|

Giliran Pulau Kepala Jeri Batam [Tapal Batas] Ronde ke 2 Jelajah Tiga Jurnalis, Apa Saja Terbongkar?

Ket gambar; Tim Jelajah, Jurnalis Beres dan Novendri (Tribun Batam), David Ken Jurnalis Media Nasional Obor Keadilan bersama warga/ tenaga pendidik (guru) berswa foto di 
SD Negeri 006, Kepala Jeri (doc: Oborkeadilan.com/David)
BATAM-KEPRI| MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN, Kamis, 18 November 2021. Liputan Jelajah Selat Malaka episode kedua kembali disajikan, kali ini Jurnalis menjelajah di Pulau Kepala Jeri, Kelurahan Pulau Kasu, Kecamatan Pulau Belakang Padang, Batam. Tiga nama pulau ini masing-masing terpisah jarak lautan. 

Pagi hari yang mendung berawan, Sabtu, 13 November 2021, di Pelabuhan Tanjung Riau, dari kejauhan Jurnalis David (obor Keadilan) melihat Tekong Danu menjemput di Pelabuhan, Setelah naik ke dalam boat fiber, kemudian Boat menuju pelabuhan Pancung Sekupang untuk menjemput Jurnalis Beres dan Novendri (Tribun Batam) yang menunggu di sana. Tak butuh waktu lama, boat pun tiba di pelabuhan  Pancung. Di pelabuhan pancung, berderet banyak boat, Inilah transportasi laut klasik di Kota Batam. Perahu ini ujungnya runcing yang sebagian besar terbuat dari kayu dan dibantu alat mesin tempel dengan berbagai kapasitas ukuran mesin.

Meski cuaca tak mendukung rintik hujan gerimis mulai turun tidak menyurutkan langkah kami untuk tetap menjelajah Pulau, di Pelabuhan Sekupang jurnalis Novendri dan beres (Tribun Batam) sudah menunggu, melihat boat pun, kedua jurnalis melambaikan tangan dan langsung menaiki boat, sebelum memacu boat kami semua makan siang nasi bungkus (Nasi Padang) Yang di beli jurnalis Novendri.

Setelah makan siang kami semua berdoa memohon Perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa lalu Perjalanan pun dimulai. Tekong Danu membawa kami  memasuki alur laut dalam pulau.

Cuaca laut yang bergelombang bukan halangan bagi Tekong Danu, beberapa kali boat terhenti karena ada rumput laut yang melilit baling baling mesin, Danu langsung mematikan mesin boat dan melepas rumput yang terlilit di mesin. Danu tampaknya sudah terbiasa dengan mesin, ia begitu cekatan mengatasinya. 

Berlayar dari pelabuhan Pancung Sekupang menuju pulau Kepala Jeri, kami melewati laut Tanjung uncang. Disana kami melihat kapal kapal tangker besar yang sandar di area  kawasan industri Tanjung uncang itu.

Beberapa pulau yang kami lewati tidak berpenghuni. kami menjumpai nelayan pulau yang mencari ikan, kami melambaikan tangan dan di balas oleh nelayan, membuat suasana kami semakin senang.

Kami menyaksikan betul bagaimana aktivitas di perairan itu, melihat kapal-kapal yang melintas. Ada kapal tanker hingga kapal nelayan kecil sedang melaut. Tidak jauh dari alur Lait lintasan kapal kami, terlihat jelas kapal kapal Super Tanker, kargo dan kapal pesiar berhenti atau lego jangkat di perairan OPL itu. 

Pulau kasu yang berpenduduk cukup banyak kami lewati, terlihat jelas bangunan rumah yang berjejer di pantai. Perjalanan kali ini tim jelajah menuju Pulau kepala jeri. Dalam ingatan, sedikitnya ada 20 an pulau yang kami lintasi menuju pulau Kepala Jeri. Dalam perjalanan juga kami terkadang dihempas ombak kapal dan diterpa angin, untung saja waktu menjelang siang hari sehingga cuaca lumayan mendukung.

Dua jam perjalanan dengan menggunakan mesin 15 PK  tim jelajah melihat pulau kepala jeri bagai hutan lebat tertutup pepohonan mangrove. Tak salah jika orang jarang berkunjung ke pulau ini lantaran akses yang serba terbatas. Kami pun memasuki Sungai kepala jeri, alur sungai kepala jeri sangat panjang, kalau kami gambarkan seperti Film film di Vietnam. 

