|

PERNAK-PERNIK DIBALIK PENERIMA REKOR MURI UNTUK WALIKOTA BOGOR

Foto Suasana saat gladi resik persiapan untuk acara pelaksanaan upacara serah terima piagam penghargaan Rekor MURI untuk Walikota.
BOGOR I Media Nasional Obor Keadilan I Sabtu ( 28 /10 / 2017 ). Dibalik berita heboh dan gemilangnya Walikota Bogor menerima Piagam Penghargaan Rekor MURI siang tadi di GOR Pajajaran Bogor, ternyata ada cerita miris yang sayang jika dilewatkan...

Pada kesempatan ini awak Media Nasional Obor Keadilan berhasil mewawancarai beberapa siswa dan para Guru yang ada di lokasi acara. Mungkin patut untuk kita renungkan lebih dalam...

Layaknya piagam penghargaan MURI yang luar biasa dalam pandangan kita, seyogyanya menyisakan cerita hebat di dalamnya. Namun cerita hebat ini jadi sedikit berkurang, manakala di dapatkan fakta bahwa rombongan guru dan anak sekolah tersebut untuk ke lokasi tempat acara di gelar, harus di tanggung sendiri dari uang saku anak sekolah, yang bisa jadi orang tuanya hidup pas-pasan untuk makan dan ongkos sekolah mereka
.
Tidak ada yang salah, tapi miris.. Hal-hal seperti ini sepatutnya jadi perhatian Walikota terkait sebagai penyelenggara acara luar biasa tersebut. Dan hal lain yang perlu diperhatikan adalah saat sebelum acara dimulai, para murid tersebut harus sudah ada dilapangan untuk gladi resik. ada beberapa anak yang tidak sempat sarapan dan kecapekan akhirnya mengalami pingsan. Ternyata dari pihak panitia penyelenggara acara tidak disediakan makanan atau snack untuk sekedar pengganjal perut.

Pantaskah untuk event yang begitu besar dan mengangkat nama Walikota, hal seperti ini bisa terjadi ?
Mereka anak-anak sekolah harapan bangsa ini pasti banyak yang belum paham politik. Bisa diambil kesimpulan, Ternyata dibalik terangkatnya nama dan kota, mereka sudah mengorbankan uang sakunya untuk datang dan mendukung kesuksesan Walikota-nya.

Tapi kenapa tidak ada timbal balik dari panitia untuk memfasilitasi pihak sekolah, agar event yang begini besar luput dari kritikan...
(R. Tursina)
Komentar

Berita Terkini