|

Berlaku Adil dan Tidak Zalim Terhadap Peserta Didik

Penulis: Rafidatun Sahirah

MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | Kamis, (13/08-2020) - Terkait dengan Sifat Adil, Allah swt adalah Tuhan yang Maha Adil, tak pernah sedikitpun ia mendzholimi semua makhluk-Nya, karena Allah maha mengetahui yang terbaik untuk semua makhluk-Nya dan Allah selalu memberikan yang terbaik untuk semua makhluk-Nya.Oleh karenanya dalam hal ini, kita sebagai hamba Allah juga harus berlaku adil kepada siapapun, sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kita. Kemudian dalam hal iniapa sebenarnya makna adil?

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Adil berarti tidak berat sebelah/tidak memihak, berpihak pada yang benar.

Adil adalah sama, seimbang, atau menempatkan sesuatu pada tempatnya (proporsional). Kata adil diartikan sama, maksudnya adalah seseorang memperlakukan seseorang atau sesuatu sama sesuai dengan haknya atau tidak membedakan seseorang atau sesuatu dengan yang lain sesuai dengan haknya. Adil berarti seimbang, maksudnya identik dengan kesesuaian (proporsional), lawan kata kezaliman.

Keseimbangan tidak mengharuskan persamaan kadar dan syarat bagi semua bagian agar seimbang. Bisa jadi satu bagian berukuran kecil atau besar, sedangkan kecil dan besarnya ditentukan oleh fungsi yang diharapkan.Adapun adil dalam pengertian menempatkan sesuatu pada tempatnya berarti perhatian terhadap hak-hak individu atau sesuatu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya. Lawannya adalah kezaliman, dalam arti pelanggaran terhadap hak-hak pihak lain.

Melaksanakan keadilan bagi manusia berarti mewujudkan kesamaan hak, memberikan keseimbangan dan memberikan hak-hak kepada setiap pemiliknya.Adanya hak menuntut kewajiban atau tanggung jawab, tetapi adanya kewajiban bukan berarti merampas hak. Dengan demikian sikap adil ini meliputi mewujudkan keseimbangan dalam hidup, persamaan dalam hak dan pemberian hak, serta menghindari merampas orang lain atau berbuat zalim.(Nur Hadi, n.d.)

Allah swt berfirman yang artinya:
“sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran” (Q.S. An-Nahl/16 : 90).

Islam memerintahkan untuk berlaku adil sekalipun kepada musuh, walau sangat membenci perbuatannya. Allah swt berfirman yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ma’idah/5 : 8).

Maka keadilan mengembalikan semua perkara kepada tempatnya dan memberikan semua hak kepada yang berhak.Ketika keadilan terdapat di suatu kaum, maka mereka semua pasti hidup bahagia.Dan ketika hilang mereka pun hidup sengsara. (Arsyad, 2017)

Adil adalah lawan dari zalim, zalim yang berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Karenanya setiap muslim hendaknya selalu bersikap adil kepada siapapun bahkan kepada non muslim.(Agustina, 2019)

Lalu kemudian, bagaimana cara berlaku adil terhadap peserta didik?

Dari Nu’man bin Basyir,ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “berlaku adillah kamu di antara anak-anakmu! Berlaku adillah kamu di antara anak-anakmu!”(HR. An-Nasa’i dan Al-Baihaqi).

Dalam hadis ini dengan tegas Rasulullah saw memerintahkan kepada para sahabat (umatnya) agar berlaku adil terhadap anak-anaknya. Dalam konteks pendidikan, peserta didik adalah anak si pendidik.Dengan demikian, pendidik wajib berlaku adil dalam berbagai hal terhadap peserta didiknya.

Keadilan pendidik terhadap peserta didiknya meliputi beberapa hal diantaranya seperti memberikan perhatian, kasih sayang, pemenuhan kebutuhan, bimbingan, pengajaran dan pemberian nilai. Dalam hal ini apabila pendidik tidak berlaku adil maka ia tidak akan disenangi oleh peserta didiknya, dan dikhawatirkan akan mempengaruhi minat dan hasil belajar peserta didik yang tidak optimal. (Umar, 2016)

Oleh karenanya dalam hal ini, pendidik haruslah berlaku adil terhadap peserta didiknya.Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Allah memerintahkan kepada kita untuk berlaku adil kepada siapapun.karena setiap peserta didik mempunyai hak yang sama untuk diperlakukan secara adil.

Dalam hal ini penulis menyimpulkan, Adil sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam hal ini seorang pendidik dapat mewujudkan kesamaan hak, memberikan keseimbangan yang ditentukan oleh fungsi yang diharapkan dan menempatkan sesuatu sesuai tempatnya.(Nur Hadi, n.d.)

