|

Adab Belajar Bagi Murid

(Kajian Terhadap Kisah Belajar Nabi Musa AS Kepada Nabi Khidir AS)
Foto Istimewa 
Oleh: Shofiah Nurul Huda & Haditsa Nurrahma

MEDIA NASIONAL OBOR NASIONAL| Senin (3/07-2020), Ibu pertiwi kini menangis, melihat para genarasi mudanya dilanda krisis adab yang berkepanjangan.
Abstrak:
Bahkan tindakan dan sikap terpuji oleh para murid kini menjadi pemandangan yang sulit ditemukan, mirisnya keadaan ini tidak boleh terus menerus dibiarkan. Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin telah memberikan contoh bagi para murid untuk dapat mengikis sifat buruknya menjadi akhlak yang terpuji, salah satunya melalui contoh kisah Belajar Nabi Musa kepada Nabi Khidir yang terdapat pada surah Al-Kahfi ayat 60-82, maka tulisan ini merupakan kajian ilmiah yang dilakukan untuk menemukan jawaban dari permasalahn adab bagi murid yang ditinjau dari penafsiran ayat pada surah Al-Kahfi ayat 60-82 tersebut. Kajian dilakukan dengan metode library reseach dan dianalisis dengan teknik content analyzing yang menghasilkan rumusan kiat-kiat dalam menerapkan adab belajar yang baik sebagai jawaban dari krisis adab yang melanda di Indonesia.

Pendahuluan:
Telah banyak kita temui pada kasus- kasus pendidikan di Indonesia, mengenai kurangnya akhlak dan adab dari para peserta didik. Kini pendidikan di Indonesia telah haus akan adab, pemandangan muird yang berakhlak dan beradab tampaknya sudah menjadi peristiwa langka yang hampir hilang tergerus zaman. Perkembangan teknologi dan informasi yang ada bukan hanya membawa nilai positif yang mengakibatkan pertukaran informasi semakin cepat, tapi juga punya sisi negative dimana segala jenis informasi yang buruk sekalipun mudah sekali untuk diketahui oleh anak-anak bangsa, sehingga menjadi tiruan bagi mereka yang belum mengerti mana yang haq dan yang bathil.

Kini anak-anak didik bukan hanya menjadi korban tapi sudah banyak yang menjadi pelaku. Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), jumlah kasus kekerasan terhadap anak di bidang pendidikan per 30 Mei 2018 sebanyak 161 kasus. Perinciannya, kasus anak korban tawuran 23 kasus, kasus anak pelaku tawuran 31 kasus dan kasus anak korban kekerasan dan bullying ada 36 kasus, yang pembullyan ini dilakukan sendiri oleh teman-temannya.(Krisis Moral Remaja, Tanggung Jawab Siapa?, 2019). Padahal Indonesia adalah Negara dengan Pancasila sebagai dasar Negara, dimana sila pertamanya mengindikasikan bahwa seluruh rakyat Indonesia itu beragama, dan agama Islam adalah agama yang paling banyak penganutnya di Indonesia. Agama Islam yang merupakan agama terbaik dengan syari’atnya yang sangat sempurna, semua percontohan dalam segala aspek terdapat ajarannya pada agama Islam, namun para penganutnya banyak yang tidak mau mengkajinya apalagi menerapkannya.

Islam telah memberi contoh mengenai adab seorang murid pada gurunya, salah satunya yaitu pada kisah belajar Nabi Musa AS kepada Nabi Khidir AS. Tepat pada QS Al-Kahfi ayat 60-82, diceritakan secara lengkap mengenai kisah bergurunya Nabi Musa kepada Nabi khidir AS. Kisah ini sudah seringkali dibahas dan dikaji oleh banyak tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang sudut pandang penggalian kajiannya fokus kepada Nabi Khidir sebagai pendidik, bagaimana mengajar dengan metode yang menarik dan bagaimana menjadi guru seperti layaknya Nabi Khidir saat bersama Nabi Musa AS(Konsep Pendidikan Dalam Kisah Nabi Musa as. Dan Nabi Khidir as. (Telaah QS. al-Kahfi Ayat 65-82 Dalam Tafsir Al-Mishbah) | AL-FIKR: Jurnal Pendidikan Islam, n.d.). Sedangkan pada ulasan kali ini, kami akan mengkaji bagaimana Nabi Musa sebagai percontohan bagi murid dalam beradab dan berakhlak kepada gurunya. Sebab ternyata perbuatan Nabi Musa pada kisah ini, benar-benar suatu teladan baik untuk dicontoh agar menjadi solusi bagi krisis adab para pelajar di Indonesia.Oleh karena itu, penulis akan mengkaji kisah belajar Nabi Musa kepada Nabi Khidir pada surah Al- Kahfi ini untuk mendapatkan jawaban  atas permasalahan krisis adab bagi para murid di Indonesia.

