|

Viral..Patung Penyu Rp15 Miliar di Sukabumi Jebol, Ternyata Hanya Terbuat dari Kardus

Media Nasional Obor Keadilan|SUKABUMI – Sebuah patung penyu yang disebut-sebut bernilai hingga Rp15 miliar di Ruang Terbuka Hijau (RTH) Alun-alun Gadobangkong, Sukabumi, mengalami kerusakan. Fakta mengejutkan pun terungkap: patung tersebut ternyata hanya terbuat dari kardus.

Kabar ini sontak memicu kemarahan publik setelah video kondisi patung yang rusak viral di media sosial. Banyak warganet mempertanyakan anggaran pembangunan yang fantastis dibandingkan dengan kualitas bahan yang digunakan.

Viral di Media Sosial

Sebuah video yang beredar pada Selasa (4/3/2025) memperlihatkan kondisi patung penyu yang sudah robek dan penyok, terutama di bagian tempurungnya. Dalam video tersebut, seorang warga yang merekam kejadian itu mengupas lapisan luar patung dan menemukan bahwa strukturnya dibuat dari karton berwarna coklat yang menyerupai kardus.

"Masya Allah, ini pembuatan kura-kura," ujar perekam video dengan nada terkejut.

Bagian dalam patung tampak memiliki rangka dari kayu sebagai penopang karton tersebut. Fakta ini semakin menyulut amarah warganet, terutama karena anggaran pembangunannya diduga mencapai miliaran rupiah.

Warganet Tag Gubernur Jawa Barat

Ramai di media sosial, banyak warganet yang menandai akun Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meminta agar ia menyoroti permasalahan ini.

Sementara itu, pihak berwenang hingga kini belum memberikan klarifikasi resmi terkait dugaan penggunaan bahan yang tidak sesuai dengan ekspektasi publik.

Kerusakan Infrastruktur di Alun-alun Gadobangkong

Tak hanya patung penyu, kawasan Alun-alun Gadobangkong sendiri telah menjadi sorotan akibat sejumlah infrastruktur yang mengalami kerusakan akibat diterpa ombak pada pertengahan Februari 2025.

Selain patung penyu yang jebol, jogging track di kawasan ini juga ikut rusak akibat terkikis ombak.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Sukabumi, Prasetyo, mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu anggaran dari Dinas Perkim untuk memperbaiki kerusakan fasilitas di alun-alun.

"Anggarannya tidak berada di DLH, melainkan di Perkim. Kami hanya sebagai pengelola, sehingga masih menunggu alokasi dana dari Perkim untuk perbaikan," ujar Prasetyo, Selasa (18/2/2025).

Saat ditanya mengenai besaran anggaran perbaikan, Prasetyo mengaku belum mengetahui jumlah pastinya.

DPRD Sukabumi Soroti Kualitas Pembangunan

Kerusakan yang terjadi di Alun-alun Gadobangkong turut menjadi perhatian anggota DPRD Sukabumi, Hamzah Gurnita. Ia menilai bahwa proyek pembangunan ini seharusnya direncanakan dengan lebih matang, mengingat lokasinya yang berdekatan dengan pantai.

"Sangat disayangkan, dengan anggaran yang cukup besar, tetapi hasilnya seperti ini. Seharusnya kualitas pembangunannya lebih baik," kata Hamzah.

Ia juga berharap agar Bupati dan Wakil Bupati Sukabumi yang baru terpilih dapat segera menangani persoalan ini dengan serius.

"Jangan sampai terlihat seperti ada pembiaran. Saya berharap pemimpin daerah yang baru bisa segera bertindak tegas," tambahnya.

Penjelasan Kontraktor

Menanggapi kritik yang muncul, kontraktor proyek pembangunan Alun-alun Gadobangkong, Imran Firdaus, memberikan klarifikasi.

Menurutnya, masa pemeliharaan proyek oleh pihak perusahaan telah berakhir sejak Agustus 2024.

"Masa pemeliharaan berlangsung selama enam bulan, sejak serah terima pertama pada Februari 2024 dan serah terima kedua pada Agustus 2024. Setelah itu, proyek ini diserahkan dari Pemprov Jawa Barat ke Kabupaten Sukabumi pada September 2024," jelas Imran, Kamis (20/2/2025).

Terkait spesifikasi bangunan, Imran menegaskan bahwa desain alun-alun tidak dirancang untuk berhadapan langsung dengan ombak.

"Saat survei sebelum pembangunan, jarak deburan ombak ke lokasi alun-alun sekitar 70 meter. Maka dari itu, desain awalnya dibuat untuk menghadapi pasir, bukan ombak," ujarnya.

Lebih lanjut, Imran menjelaskan bahwa ada dua opsi dalam proyek ini: membangun pemecah ombak atau membangun kawasan alun-alun terlebih dahulu.

"Jika pemecah ombak dibangun lebih dulu, maka alun-alun tidak bisa dibangun karena keterbatasan anggaran. Maka, alun-alun dikerjakan lebih dahulu," ungkapnya.

Namun, dalam perjalanannya, terjadi banjir rob yang tidak terduga, yang menyebabkan kerusakan pada bangunan alun-alun.

"Kami sudah membangun sesuai dengan desain perencana. Namun, faktor alam seperti banjir rob memang sulit untuk diprediksi sepenuhnya," kata Imran.

Menurutnya, jika pemecah ombak (GT) dibangun lebih dulu, maka alun-alun tidak akan bisa dikerjakan.

"Jadi, jika berbicara soal spesifikasi, semuanya sudah sesuai dengan rencana awal," pungkasnya.


Artikel ini telah disadur oleh Obor Keadilan dari sumber TribunJabar.id.


Komentar

Berita Terkini