seroprevalensi setinggi 21,2 persen tetapi itu diantara orang yang mencari tes (berarti mereka mungkin mengira tubuhnya memiliki gejala). Ini masih jauh dari angka 50-70.
Hal ini bukan pertanda baik bagi bagian lain Amerika Serikat, yang belum menghadapi gelombang infeksi yang menghancurkan seperti menewaskan 27.500 orang di New York.

2. Manusia Bukan Ternak (Herd)
Bahkan Swedia yang tidak melakukan lockdown dan membiarkan hidup normal, tampaknya tidak memiliki kekebalan tubuh.
Badan Kesehatan Publik Swedia sendiri memperkirakan paling tidak sekitar seperempat populasi Stockholm mungkin kontak dengan COVID-19. Lebih dari 3500 orang telah meninggal di negara itu dan lebih dari 12 persen kasus yang dikonfirmasi.
"Manusia bukanlah ternak (herds), dan lagi pula konsep herd immunity biasanya digunakan untuk menghitung berapa banyak orang yang perlu divaksinasi dan populasi untuk menghasilkan efek itu," ujar Mike Ryan, direktur eksekutif WHO.

3. Vaksin, Cara Terbaik untuk Herd Immunity
Sebuah komunitas atau negara dapat mencapai kekebalan imunitas melalui vaksinasi. Sampai vaksin tersedia secara luas, para ahli merekomendasikan untuk memonitor virus melalui pengujian luas dan pelacakan kontak, kemudian mengisolasi orang yang terinfeksi dan siapa saja yang berhubungan dengan mereka.
Pemerintah mungkin juga perlu menutup kembali bisnis dan memberlakukan kembali pembatasan jika infeksi virus terjadi dan jumlahnya melampaui kapasitas rumah sakit.
"Proporsi yang sangat rendah dari orang yang telah diuji memiliki bukti antibodi," ujar Maria Van Kerkhove, seorang ahli epidemiologi WHO.
"Kami masih harus menempuh jalan panjang dengan virus ini, karena virus karena virus ini sangat mungkin dapat menginfeksi lebih banyak orang lagi," pungkas Kerkhove.
Herd immunity coronavirus diyakini sebagian besar ilmuwan, dapat terjadi bila sekitar 65 persen hingga 75 persen dari populasi telah terinfeksi.

Achmad Yurianto (Yuri), selaku juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 mengisyaratkan Indonesia tidak akan menerapkan Herd Immunity. "Herd immunity itu kalau di text book ada, tapi di kita siapa yang memakai? Kalau herd immunity maka kenapa harus ada PSBB?."
Yuri menambahkan Herd Immunity itu hanya hukum rimba. Siapa yang kuat dia yang akan hidup dan yang tidak kuat akan mati. " Kalau seperti itu ngapain pemerintah dari awal capek-capek mengurus ini semua? Biarkan saja kalau yang masih hidup maka itu nanti yang akan melanjutkan. Itu namanya herd immunity. Kalau kita mau membiarkan herd immunity, ngapain kita berlelah-lelah membikin gugus tugas dan segala macamnya?" tutur Yurianto kepada detikNews (14/05/2020) lalu.

Kita seharusnya membantu pemerintah jangan malah sibuk mencari panggung untuk 2024, banyak yang bisa kita ubah dari perilaku yang semula asal-asalan jadi tertib, yang semula jarang olahraga jadi rajin dan. Tutup Bunda Roostien.

Editor : Redaktur
Penanggung Jawab Berita :Obor Panjaitan

Komentar

Berita Terkini