Metode penelitian:
kajian ini ditulis berdasarkan metode penelitian library reseach (kajian pustaka). Dimana penelitiannya dilakukan dengan mengumpulkan data dari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, artikel-artikel ilmiah dan semi ilmiah, serta data-data penelitian dari berbagai lembaga survey terpercaya untuk kemudian dikaji dengan teknik analisis konten untuk dapat menghubungkannya dengan objek utama pembahasan pada kajian yang akan dilakukan. (Fathoni, 2006). Sumber primer penelitian ini adalah tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al Munir, sedangkan sumber sekundernya adalah berbagai buku, jurnal dan artikel lainnya yang berkenaan dengan pendidikan.

Pembahasan Teori:
Fokus utama kajian pada tulisan ini adalah adab belajar bagi murid yang terkandung pada kisah belajar Nabi Musa kepada Nabi Khidir. Bermula pada QS. Al-Kahfi ayat 60 yang pada tafsir Al-Azhar, penafsiran dimulakan oleh Buya Hamka dengan Hadits yang dirawikan oleh Imam Bukhari dari Sa’id bin Jubair, dari Abdullah bin Abbas, bahwa pada suatu hari Nabi Musa ditanya ‘’Siapakah manusia paling panda?’’, beliau menjawab: ‘’Aku’’. Perkataan beliau yang seperti ini mendapat teguran dari Allah SWT, maka Allah firmankan kepadanya bahwa bukan dialah yang paling pandai di zaman itu, melainkan seorang yang berdiam di suatu tempat diantara dua lautan. Maka Allah menitahkan kepadanya untuk mencari orang tersebut, yang tidak lain adalah Nabi Khidir AS. Oleh sebab itu berjalanlah Musa bersama seorang khadimnya untuk mencari Nabi Khidir, itulah bunyi ayat ke-60 surah Al-Kahfi yang menyatakan bahwa Nabi Musa tidak akan berhenti sampai ia menemukan batas Antara dua laut(2002). Pada hal ini kita temui bahwa Nabi Musa AS adalah seorang yang sadar akan kesalahannya, beliau sebagai seorang Rasul, tidak segan-segan untuk mengambil pengajaran dari orang lain yang disuruh oleh Tuhannya, Bahkan tampak bahwa beliau sangat bersungguh-sungguh dalam mencari gurunya itu, walau belum pernah ia berjumpa dengan gurunya dan beliau mengetahui bahwa jauh benar perjalanannya untuk berguru itu.

Pada ayat ke 61- 64 surah Al-Kahfi, merupakan kisah kesungguhan yang lebih dari Nabi Musa AS, dimana beliau bahkan kembali menusuri jalan yang telah dilalui saat telah jauh berjalan sebab ternyata tanda-tanda akan pertemuan dengan gurunya telah dilewatkan olehnya (2002). Disini kita belajar bahwa seorang murid seharusnya tidak mengeluh akan kesusahan dalam mencari guru, padahal kesusahan ini baru pada tahap mencari guru, belum pada kegiatan pembelajaran, namun begitulah kesabaran dalam belajar adalah adab yang harus dimulakan agar bisa mendapatkan ilmu.