Tak mudah masuk ke pulau ini lantaran alur lautnya sempit dan dangkal, butuh keahlian tekong untuk memahami kedangkalan air. Kalau tidak, maka akan menabrak karang. Boat yang bisa melintas pun hanya dengan ukuran terbatas. Alur laut anak sungai dipenuhi hutan mangrove bak hutan amazone kurang lebih 1,5 mil membuat kami semakin tertantang untuk terus menjelajah.

Tekong danu mengemudikan boat dengan perlahan penuh kemahiran di alur sungai karena kedangkalan kedangkalan sungai. 

Tiba lah kami 3 Jurnalis  di kepala jeri, di dermaga pulau ini terlihat seperti pulau mati tak ada penghuni. Sepi dan ‘plong’, dermaganya terlihat bak bangunan tua yang ditinggal perang. Saat kami berjalan ke darat, kami di sambut oleh Pak RW dan Pak RT di pulau kepala jeri itu.

Jurnalis David langsung menemui dan mengatakan maksud tujuan datang untuk meliput.

Setelah berkenalan kami pun diajak berkeliling pulau. Kesan pertama kami menginjakan kaki di pulau ini. Pertama kali melihat dermaga kecil yang terbuat dari beton.

Jalan di pulau kepala jeri dibangun seadanya, berbahan dari cor semen terlihat terawat dan susunan rumah yang tertata rapi kanan kiri jalan menandakan sebuah komplek yang sudah ada tatanannya.

Walau banyak dari bangunan rumah yang terbuat dari kayu, tapi terlihat rapi 

Sebagai pulau Terluar dan Terdepan Pulau Kepala Jeri yang berada di Kelurahan Kasu, Kecamatan, Belakang Padang, Kota Batam juga berdekatan lansung dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Histori penamaan Pulau Kepala Jeri bila dilihat dari peta Indonesia disebutkan menyerupai lima jari tangan manusia. Hal itu sebagaimana disebutkan warga setempat yang mendiami pulau tersebut.

Dalam perjalanan sambil berbincang bincang Kami melewati Puskesmas pembantu (Pustu) yang sepi tidak ada orangnya.

Tak hanya puskesmas pembantu, kami juga melewati sebuah masjid yang sedang di pugar (renovasi) kami pun berhenti, Pak Rahmat RW kepala jeri, memberi Penjelasan bahwa masjid ini sedang di renovasi oleh putra daerah yang menjadi pengusaha.

Dari perjalanan yang di antar oleh pak RT dan pak RW, kami mendapat cerita tentang minimnya akses pendidikan warga pulau 1yang harus di tempuh cukup jauh yakni ke pulau kasu.

Kami pun di ajak kerumah Keluarga salah seorang tokoh masyarakat pulau, ‘bang Hasim’ Dengan tersenyum ramah bang Hasim menjabat tangan jurnalis "Selamat datang di kepala jeri Abang semua, silahkan masuk bang."

Bangunan rumah modern terawat dengan baik terlihat kalau keluarga ini sukses sebagai Pengusaha. Kami duduk dan di pertemukan dengan orang tua tua warga yang menjadi Saksi Sejarah ataupun yang mengetahui lebih banyak tentang pulau kepala jeri.

bang Hasim yang lahir di kepala jeri dan bermukim di batam Selalu pulang kepulau bila akhir pekan. Ia mengatakan "pulau ini kurang dikenal luas oleh masyarakat bang".

"Minimnya Lapangan Pekerjaan serta kurangnya akses pendidikan serta Komunikasi menjadikan pulau ini sepi seperti pulau terisolir bang,” kata Hasim.

Setelah perbincangan singkat kami bertiga jurnalis di ajak oleh Pak Sukarmianto satu satunya tenaga Pengajar di pulau kepala jeri, Pak rahmat selaku RW , Pak Udin ketua RT dan pak Dodi salah satu warga yang terlihat sudah berusia lanjut.

Kami di ajak ke sekolah SDN 006 yang hanya satu satunya di pulau ini, di sekolah hanya ada 17 siswa SD, bangunan sekolah sangat memprihatinkan karena banyaknya atap yang jebol pintu yang di makan rayap, serta bocornya atap sekolah, menggambarkan Pendidikan di Sekolah dasar ini jauh dari baik.

Ini menandakan tidak majunya sistem pendidikan di kepala jeri. Sesuai dari cerita pak RW bahwa anak sekolah SD di pulau ini sedikit.

Untuk melanjutkan sekolah ke SMP warga Kepala jeri harus menuju pulau kasu, bila air surut anak anak harus memutar jalan kaki melewati PT ATT, cukup jauh barulah bisa menaiki boat untuk kesekolah " Ujar Pak RW.

