|

RUMAH SAKIT SEPI, MASYARAKAT TAKUT TERPAPAR VIRUS CORONA?

Karya : KKN DR 66 UINSU
M
edia Nasional Obor Keadilan | Kamis (6/08-2020),
 Saat ini, bukan jadi rahasia umum lagi bahwa dunia khususnya Indonesia sedang dilanda mimpi buruk yang tidak berkesudahan. Bagai badai yang belum pernah terjadi, Virus Corona jenis baru atau sering disebut Covid-19 secara membabi buta menyerang masyarakat dunia tanpa pandang bulu. 

Terhitung sejak Desember 2019, dimulai dari Wuhan Cina, virus mematikan ini telah menyebar ke segala penjuru dunia. Melansir data dari laman Worldometers, Senin (3/8/2020), ada 18.219.002 (18,2 juta) kasus virus corona yang telah dikonfirmasi di dunia. Dari angka tersebut, telah terjadi 692.309 kematian dan 11.435.236 (11,4 juta) pasien telah dinyatakan sembuh.
Adapun jumlah kasus aktif telah melebihi angka 6 juta kasus, yaitu 6.091.457 (6,09 juta) kasus, dengan 6.025.656 (6,02 juta) kasus dalam kondisi ringan dan 65.801 dalam kondisi serius. Sungguh angka yang fantastis, bukan??

Dunia bukan sedang berhadapan dengan teroris yang memasang bom, atau pembunuh yang memegang senjata, tetapi dengan “sesuatu” yang hanya berukuran 400-500 micrometer. 

“Sesuatu” yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat ditangkap oleh indera penglihatan manusia tersebut dapat membuat dunia kocar kacir. Tentunya ini bukan tanpa alasan, sampai saat ini diyakini bahwa salah satu faktor terbesar yang membuat virus ini menakutkan adalah tingginya tingkat penyebarannya. 

Dikutip dari laman Primaya Hospital, Virus corona menyebar dari satu orang ke orang lain dalam jarak dekat. Penyebarannya serupa dengan penyakit pernapasan lain, seperti flu. Droplet atau percikan dari air ludah atau ingus orang yang terinfeksi terlontar ketika bersin atau batuk. 

Bila mengenai orang lain, terutama bagian wajah, droplet ini berpotensi membuat orang tersebut turut terinfeksi karena virus bisa masuk ke tubuh lewat hidung, mulut, bahkan rongga mata.

Pemerintah tidak bisa berdiam diri melihat kegenasan virus ini, sehingga dibuatlah beberapa kebijakan yang dimaksud untuk menekan angka penyebaran Covid-19. Mulai dari WFH (work from home), social distancing, sampai sekolah daring. 

Semua itu dilakukan demi kembalinya keadaan seperti semula. Demi tercapainya tujuan itu, semua kalangan harus mengambil peran dan yang paling penting adalah masyarakat itu sendiri. Tetapi karena kurangnya kesadaran, masih banyak masyarakat yang acuh bahkan menganggap sepele masalah ini. Selain itu, karena kurangnya informasi, banyak masyarakat yang ditimpa kegelisahan serta kebingungan. 

Mengingat angka orang yang terjangkit setiap harinya, wajar saja kalau masyarakat dilanda ketakutan. 

Pemerintah selalu mengingatkan untuk selalu menjaga jarak, memakai masker dan memeriksakan diri segera jika sakit. 

Tetapi kenyatannya, masih banyak masyarakat yang tidak memakai masker saat keluar rumah, berkumpul-kumpul tanpa tujuan yang jelas, dan menghindari pemeriksaan medis sebisa mungkin. Tindakan-tindakan tersebut tidak bisa dibenarkan terlebih tindakan ke 3. Pemeriksaan medis saat terjadi gejala merupakan hal yang sangat penting.

Dengan itu, jika memang terjangkit kita bisa mengambil langkah yang tepat dan cepat sehingga penyebaran tidak terjadi. Tetapi masyarakat memilih untuk menghindari pergi ke rumah sakit atau klinik. Bahkan terdapat beberapa kasus dimana masyarakat yang menderita sakit tapi bukan termasuk gejala Covid-19 enggan kerumah sakit dikarenakan takut tertular. 

Di Amerika Serikat dan Inggris, beberapa laporan menunjukkan terjadinya penurunan signifikan kunjungan gawat darurat untuk penyakit jantung karena masyarakat takut akan tertular COVID-19 di rumah sakit. Sungguh ironis, bukan?

Maka dari itu, harus ada inovasi baru terhadap sistem kesehatan yang harus dilakukan. Contohnya, pemisahan antara rumah sakit khusus Covid dengan rumah non-Covid, penggunaan alat pendeteksi cepat Covid, adanya sosialisasi atau konsultasi yang bisa dilakukan jarak jauh antara pasien dan tenaga medis dan penerapan protokol kesehatan yang tepat dan sesuai. 

Semua itu setidaknya bisa menghilangkan kekhawatiran masyarakat akan bahaya penularan Covid di rumah sakit atau klinik. Selain dari pihak penyedia layanan kesehatan, masyarakat juga harusnya mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan. Seperti selalu memakai masker, sering mencuci tangan dan menjaga kebersihan. 

Satu hal lagi yang sering dilupakan, pikiran itu adalah salah satu kunci kesehatan. Jika kita sudah punya mindset buruk, maka terjadilah. Ibarat kita menanam benih jagung maka akan tumbuh menjadi jagung dan tidak mungkin berubah jadi apel. Tetap tenang namun selalu siaga adalah tindakan yang tepat untuk dilakukan saat ini. 

Kesimpulannya adalah dengan adanya virus Covid-19 tersebut yang sangat dengan mudahnya menular, para masyarakat enggan untuk pergi ke rumah sakit saat mereka sedang sakit, banyak dari mereka yang memilih untuk membeli obat saja dan di rawat dirumah dengan baik. Namun jika penyakit tersebut sudah sangat serius barulah mereka pergi ke rumah sakit, mengingat angka pasien Covid-19 yang meningkat hari demi hari, mayarakat takut terpapar virus tersebut dengan berada di lingkungan sekitar rumah sakit. [◇]
Komentar

Berita Terkini