Selanjutnya pada ayat ke 66- 69 surah Al-Kahfi, merupakan kisah percakapan Antara Nabi Musa dengan Nabi Khidir, disini Nabi Musa meminta izin untuk berguru kepada Nabi Khidir, bahkan ketikapun Nabi Khidir berkata bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup belajar kepadanya, Nabi Musa dengan penuh kesungguhan dan ketawadhu’an menunjukkan dirinya benar-benar siap menjadi murid yang setia (2002), bunyi perkataan tersebut tepatnya pada ayat 69, yaitu:

قَالَ سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ صَابِراً وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْراً ﴿٦٩﴾
Artinya: Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun". (QS. Al-Kahfi: 69)

Pada ayat ini, tafsiran yang lebih dalam lagi diterangkan pada tafsir Al Munir karangan Syekh Wahbah Az-Zuhaili, bahwa dalam proses Nabi Musa menuntut ilm, beliau sangat tawadhu’ dan sopan bahkan mengakui dirinya tidak berilmu (lebih banyak) sehingga meminta izin untuk mengikuti Khidir agar diajari sebagian ilmu yang telah Allah anugerahkan kepada Khidir sebab menambah ilmu adalah perkara yang dianjurkan (Az-Zuhaili, 2016).Pada tafsir al Azhar, penafsiran pada ayat ke 69, dikhususkan pembahasannya bahwa perkataan Nabi Musa pada ayat ini adalah teladan yang baik bagi seorang murid dalam berkhidmat kepada gurunya. Para ahli tasawuf pun mengambi sikap Nabi Musa kepada gurunya ini sebagai teladan khidmat murid kepada gurunya, sehingga apapun sikap guru itu, walaupun belum dapat difahami, maka bersabarlah, sebab terkadang rahasia akan datang pada saat kemudiannya (2002).

Kemudian ayat ke 70-82 surah Al-Kahfi yang merupakan kisah panjang perjalanan Nabi Musa belajar kepada Nabi Khidir, jika kita hendak melihat adab Nabi Musa selama belajar ini, keseluruhan adabnya telah dijelaskan pada tafsir al Munir, bahwa adab mulia yang dapat kita ambil diantaranya: 1). Untuk selalu tawadhu’, 2). Tidak boleh ‘ujub dengan ilmu yang sudah dimiliki, 3). Hendaknya seorang murid selalu menepati janjinya saat berkhidmat dengan gurunya, 4). Tidak memprotes segala sesuatu pelajaran yang diberikan oleh guru dan 5). Tidak tergesa-gesa dalam bertindak dihadapan guru demi menjaga adab kepadanya (Az-Zuhaili, 2016).

Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam syairnya memberikan syarat bagi murid agar mencapai ilmu dengan kecerahan penalaran, yaitu: mempunyai ghirah atau motivasi tinggi dalam mecari ilmu, tidak cepat merasa puas dengan ilmu yang telah diperoleh, bersabar, tabah, dan tidak mudah putus asa dalam mengahadapi segala hambatan dan rintangan dalam menuntut ilmu bersama gurunya (et al., 2017). Kemudian Imam Al-Ghazali merumuskan beberapa adab murid yang harus dilakukannya dalam belajar, yaitu: belajar dengan niat ibadah, mengurangi kecendrungan duniawi, tawadhu’, menjaga fikiran, belajar ilmu yang terpuji saja, belajar dengan bertahap atau tidak tergesa-gesa, belajar hingga tuntas, mengenal nilai disetiap ilmu yang dipelajari, ilmu agama menjadi prioritas, dan yang paling utama bahwa murid harus tunduk kepada guru sebagaimana pasien tunduk patuh kepada dokternya(Susanti, et al., 2017).

Sehingga jika kita pertalikan Antara tafsir dengan beberapa rumusan adab murid oleh beberapa tokoh pendidikan terbaik dalam Islam yaitu Sayyidina Ali dan Imam al Ghazali, bahwa keduanya sama-sama menekankan kepada sifat-sifat mulia seperti tawadhu. Sabar dan tabah yang menunjukkan jalan kepada mampunya murid dalam beradab kepada gurunya.

