Foto : Korban
aksi teror Azhari Sinik kondisinya tampak terlihat memprihatinkan.
Medan | Media Nasional Obor
Keadilann | Sabtu ( 04 / 11 / 2017
). Sungguh miris, intervensi melalui aksi teror terhadap aktivis di Kota
Medan kembali terulang. Kali ini menimpa aktivis sekaligus Ketua LIPPSU,
Azhari Sinik. Peristiwa yang dialami Aktivis yang kerap mengkritisi kinerja
pemerintah itu diduga dilakukan oleh oknum pejabat yang merasa gerah di
kritisi kinerjanya.
"Ya saya menduga seperti
itu. Karena insiden tabrak lari pada hari Jumat subuh itu terjadi pada saat
ketika saya hendak melaksanakan sholat subuh di salah satu Masjid di
Jalan Halat, " ujar Azhari Sinik saat di konfirmasi awak media melalui via
selulernya, Jumat (3/11) kemarin.
Dikatakanya, kuat dugaan
insiden tersebut dilatarbelakangi pergerakannya menyoroti pembangunan dan
perawatan jalan berlubang di Kota Medan belakangan ini. "Saya menduga,
insiden ini berkaitan dengan pergerakan saya bersama
sejumlah aktivis di Kota Medan dengan sebutan Sejuta Lubang,”
ujarnya.
Akibat insiden itu, Azhari
Sinik mengalami luka serius disekitar wajah, diantaranya pendarahan
di bagian hidung, bibir yang
cukup terlihat parah. Hal ini secara spontanitas menarik perhatian dari
sejumlah aktivis, jurnalis dan angota DPRD Sumut untuk melakukan pergerakan
unjukrasa, dan akan mengawal proses hukum kasus tersebut.
Seperti yang disampaikan Anggota
DPRD Sumut Sutrisno Pangaribuan menyebutkan, pelaku mengetahui Azhari
Sinik belakangan ini dikenal sebagai aktivis Sejuta Lobang. Jika diperhatikan,
peristiwa teror yang dialami Azhari Sinik mirip dengan peristiwa yang dialami
oleh penyidik senior KPK RI Novel Baswedan.
"Kekerasan dan teror ini
masuk kategori biadab, sebab dilakukan kepada korban setelah sholat subuh.
Pemilihan waktu dan tempat melakukan aksi teror tentu sudah direncanakan.
Melakukan teror terhadap korban setelah sholat subuh bertujuan memberi teror
untuk jangka panjang," kata Sutrisno melalui Whatsapp messengernya.
Sutrisno memaparkan, bila melihat
kronologis yang dilakukan pelaku teror tersebut, pelaku memahami betul
aktivitas korban saat sholat subuh. Maka jika tujuan teror berhasil, maka
pemilihan waktu dan tempat melakukan teror berhasil. Tindakan aksi teror tabrak
lari yang dilakukan pelaku bertujuan untuk membungkam korban atas suara- suara
kritisnya terhadap para oknum penyelenggara pemerintah.
Oleh karena itu, sebagai respon
dan sikap atas peristiwa teror tabrak lari tersebut, perlu disampaikan poin berikut,
bahwasannya dari pihak Polri diharapkan untuk melakukan penyelidikan dengan serius
terhadap aksi teror ini. Begitu pula dengan Kapolda, agar bersikap tegas dengan
memerintahkan anggotanya untuk menangkap pelaku dan aktor intelektual dibalik
aksi teror tabrak lari tersebut.
Mantan Ketua GMKI ini juga
meminta pihak kepolisian agar mengembangkan penyelidikan berdasarkan
penelusuran jejak elektronik aktivitas Azhari Sinik. Karena teror berupa tabrak
lari yang dialami Azhari Sinik ini diyakini berhubungan aktivitas anti korupsi
dan suara kritis dari korban.
"Walikota Medan diminta untuk melakukan
koordinasi yang baik dengan kepolisian, sehingga tanggung jawab dalam
menciptakan rasa aman menjadi tanggung jawab bersama antara Pemko Medan
dan Polrestabes Medan. Kita yakin Polisi memiliki kemampuan untuk menangkap
pelaku tabrak lari secara cepat, akurat dan pasti," ungkapnya. "Kata
Sutrisno.
Karena dilihat dari kesuksesan
pihak kepolisian yang telah berhasil menangkap pelaku kejahatan begal di
Pematang Siantar beberapa waktu lalu harus dijadikan referensi oleh Polisi
untuk sesegera mungkin untuk menangkap pelaku teror tabrak lari tersebut.
Untuk itu, kepada seluruh
pegiat anti korupsi diminta untuk tidak takut terhadap berbagai bentuk teror
yang telah, sedang, dan mungkin masih harus dihadapi ke depan. Kita semua memiliki
kewajiban membongkar praktik korupsi yang telah mengakar di berbagai lembaga
penyelenggara pemerintah.