|

Mudjair Seorang Penemu Dan Perintis Perkembangan Ikan Mujair


MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | Pada 1936, Mudjair, seorang pegawai desa dari Desa Papungan, Kanigoro, Blitar, pergi ke Teluk Serang yang terletak di laut selatan. Di sana dia menemukan berbagai jenis ikan yang belum diketahui sebelumnya. Dia membawa pulang lima jenis ikan dan memeliharanya di kolam pekarangan rumah.

Ternyata, satu jenis ikan berkembang cepat, bahkan bisa bertelur dengan cara menyimpannya di dalam mulut sampai masa menetas jadi anak ikan. Selama waktu, ikan ini mendapat perhatian warga desa.

Kabar itu sampai ke telinga Schuster, kepala penyuluhan perikanan di Jawa Timur. Dia berkunjung ke Papungan untuk melihat ikan temuan Mudjair. Ternyata ikan tersebut diterjemahkan sebagai Tilapia mossambica , yang berasal dari Afrika.

Mudjair dibudidayakan karena cepat bertelur, pertumbuhannya cepat, dan mudah bertarung dengan segala lingkungan mulai dari kolam hingga rawa-rawa.

Menurut KF Vaas dan AE Hofstede dalam Studi tentang Tilapia Mossambica Peters (ikan Mudjair) di Indonesia , kompilasi Konferensi Ahli-pakar Perikanan Darat pada November 1939, Schuster mengikutsertakan ikan temuan Mudjair.

Atas temuan ini, Tilapia mossambica mendapat nama lokal: ikan mujair. Pemerintah Hindia Belanda, menulis harian Pedoman edisi 27 Agustus 1951, mengapresiasi usaha Mudjair membudidayakan ikan mujair dengan mengenakan santunan sebesar Rp6, - per bulan.

Saat pendudukan Jepang, ikan mujair kian populer. Pasukan Jepang, seperti dimasukkan dalam Tilapia: Biologi, Budaya, dan Nutrisisuntingan Carl D. Webster dan Chhorn Lim, dimasukkan ke seluruh daerah untuk dibudidayakan dalam tambak-tambak. Dan Mudjair menerima pegawai negeri tanpa harus mendapatkan pekerjaan.

Enam tahun setelah Indonesia merdeka, Mudjair menerima surat tanda jasa dari Kementerian Pertanian atas jasanya sebagai penemu dan perintis perkembangan ikan mujair.

Pada era Orde Baru, ikan mujair masih menjadi santapan favorit masyarakat. Sejak tahun 1982, diterbitkan termuat dalam Laporan Pelita IV 1984-1989, program pengembangan aneka ikan yang dilaksanakan pemerintah dengan menggerakkan bibit ikan mujair di dalam kolam pekarangan dan waduk-waduk.(*)

Penanggung Jawab Berita : Obor Panjaitan
Komentar

Berita Terkini