Maka dari pengertian adil tersebut, pendidik hendaknya berlaku adil misalnya dalam hal perhatian ataupun kasih sayang, seorang pendidik harus menyadari bahwa setiap anak mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, maka dari itu, janganlah pendidik menampakkan sikap tidak adil dengan lebih banyak memberikan perhatian dan kasih sayang hanya kepada anak yang dianggap pintar saja, namun dalam hal ini pendidik juga harus memberikan perhatian dan kasih sayang yang sama  kepada anak didik yang memiliki kekurangan ataupun lambat dalam memahami pelajaran yakni apabila keadaan menuntut pendidik untuk menerapkan perlakuan khusus kepada beberapa peserta didik yang memang membutuhkan perlakuan khusus maka dalam hal ini pendidik juga harus membuat peserta didik lainnya mengerti bahwa sebagai pendidik ia harus berlaku adil kepada semua peserta didiknya. Agar anak sama-sama merasa bahagia atas perhatian dan kasih sayang yang diberikan pendidik sehingga mudah-mudahan tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai.(Umar, 2016)

Kemudian pendidik haruslah bersikap adil terlebih-lebih ketika mengoreksi dan memberikan nilai, dalam hal ini pendidik haruslah melakukannya dengan benar dan sesuai dengan ketentuan.Pendidik tidak boleh pilih kasih atau tidak adil dalam mengoreksi dan memberikan nilai misalnya dikarenakan adanya hubungan kekeluargaan, kerabat dan sebagainya.(Arsyad, 2017)

Perlakuan yang berbeda dan tidak adil terhadap peserta didik, menyebabkan terjadi saling memusuhi di antara mereka, dan akan tercipta jurang pemisah antara guru dan peserta didik lainnya yang terzalimi. Dan hal tersebut bukanlah suatu hal yang diharapkan dalam pendidikan, di mana seharusnya peserta didik memiliki salah satu kompetensi yang terkait yakni kompetensi sikap sosial diantaranya berupa akhlak mulia, jikalau terjadi saling memusuhi maka kompetensi sosial peserta didik kemungkinan akan terhambat. oleh sebab itu, seorang pendidik harus konsisten menerapkan sikap adil di antara peserta didiknya supaya rasa persaudaraan dan saling cinta membudaya di antara mereka. (Arsyad, 2017)

Kemudian dalam hal ini, pendidik hendaklah memahami diantara beberapa hal terkait dengan bagaimana keutamaan peserta didik dan bagaimanakarakteristik peserta didik agar menambah pemahaman dan menjadikan pendidik menyadari bahwa ia harus berlaku adil kepada setiap peserta didiknya.

Diantara keutamaan peserta didik:

1. Terhindar dari kutukan Allah
“Dari Abu Hurairah, ia berkata, “saya mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘sesungguhnya dunia dan isinya terkutuk, kecuali dzikrullah dan hal-hal terkait dengannya, alim (guru), dan peserta didik.” (HR. At-Tirmidzi)

2. Menempati posisi terbaik
Shafwan bin Assal Al-Muradi berkata, “saya mengunjungi Rasulullah saw yang waktu itu sedang berada di masjid. Saya berkata kepadanya, “ya Rasulullah, saya datang untuk menuntut ilmu.’Beliau berkata, ‘selamat datang penuntut ilmu.Penuntut ilmu dihargai dan disanjung oleh malaikat dan dilindunginya dengan sayapnya. Kemudian mereka berlomba-lomba untuk mencapai langit dunia karena senang dengan apa yang ia tuntut. Maka kapan kamu belajar?” (HR. Ath-Thabrani)

Sambutan hangat yang diberikan oleh Rasulullah saw kepada Shafwan bin Assal menunjukkan betapa beliau menghargai peserta didiknya, beliau memberikan sambutan yang hangat, sanjungan, serta motivasi yang menarik.(Umar, 2016)

Terdapat beberapa karakteristik peserta didik yakni:

1. Memiliki potensi lentur
Peserta didik memiliki potensi lentur yang dalam batas-batas tertentu dapat dikembangkan oleh pendidik dan lingkungannya.

2. Memiliki kemuliaan (martabat)
Memuliakan peserta didik berarti pendidik harus menghargainya sebagai seorang manusia atau makhluk Allah swt yang mulia dan bermartabat

3. Memiliki kesamaan derajat
Jabir bin Abdullah meriwayatkan bahwa Rasululllah saw berkhutbah di depan kami pada pertengahan hari tasyri’. Beliau bersabda, “wahai manusia, ketahuilah sesungguhnya Tuhanmu Esa, nenek moyangmu satu.Ketahuilah bahwa tidak ada kelebihan bagi orang Arab dari orang non Arab, tidak pula ada kelebihan orang non Arab dari orang Arab, tidak ada kelebihan orang yang berkulit merah dari yang berkulit hitam, dan tidak pula sebaliknya, kecuali karena takwanya.Bukankah telah saya sampaikan?”(HR. Ahmad dan Al-Baihaqi).

Hadis ini dengan tegas mengungkap kesamaan derajat manusia (peserta didik). Manusia diciptakan oleh Allah swt, Tuhan yang sama dan berasal dari nenek moyang yang sama juga. Perbedaan etnis dan warna kulit tidak membuat derajat manusia itu berbeda.Apa yang membuat seseorang memiliki nilai lebih daripada orang lain hanyalah kualitas ketakwaannya.

