|

Cintai Kain warisan Budaya Bangsa, Bunda Roostien Ilyas: Amanat UUD 45 pasal 32-1 dan UU no 5 Th 2017

Foto: Bunda Roostien Ilyas bersama dengan komunitas pecinta kain indonesia yang dimotori oleh perempuan perempuan hebat dari berbagai lintas latar profesi dan sosial menyatu mensosialisasikan pelestarian budaya berbusana kain Indonesia | doc: Oborkeadilan.com 


MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN| JAKARTA, Selasa (10/3-20), Undang- Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 24 Mei 2017 dan diundangkan di Jakarta pad 29 Mei 2017 dalam lembaran negara tahun 2017 nomor 104.

Setelah melalui pembahasan yang memakan waktu hampir dua tahun, Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemajuan Kebudayaan disahkan dalam rapat Paripurna Pembicaraan Tingkat II, Kamis (27-4-2017), di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Jakarta. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengatakan bahwa kebudayaan tidak hanya pada tarian atau tradisi saja, tetapi juga nilai karakter luhur yang diwariskan turun-temurun hingga membentuk karakter bangsa kita.

Roostien Ilyas atau akrab disapa Bunda Roostin menjelaskan bahwa jauh sebelum UU no 5 tahun 2017 tentang pemajuan Budaya Indonesia ini sebetulnya sudah di tegaskan pada UUD 1945 Pasal 32 ayat 1 berbunyi:

“Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”
Namun kali ini saya (Bunda Roostien Ilyas-red) bukan mendebat soal aturan perundangan tersebut justru penguatan dan mengimplementasikan nya dari budaya berbusana maupun melestarikan kekayaan corak kain dan tenun bangsa Indonesia yang sangat kaya ini tandasnya pada media nasional Oborkeadilan.com.

Lebih jauh lagi bunda Roostien Ilyas berpandangan Perempuan cinta berkain Indonesia dengan 17400 pulau,1340 suku serta keunikan dan kecantikannya merupakan daya tarik yang dahsyat bagi siapapun yang ingin menikmati excotiknya kain-kain tenun batik lurik,ulos, songket yang gemerlap dengan benang emas dan peraknya mencerminkan ada budaya rumpun melayunya, batik yang beraneka warna dan corak juga berbagai gaya tenunan yang mencerminkan betapa kayanya dan betapa bermartabatnya bangsaku ini.

Terbayang para perempuan dengan daya juang yang hebat seperti CutNya Dien, Nyi Ageng Serang, Rasuna Said, Kartini,
Dewi Sartika, Martha Tyahahu, Malahayati
dan perempuan-pejuang hebat yang lainnya semuanya memakai busana daerah denga kain dari daerah masing-masing.

Aku merasakan kekuatan bathin dan karakter yang terbentuk dengan memakai kain kain itu aku juga setuju dengan "Ajining manungso soko busono" yang artinya martabat manusia bisa di lihat dengan tata cara berbusananya.

bisa diartikan secara harafiah atau filosofis di indonesia ada perkumpulan "Komunitas Cinta Berkain" yang aku yakini akan mampu mengembalikan jati diri perempuan indonesia sebagai perempuan yang santun tapi tegas dalam bersikap mampu menjaga harkat dan martabat ke perempuanannya.

Latar belakang KCBI,

Komunitas Cinta Berkain Indonesia yg di motori oleh sahabatku Sita hanimastuti tidak kenal letih dalam mengkampanyekan pelestarian budaya berbusana kain Indonesia, kami mensosialisasikannya dengan lancar semuanya diberbagai event dan kadang dengan cara turun langsung ketengah masyarakat tentu dengan busana berkain.


Di zaman 4,0 era industri sekarang ini akan banyak tenaga manusia digantikan dengan elektronik atau robot, tapi Indonesia banyak yang gak bisa digantikan oleh elektronik karena kita memiliki kekayaan budaya yang diwariskan untuk dirawat dan dilestarikan memakai jiwa raga kita.

Yang gak bisa di gantikan oleh mesin tanpa roh yang penting asal kita mau melestarikan kain-kain nusantara, aneka makanan tradisional, kesenian dan memelihara serta meningkatkan keindahan ribuan pulau-pulau tujuan wisata dunia dan menjaga warisan nenek moyang kita pelaut yang menguasai bahari nusantara.

Kita harus segera sadar untuk segera berbenah menjaga bersama terutama kepada para politisi berhentilah saling menyalahkan, berhentilah bertikai kalau toh sebentar lagi akan pilkada janganlah merusak yang sdh baik, silahkan bersainglah dengn adu program dan gagasan brilian secara ksatria demi terciptanya hasil demokrasi yang berkualitas yang mana pertarungan keras sembari menikmati perbedaan lantas secara alamiah mengedukasi publik hingga menghasilkan pemenang yang untuk semua kelompok yang berkompetisi. [Obor Panjaitan]


Komentar

Berita Terkini