"Hanya pulau kepala jeri ini bang yang tidak dapat bantuan alat transportasi laut untuk anak sekolah, kalau pulau lain dapat, tidak tau kenapa kok kepala jeri tidak dapat" Ujar Pak RT

"Apa karena penduduknya sedikit saya nggak tau bang, tapi saat pemilu banyak calon  yang datang bang, setelah menang batang hidungnya pun tidak pernah nampak" kami tiga jurnalis saling berpandangan dan tertawa mendengar keluh Pak RT.

Disisi lain, pulau Kepala Jeri yang berada di Kelurahan Kasu, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam ini masih menyimpan sejumlah persoalan yang hingga kini belum nyata terselesaikan. 

Permasalahan dunia pendidikan yang masih dapat dikatakan miris akibat sarana dan prasarana gedung yang kurang layak dan nyaman dalam proses mengemban ilmu untuk diterima oleh para siswa setempat.

Di Pulau Kepala Jeri hanya berdiri bangunan Sekolah Dasar (SD) dengan 3 ruang kelas dan satu ruang majelis guru. Sedang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) hanya ada di seberang pulau Kepala Jeri, lebih tepatnya Pulau Kasu.

SD Kepala Jeri sendiri disebut dengan istilah lokal jauh lantaran masih satu induk dengan SD Negeri 006 yang ada di Pulau Kasu, Kecamatan Belakang Padang.

Kondisi gedung SD yang dibangun permanen terlihat mulai kusam dari paduan warna hijau tua dan hijau muda, sisa-sisa plafon pun tampak menganga dan berlepasan hingga tak tersisa. Di ruang kelas hanya ada beberapa buah meja persis sesuai dengan jumlah siswa yang ada.

Lantai yang berdebu, cat dinding yang mulai terkelupas, tumpukan buku-buku pelajaran yang juga mulai kusam, tatanan meja dan kursi belajar yang telah rusak saling bertimpa memperlengkap buruknya kondisi SD di Pulau Kepala Jeri.

Lingkungan sekolah yang dikelilingi rimbunan pepohonan menandakan tidak adanya sarana lapangan olah raga untuk siswa.

Salah seorang tenaga pengajar yang berkesempatan diwawancarai tim jelajah, Sukarmiyanto, menyebutkan, bila jumlah siswa yang ada di SD Negeri 006, Kepala Jeri hanya ada 17 orang yang terakumulasi hingga kelas 6.

"Siswa yang kita ajar di sini komplit hingga kelas 6 namun jumlahnya hanya 17 orang. Kelas 1 satu orang, kelas 2 satu orang, kelas 3 dua orang, Kelas 4 tiga orang, kelas 5 lima orang, kelas 6 lima orang, komplit sih hingga kelas," ujarnya saat di teras kelas, Sabtu, (13/11/2021).

Dengan jumlah siswa yang terbilang sedikit itu, tenaga pengajar yang di tempatkan di Pulau Kepala Jeri hanya ada 3 orang, dengan pembagian masing-masing mengajar 2 kelas setiap harinya.

Melihat kondisi gedung sekolah yang begitu memprihatinkan, Sukarmiyanto bersama para guru dan Kepala Sekolah yang turut dibantu pemuda dan mahasiswa asal Kepala Jeri yang mengenyam pendidikan dari Malang dan Umrah telah berupaya mencoba mempublis ke sosial media dengan harapan mendapat perhatian dari pemerintah.

"Adapun bantuan dana BOS hanya bisa digunakan untuk pemeliharaan, sedangkan bila dilihat dari kondisinya ini sudah harus perbaikan secara total. Kita dan Kepala Sekolah sudah pusing mau cari bantuan dana dari mana, selain itu dengan bantuan adik-adik mahasiswa sudah disebar tentang kondisi sekolah melalui sosial media facebook namun hingga saat ini belum juga tembus," terangnya sembari menyentuh dinding kelas.

Dijelaskannya, Dinas Pendidikan Kota Batam sudah pernah mengunjungi SD Negeri 006 Kepala Jeri namun karena terhalang sumber dana dan aturan jumlah rasio siswa, maka pembangunan sekolah tidak dapat dilakukan.

"Jadi pihak dinas juga bingung, karena salah satu aturannya kan harus berlandaskan jumlah rasio siswa selain itu minimnya sumber dana. Tapi kami hanya bisa berharap barang kali ada kebijakan yang dapat mengubah kondisi sekolah ini menjadi lebih baik. Menurut kami semua siswa baik yang ada di kota maupun di pulau terpencil memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kualitas belajar yang layak dan nyaman," (David)

Editor : Redaktur

Penanggung Jawab Berita : Obor Panjaitan.

Komentar

Berita Terkini