|

Jerit Pilu melilit hidup Janda Miskin bersama 3 anaknya Menjerit ingin dapat Raskin Namun Gagal gara gara tak punya Jamban

Ket Gambar : ibu janda Miskin tua bersembunyi di gubuk rewotnya , Kehidupan warga Negara miskin ini di lupakan luput dari bingar Bingar Gaya gaya an oknum DPRD berdapil dari tempat ini  / Pemerintahan setempat .

MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | Pejabat kita bergelimang harta dan ramai-ramai merampok uang rakyat, dilansir sorot daerah , seorang janda miskin beranak tiga, Bungaran Nainggolan (55) harus ‘bersembunyi’ di sebuah gubuk rumah di Jalan Parbuluan IV, Desa Sigalingging, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Gubuk itu berukuran 2×4 meter persegi dengan tinggi satu setengah meter.

Berbeda dengan “surga” yang ditampilkan di media, bagaimana rumah pejabat penggarong uang rakyat tampak menyilaukan, gubuk Boru Nainggolan ini sangat memiriskan hati. Saat tim menyambangi gubuk tersebut, kami disambut dengan aroma tak sedap.

Gubuk tersebut pengab. Pencahayaan kurang. Perabot tidak punya tempat. Alas tanah ditutupi selembar tikar tua. Di tikar itulah, janda ini bersama tiga anaknya beristirahat.

Di zaman yang sudah moderen ini, Bungaran sama sekali tak pernah merasakan kehebatan alat pemasak listrik atau pun kompor gas. Kayu bakar menjadi sumber bahan bakar utama dan satu-sarunya yang dia punya. Ia bahkan tak punya dapur. Tak ada ruang kamar mandi. Kemiskinan telah memaksanya hidup begitu memiriskan.

Saking sibuknya bekerja sebagai buruh tani, ia sampai tak sempat menyuci pakaian atau membereskan gubuknya. Setumpuk pakaian tergeletak di sisi-sisi rumah, bagai kapal pecah. Atap rumah juga sudah berkarat dan bolong di sana-sini Jika ingin buang air, Bungaran dan anaknya pergi ke sungai belakang rumah. “Kalau mau buang air, turun ke jurang di belakang,” katanya, Kamis (30/11).

Dinding rumahnya juga tampak banyak diselipi botol air mineral. Hal ini, katanya agar dapat menghalau angin supaya tak masuk ke dalam.  Bungaran kesehariannya bekerja sebagai petani di ladang milik orang. Ia diupah Rp 50 ribu untuk setiap kali bekerja. Anak-anaknya yang tak sekolah sering membantunya di ladang.

Diketahui, Bungaranm memiliki tiga anak yang telah dewasa yakni Yanti Siringo, Rio Siringi, dan Manatap Siringo. Tiga anaknya ini sama sekali tidak merasakan bangku sekolah. Ia tingga di gubuknya ini selama 23 tahun.

Miskin Tak Dapat Bantuan
Meskipun seisi kampung itu mengetahui betul kemiskinan yang mendera Bungaran Nainggolan, namun keluarga ini sama sekali tak pernah mendapatkan jatah beras miskin (raskin) lantaran tak punya jamban. Bahkan, bantuan untuk membangun toilet juga tak pernah ada. Sehingga Bungaran hanya bisa bermimpi suatu hari harus memiliki jamban supaya tidak lagi ke sungai buang hajat.

Kepala Dusun 1 Desa Parbuluan IV, Tonga Sihombing menerangkan, Bungaria sudah tidak terdaftar lagi sebagai penerima beras miskin. Penerimaan sebelumnya, katanya sebuah pengalihan.

Sementara, Sekretaris Desa, Jasiden Saragih hanya mengatakan ada terjadi pengurangan jumlah penerima beras miskin. “Memang terjadi pengurangan untuk penerima beras miskin,” katanya.

Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Dairi, Sebastianus Tinambunan menegaskan tak ada peraturan pembagian raskin musti memiliki jamban.  “Gak ada itu dek. Gak harus punya jamban. Saya sudah bilang ke anggota saya untuk mengecek informasi itu. Supaya ditanyakan semua perangkat desa di sana. Nanti saya kabari lagi ya,” pungkasnya. (Oke/Red)

Komentar

Berita Terkini