|

Limbah PKS PT.ADEI,"Bunuh" Mata Pencarian Warga Kuala Penaso Riau

Gambar : Aliran hitam pekat yang berbau menyengat tersebut diduga berasal dari luapan kolam limbah pabrik kelapa sawit dan pengolahan Cangkang kelapa sawit milik PT.ADEI PLANTATION yang berada di Wilayah Desa Muara Basung Kecamatan Pinggir,Kabupaten Bengkalis,Riau.


OBORKEADOBORKEADILAN.COM |MANDAU-RIAU| Rabu (11/12), Aliran sungai penggiri di desa tengganau kecamatan pinggir yang berlabuh ke sungai mandau di desa kuala penaso kecamatan Talang muandau kabupaten Bengkalis propinsi Riau,yang menjadi sumber penghasilan para nelayan air tawar kini terlihat berubah warna menjadi hitam pekat,seolah ada tumpahan minyak mentah yang mengapung di atas genangan air yg mengalir tenang sembari mengeluarkan bau yang sangat menyengat.

Aliran hitam pekat yang berbau menyengat tersebut diduga berasal dari luapan kolam limbah pabrik kelapa sawit dan pengolahan Cangkang kelapa sawit milik PT.ADEI PLANTATION yang berada di Wilayah Desa Muara Basung Kecamatan Pinggir,Kabupaten Bengkalis,Riau.

Menurut keterangan beberapa warga sekitar yang kami(awak media-red) temui sedang mencari ikan disepanjang alur anak sungai siak kecil itu,setiap penghujung tahun disaat musim penghujan tiba mereka selalu mengalami hal yang serupa,air sungai selalu tercemar oleh limbah pabrik dan merekapun tidak mendapatkan hasil apa-apa,karena banyak ikan yang terkapar mati disebabkan air yang sudah tercemar dan mengandung zat kimia yang berbahaya tersebut.

Riwan,salah satu warga yang kami temui sedang mencari ikan,memelas saat memperlihatkan hasil tangkapannya,biasanya lumayan dapat bang,kalau ini sudah hampir dua minggu sejak musim hujan kemarin,untuk beli beras pun tak dapat,ikan pada mati semua bang..ujarnya dengan raut wajah sedih.

Senada pula disampaikan oleh Her yang juga salah seorang nelayan air tawar dan warga sekitar,jangankan untuk dapat ikan,bertahan di atas air ini saja kepala sakit karena bau kimianya bang,ucap pria paruh baya tersebut,kalau yang di penaso ini belum seberapa,naiklah ke atas sana,lihat bagaima ikan pada mati,airnya pun sampai berbusa,belum lagi baunya,bisa-bisa mati awak,maka aku balik tak sanggup aku,memang betul-betul monster perusaklah pt adei ini,tiap tahun "taik" nyo dibagi kesungai,terangnya dengan nada geram.

Penasaran dengan pernyataan kedua warga tersebut,kami pun memutuskan untuk menyewa salah satu perahu(istilah lokal disebut pompong) untuk menyusuri alur sungai,ternyata apa yang mereka sampaikan benar dengan apa yang kami temui,disepanjang aliran sungai bau menyengat yang bersumber dari cemaran limbah pabrik tersebut sangat terasa,sampai salah satu rekan kami mengalami sakit kepala,gumpalan busa bewarna hitam terlihat sangat menjijikkan di atas aliran air sungai tersebut,dan bangkai ikan matipun terlihat memutih ditimpa sinar matahari yang memantul dari perut ikan mati dengan posisi terbalik,miris dan menyedihkan.

Dari titik awal sampai lebih kurang 500 meter kami semakin tidak kuat mencium bau menyengat yang begitu serasa kental bagai menusuk kehidung,bangkai ikan mati yang mengapungpun menjadi penambah pemandangan tragis yang kami saksikan,terbayang bagaimana para warga yang menggantungkan hidupnya dengan mencari ikan disungai yang sudah tercemari tersebut hanya bisa menahan kekesalan dan pasrah tanpa mampu berbuat banyak atas keadan yang terjadi.

Setiap tahun pada musim penghujan,warga yang sebagian besar adalah para nelayan air tawar ini mengalami Nasib yang sama,setiap tahun di musim yang sama pula mereka harus bingung dengan berbagai tuntutan hidupnya,baik biaya kebutuhan pokok sehari-hari,keperluan anak,dan setumpuk beban yang harus mereka hadapi sambil menelan kenyataan pahit,tampaknya perusahaan asing asal negeri jiran malaysia ini layak dianggap "sukses" diatas penderitaan warga pribumi tempatan yang berada disekitar aliran sungai mandau sepanjang desa kuala penaso tersebut.

Kepala Desa Kuala Penaso, Izandri S.sos saat dikonfirmasi diruang kerjanya terkait Limbah Pabrik PT.ADEI tersebut mengatakan,bahwa pihaknya bukan hanya sekali duakali,tapi sudah berkali-kali menyampaikan kepihak perusahaan raksasa yang berkuasa tersebut,namun sampai detik ini belum ada jawaban yang jelas dari pihak Perusahaan.

"Saya sejak belum jadi Kades sampai saat ini sebagai Kades sudah berulang kali menyatakan hal itu bang,ucap Kades memulai keterangannya,namun hasilnya sampai saat ini belum ada jawaban yang memuaskan dari pihak PT Adei terkait solusi limbah mereka yang tiap tahunnya selalu saja seperti itu,lanjutnya.saya berharap pihak PT Adei bisa mengambil inisiatif dalam hal ini bang,minimal bantulah warga kami disini bagaimana solusinya,katakanlah kalau yang masih muda dan tamatan SMA bisa saja bekerja dikebun PT Adei,terus yang tua-tua yang tidak lulus sekolah ini bagaimana?,mereka hanya bisa cari ikan untuk menafkahi keluarga mereka,itupun harus terganggu pula dengan pencemaran limbah Pabrik kelapa sawit PT ADEI,padahal ada tenaga kerja kontrak yang antar jemput itu,mereka malah ambil dari tempat jauh,kalau seandainya warga disini yang dipekerjakan untuk itu kan pasti sudah tidak bergantung dengan mencari ikan lagi mereka ini sebagian besarnya bang,ujar Kades menuturkan.

Semoga pihak terkait,baik Dinas LHK kab.bengkalis,propinsi Riau,dapat dengan cepat menaggapi hal ini,sebab selain lingkungan yang telah tercemar oleh limbah yang mengandung racun kimia itu,hal ini juga menyangkut kehidupan dan mata pencarian sebagian besar warga sepanjang aliran sungai yang menggantungkan hidupnya dengan melalui ikan-ikan ciptaan sang maha kuasa namun saat ini para nelayan air tawar tersebut harus terpaksa menelan pahit dan sedih akibat dari "sombong" nya si penguasa yang seolah tidak mau peduli akan nasib para warga tersebut.(Ka.Wil Riau)



Komentar

Berita Terkini