Kesimpulan:
Bahwasanya dalam mencari solusi atas krisis adab bagi murid yang disarikan dari kajian terhadap kisah Nabi Musa saat belajar kepada Nabi Khidir, kita temui bahwa ada beberapa kiat-kiat atau cara yang harus dilakukan seorang murid agar dapat memiliki adab yang baik kepada gurunya, yaitu:

  1.  Bersikap tawadhu’ dan rendah diri, sebab ilmu laksana air yang hanya akan mengalir ke tempat yang rendah, maka tidaklah kesombongan dan keangkuhan akan menjadi tempat berdiamnya ilmu, sehingga sikap tawadhu’ harus ada pada diri seorang murid. Layaknya Nabi Musa yang bahkan seorang Rasul, telah merendahkan dirinya di hadapan gurunya saat meminta izin untuk dapat belajar kepada Nabi Khidir demi mendapatkan ilmu..
  2. Bersikap sabar dan tabah selama belajar. Adab yang selanjutnya yaitu sabar dan tabah yang merupakan syarat wajib bagi seorang murid, layaknya Nabi Musa yang bahkan harus bersabar mencari dan mengikuti gurunya, begitu pulalah sekehendaknya murid dalam bersabar saat belajar.
  3. Bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu dengan niat ikhlas karena Allah. Perihal sikap yang baik, tidak akan pernah akan terwujud jika sang murid tidak bersungguh-sungguh dalam belajar, jika sang murid tidak punya niat yang ikhlas dalam belajar. Maka sangat diharapkan agar para murid haruslah sadar betul bahwa ia membutuhkan kepada ilmu, sehingga akan bersungguh-sungguhlah ia dan akan ikhlas pulalah ia dalam belajar, sampai terlihat pada zahir perbuatannya kepada gurunya berupa adab yang mulia.
  4. Mengikuti dengan baik semua perintah guru dan ketetapan jenjang pembelajaran yang diberikannya. Bahwa seorang guru, pastilah tidak sembarang dalam memberikan ilmu kepada murid, hanya saja ketidak mampuan murid dalam memahami hikmah menyebabkannya terkadang memprotes gurunya, padahal tindakan memprotes ini adalah tindakan yang tidak baik, maka adab terabaik seorang murid adalah selalu mengikuti semua ketetapan gurunya dalam belajar dengan keyakinan bahwa gurunya pastilah memilih dan menyuruhnya kepada pembelajaran yang terbaik, walau belum paham ia pada saat itu, namun harus ia yakini bahwa ada rahasia dan hikmah dibalik semua ketetapan sang guru.

Kesemua kiat-kiat diatas, hanya dapat dilakukan oleh seorang murid yang sadar betul akan posisi dirinya sebagai murid, dan memahami kajian mengenai bagaimana caranya ia menjadi murid. Sebab kebanyakn krisis adab yang terjadi pada murid-murid di Indonesia, sebab tidak mengetahui apa itu murid dan apa yang seharusnya ia lakukan sebagai murid sehingga bagaimanalah ia bisa beradab kepada gurunya. Maka disarankan agar, kisah Nabi Musa belajar kepada Nabi Khidir ini diterangkan kepada murid sedari dini mungkin, dan dijelaskan kepada mereka bagaimana keteladanan adab Nabi Musa saat menjadi murid, diharapkan agar terdasarlah mereka dalam memperbaiki dirinya saat belajar, dan terwujudlah keinginan bangsa ini untuk melihat peningkatan adab pada murid-murid di bumi pertiwi.

Daftar Pustaka: 

Az-Zuhaili, W. (2016). Tafsir Al-Munir. Gema Insani.
Fathoni, A. (2006). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Rineka Cipta.
Hamka. (2002). Tafsir Al-Azhar. Pustaka Panjimas.

Konsep Pendidikan Dalam Kisah Nabi Musa as. Dan Nabi Khidir as. (Telaah QS. al-Kahfi ayat 65-82 Dalam Tafsir Al-Mishbah) | AL-FIKR: Jurnal Pendidikan Islam. (n.d.). Retrieved July 24, 2020, from https://jurnal-tarbiyah.stainsorong.ac.id/index.php/alfikr/article/view/51

Krisis Moral Remaja, Tanggung Jawab Siapa? (2019, April 10). Republika Online. https://republika.co.id/share/ppqc8g349

Syafaruddin, Pasha, N., & Mahariah. (2017). Ilmu Pendidikan Islam. Hijri Pustaka Utama.

Syafaruddin, Susanti, E., Karima, M. K., & Chair, A. (2017). Sosiologi Pendidikan. Perdana Publishing.

IDENTITAS PENULIS:
Shofiah Nurul Huda &Haditsa Nurrahma
Artikel Kelompok KKN-DR 138
Dosen Pembimbing: Drs. Supardi, M.Ag
Komentar

Berita Terkini