|

Habis Gelap Terbitlah Terang, Bunda Roostien; Impian Kartini Masih Relevan Dan Inspiratif

M
edia Nasional Obor Keadilan | Jakarta | 
Semua perempuan-perempuan berpakaian Jawa, dan waktu aku kecil hari Kartini itu di kalender menjadi hari libur warna merah, maka terjadilah fanatisme kepada Kartini sejak zaman Bung Karno sampai zaman orde baru. Nah itulah yang menjadikan aku tidak begitu suka dengan fanatisme-fanatismean seperti ini.

SISI LAIN DARI KARTINI
Tapi sekarang aku terusik ingin melihat sisi lain dari seorang Kartini, setelah aku baca dari beberapa buku ternyata Kartini waktu itu dijanjikan oleh ayahnya untuk bersekolah ke Belanda karena kecerdasan dari seorang Kartini sejak kecil, dan itu membuat euforia Kartini dengan membayangkan dia akan sekolah.

"Menempuh pendidikan di Belanda, diapun bercita-cita setelah tamat sekolah dia akan kembali ke Indonesia dan akan membangun bangsanya dengan rencana-rencana yang dibuatnya."
Dia akan mendidik perempuan-perempuan Indonesia menjadi cerdas dan mampu membangun Negeri, itu ditulisnya di kertas berlembar-lembar tentang apa yang diinginkan kalau dia sempat menyelesaikan pendidikannya di Belanda dan ternyata Kartini harus kecewa sebab ayahanda Kartini yang seorang Bupati menjodohkan Kartini pada seorang bupati juga.

Bupati yang akan jadi suami Kartini itu justru sudah punya istri, ya Kartini terpaksa harus menerima perintah ayahandanya untuk mau menjadi istri kedua saat itulah Kartini sangat kecewa, sedih, marah tapi tak mampu melawan adat budaya yang mengungkungnya saat itu, dalam kesedihan dan keputus asaan. Kartini bersurat kepada sahabatnya di Belanda bernama Abendanon, Kartini menceritakan bahwa dirinya tidak jadi ke Belanda karena harus menerima perintah ayahandanya untuk menikah.

Abendanon'pun membalas surat Kartini dan menyemangati Kartini kau dibutuhkan oleh bangsamu kamu harus ke Belanda. Sahabatnya itupun melontarkan banyak pertanyaan pada Kartini; mengapa kamu tidak melawan ayahmu? Mengapa kamu tidak menentang pernikahan ini? mengapa kamu mau dijodohkan? Kartini menjawab bahwa dia tidak mampu untuk menentang semua itu dan akhirnya Abendanon membukukan tulisan-tulisan Kartini semua.

Kartini perempuan inlander dan perempuan bangsawan Jawa yang tidak jadi sekolah ke Belanda akan tetapi pemikiran-pemikiran dia tentang perempuan Indonesia tentang persamaan hak emansipasi tentang bangkitnya bangsanya ditulis dan dibukukan oleh Abendanon ternyata buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang beredar di daratan Eropa telah banyak mempengaruhi pemikiran dan perilaku para kolonial di Eropa. Semula Inggris yang sangat fasis pada Amerika mulai dia berubah dan melunak dan mulai diperbolehkan nya orang-orang jajahan untuk berpendidikan dan sementara di Belanda sendiri juga ada perubahan pada bangsa yang dijajahnya.

Dimana setelah itu terjadilah perubahan di Indonesia. Dengan munculnya Orang-orang Belanda yang mulai berpihak kepada Indonesia misalnya seperti Multatuli, kemudian juga Raffles dan sampai detik ini rasanya impian Kartini masih sangat relevan untuk jadi panutan dan inspirasi dalam arti Emansipasi tanpa meninggalkan kodrat sebagai seorang perempuan dan ibu yang wajib mendidik anaknya dengan cara yang tepat bukan dengan melindungi berlebihan biarlah anak sekali-kali merasakan jatuh dan gagal melakukan sesuatu, bantulah dia kalau memang betul-betul gak mampu. Tapi jangan ambil alih semua tugasnya untuk melindunginya, Ibu harus bisa menjadi kawan untuk anaknya. 

Di era yang serba instan dan modern, seperti sekarang ini apapun nantinya akan di gantikan robot atau mesin. Maka Kartini zaman milenial sekarang harus jeli melihat dan mampu membaca situasi, apa yang masih bisa kita pertahankan sebagai manusia.

Ada yang masih bisa dipertahankan adalah gerakan yang membutuhkan hati nurani perasaan, rasa dan akal pikiran seperti tarian, olahraga, kesenian, dan perilaku yang berbudaya serta kearifan-kearifan lokal di Indonesia yang berjumlah ratusan adalah savety belt yang ampuh dan para Kartini-kartinilah penjaga utamanya. 

"Kartini mengetahui banyak hal dari membaca dan menuliskan gagasannya. Maka oleh karena itu menurut bunda Roostien Illyas (penulis artikel ini-red) menjadi sangat penting meningkatkan budaya membaca dan menulis."

Kalau kita mempunyai gagasan maka tulislah gagasan itu sehingga bisa dibaca oleh banyak orang dan mampu mempengaruhi siapapun, disini aku melihat juga sebuah persahabatan antara Kartini dan Abendanon adalah sebuah persahabatan yang tulus tanpa melihat apakah dia termasuk bangsa yang menjajah. Mereka bersahabat melalui tulisan bukan verbal.

Maka marilah sekarang dalam kita memperingati Hari Kartini ini menjadi sebuah peringatan bangkitnya perempuan Indonesia dan sebetulnya Kartini merupakan akumulasi mewakili perempuan-perempuan hebat sebelumnya mereka antara lain; Cut Nyak Dien, Martha Tiahahu, Nyi Ageng Serang, Rasuna Said, Dewi Sartika dan lain-lainnya. Kartini merupakan simbol perempuan kuat cerdas dan santun tapi rupanya sikap perempuan-perempuan Indonesia yang hebat itu telah terkotori oleh perempuan Indonesia yang sudah hilang jati dirinya.

Mereka dengan tanpa rasa malu jadi perempuan yang tega memamerkan kemewahan hartanya ditengah mereka yang masih mampu cuma makan sehari sekali, mereka kehilangan rasa empatinya, mereka masa bodoh dengan pendidikan anak-anaknya, dan mereka tukar pendidikan dengan kemewahan untuk anaknya bahkan tanpa rasa bersalah mereka pelaku andil terbesar merusak generasi masa depan tanpa ada seorangpun yang berteriak STOP. Maka terjadilah pembiaran itu perilaku-perilaku yang membuatku sangat prihatin adalah terjadinya ratusan anak SMP hamil di luar nikah. Dan mereka minta dispensasi untuk menikah dengan pasangannya yang juga belum punya KTP.

Masih ada lagi predator-predator perempuan yang membuang anaknya atau membunuhnya. Kemana para Kartini ? Masih pantaskah kita merasa sebagai penerus Kartini pahlawan bangsa ? Perempuan-perempuan itu telah melukai, mencederai bangsa ini. Mari kita semua perempuan Indonesia merenung sejenak.

Menguatkan tekad untuk kembali menjadi Kartini Kartini sejati yang sadar akan tugas dan kewajiban sebagai Madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya yang akan menerima tongkat estafet sebagai pemimpin dan bayangkara Nusa Bangsanya kedepan. Sebagai penjaga moral bangsa. Kembalilah Perempuan Indonesia sebagai Kartini-kartini penjaga kebhinekaan, perekat bangsa dan kembalilah menjadi simbol kebangkitan perempuan Selamat Hari Kartini. []
Komentar

Berita Terkini