|

Hardiknas 2020, Bunda Roostien Ilyas: Design Pendidikan Kharakter Berbasis Perdamaian Sejak Sekolah Dasar

Media Nasional Obor Keadilan| Jakarta, Sabtu, Tanggal 2 Mei adalah Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas-red), kali ini Ini saya cuma ingin bicara tentang bagaimana mendidik anak untuk mengerti tentang makna dan esensi "Damai".

Bagaimana mendidik anak untuk mengerti tentang indahnya "Damai_[Per'Damaian]", dan semua pelajaranan diajarkan untuk mengerti tentang bagaimana kita bisa saling menghargai sesama serta bagaimana kita mengajarkan cinta damai dengan memasukkan pada seluruh mata pelajaran; berdamai dengan alam, berdamai dengan binatang-binatang, berdamai dengan berbagai adat suku dan agama yang berbeda-beda.

Menciptakan suasana damai dalam menyelesaikan permasalahan bukan berarti damai dalam tanda petik akan tetapi tetap menyelesaikan permasalahan apapun dengan memelihara situasi damai.

Menyelesaikan ketegasan dengan situasi damai Tentunya ini juga bagian dari pendidikan karakter, sepintar dan secerdas apapun anak, kalau dia tidak bisa menghargai sebuah perdamaian juga tidak memiliki rasa cinta damai dan tidak bisa menghargai perbedaan maka anak akan sangat sulit untuk berkembang di masa dewasanya.

Anak akan berkembang dengan sifat egois mau menang sendiri sulit memaafkan dan minta maaf.

Sulit mengucapkan terima kasih,
sulit untuk minta tolong, karakter yg sangat mengerikan tentunya.

Apa yang harus kita ajarkan kepada anak untuk bisa mengerti tentang sebuah kata yaitu menghargai perasaan orang yang bisa diterjemahkan dengan kata-kata damai?

Bagaimana kita mencintai alam? bagaimana kita mencintai kawan...? bagaimana kita mencintai lingkungan...? sehingga kita bisa mengharapkan anak-anak nantinya tumbuh kembang menjadi generasi yang penuh rasa toleransi tanpa ada pemaksaan tanpa harus ada ada ada kata-kata "harus".

Bagaimana mendidik mereka untuk mampu punya rasa cinta damai, kita sebagai bangsa kita sebagai guru terutama guru sekolah dasar. guru Sekolah Dasar pada hakekatnya adalah pendidik yg pertama kali menggoreskan coretan awal pada jiwa anak-anak yang kita ibaratkan seperti kertas yang masih putih polos (kosong), Siapakah yang menggores coretan pertama di kertas kosong itu? Ia dalah guru sekolah dasar, kalau kita bicara terkait sesuatu yang harus dipertanggung jawabkan selalu ditanya; apa "Dasarnya", dan rumah yang kokoh juga tergantung pada fundamen atau dasar.

■Implementasi dari pendidikan Kharakter berbasis perdamaian

Ketika Kharakter nilai Damai (perdamaian) diabaikan maka dikemudian hari timbul gejala sosial, minim rasa empati terhadap sesama ibarat anak orang dilingkungan sudah semestinya semua orang sekitar memperlakukan tiap anak ibarat anak kita anak kandung menjadikan diri sebagai tempat berdamai.

Lantas dalam minggu belakangan dunia anak digemparkan oleh peristiwa di dibebaskan nya seorang tersangak pidana pelaku perkosaan terhadap anak bawah umur, yang mana pelakunya kebetulan seorang kepala desa setempat (TKP, di Desa Sitolu ama kecamatan Lagu Boti, Toba-Sumut-red),  hati saya sedih mendengar informasi ini,

Saya dapat kabar dari para jurnalis bahwa kejaksaan negeri Toba membebaskan bahkan memberhentikan penuntutan dengan alasan telah dicabut aduan setelah pelaku dan keluarga korban berdamai, diduga telah terjadi suap menyuap padahal walau berdamai secara keluarga akan tetapi tidak menghilangkan unsur hukum pidananya.

Terjadinya penyakit predator yang tega merusak masa depan anak Gadis belia dilandasi dengan kesombongan tanpa prinsip pendidikan didikan damai terhadap sesama ibarat anak orang dilingkungan sudah semestinya semua orang sekitar memperlakukan tiap anak ibarat anak kita anak kandung.

Jadi sebetulnya tingkatan guru yang paling diharapkan untuk bisa mengajarkan membentuk karakter adalah guru- sekolah dasar, sedangkan dosen-bagi saya adalah memberikan bingkai kepada lukisan yang sudah jadi, jadi sangatlah diperlukan guru guru sekolah dasar yang betul-betul mengerti tentang perkembangan jiwa anak, akhir kata saya ucapakan,
"SELAMAT HARI PENDIDIKAN". ()

Penulis : Bunda Roostien Ilyas 
Aktivis pergerakan, pejuang sosial.
Praktisi pembela hak anak dan perempuan Indonesia 
Komentar

Berita Terkini