Konsekuensi logis dari kesamaan derajat peserta didik adalah perlakuan yang sama dari pendidik. Pendidik tidak boleh memperlakukan peserta didiknya secara deskriminatif, baik dalam memberikan perhatian, mengajar, membimbing maupun memberikan nilai.perlakuan berbeda dapat diberikan apabika keadaan menuntut demikian dan peserta didik memiliki kebutuhan khusus.

4. Terdiri atas jasmani dan rohani
Dalam pelaksanaan pendidikan, pendidik sangat perlu menyadari bahwa peserta didik membutuhkan materi dan non materi.pendidik tidak boleh hanya memenuhi salah satu kebutuhan peserta didik dan mengabaikan kebutuhan yang lain.
5. Memiliki perbedaan warna kulit
6. Memiliki perbedaan kecerdasan

Diriwayatkan dari Abu Musa ra bahwa Nabi saw bersabda, “seseungguhnya perumpamaan hidayah (petunjuk) dan ilmu Allah swt yang menjadikanku sebagai utusan itu seperti hujan yang turun ke bumi. Di antara bumi itu terdapat sebidang tanah subur yang menyerap air dan sebidang tanah itu rumput hijau tumbuh subur.Ada juga sebidang tanah yang tidak menumbuhkan apa-apa, walaupun tanah itu penuh dengan air.Padahal, Allah menurunkan air itu agar manusia dapat meminumnya, menghilangkan rasa haus, dan menanam. Ada juga sekelompok orang yang mempunyai tanah gersang yang tidak ada air dan tidak tumbuh apa pun. Gambaran tersebut seperti orang yang mempunyai ilmu agama Allah dan mau memanfaatkan sesuatu yang telah menyebabkan aku diutus oleh-Nya kemudian orang itu mempelajari dan mengerjakannya. Dan seperti orang yang sedikit pun tidak tertarik dengan apa yang telah menyebabkan aku diutus oleh Allah. Ia tidak mendapat petunjuk dari Allah yang karenanya aku menjadi utusannya.” (HR. Al-Bukhari).

Dalam hadis ini Rasulullah saw menggambarkan perbedaan antara manusia dalam kemampuan belajar, memahami, dan mengingat. Menurut Muhammad Utsman Najati, ketiga kemampuan ini tergolong dalam pengertian intelektualitas. Berdasarkan hadis ini dapat disimpulkan bahwa intelektualitas manusia dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan. Pertama, seperti tanah subur, yang berarti orang dalam golongan ini mampu belajar, menghafal, dan mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain sehingga ilmu yang dimilikinya dapat bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Kedua, seperti tanah gersang, yang berarti orang dalam golongan ini mampu menjaga dan mengajarkannya kepada orang lain, tetapi ilmu yang dimilikinya tidak bermanfaat untuk dirinya, tetapi hanya untuk orang lain. Ketiga, seperti tanah tandus yang berarti orang dalam golongan ini tidak tertarik dengan ilmu, apalagi menghafal dan mengajarkannya kepada orang lain.

Memahami perbedaan tingkat kecerdasan peserta didik merupakan hal yang mutlak  bagi pendidik.Dengan memahami perbedaan itu, pendidik tertantang untuk memilih materi, menggunakan metode, dan media pembelajaran yang memungkinkan semua peserta didik dapat mencerna materi pelajaran dengan baik.Hal itu dapat dilakukan oleh pendidik dengan mengaplikasikan metode pembelajaran yang bervariasi dan media yang beragam.

7. Memiliki perbedaan emosional
Perbedaan emosional ini perlu dipahami oleh pendidik agar ia tidak gegabah dalam merespons aksi peserta didiknya. Pendidik tidak boleh mengatasi gejolak emosi peserta didik dengan luapan emosi pula.Ia harus dapat memperlihatkan kesabaran, ketulusan, dan kasih sayang tanpa menyimpan rasa dendam.(Umar, 2016)

Dalam hal ini penulis menyimpulkan dari beberapa sumber yang telah dijelaskan sebelumnya disertai dengan sumber sumber lain sebagai pengalaman belajar, bahwa kita sebagai umat muslim diperintahkan Allah untuk berlaku adil kepada siapa pun. Sehingga dalam hal ini pendidik haruslah berlaku adil kepada setiap peserta didiknya, kemudian sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa peserta didik memiliki beberapa karakteristik yang di antaranya peserta didik memiliki perbedaan kecerdasan.Sehingga pendidik tidak boleh hanya memperhatikan atau menyayangi peserta didik yang cerdas saja dan mengabaikan peserta didiknya yang memiliki kelemahan atau lambat dalam memahami pelajaran. Karena sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, apabila pendidik tidak berlaku adil terhadap peserta didiknya maka dikhawatirkan akan mempengaruhi minat peserta didik dan mempegaruhi tercapainya tujuan pembelajaran.Oleh karenanya janganlah karena sikap tidak adil pendidik menyebabkan peserta didik enggan atau tidak semangat belajar,

Kemudian dalam hal ini kita harus selalu berusaha untuk berlaku adil kepada semua peserta didik.Dan bukan hanya kepada peserta didik namun juga kepada diri sendiri, orang lain, makhluk lain bahkan adil kepada Allah swt. (Mulyono, 2020)

Kemudian sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya dan penulis menyimpulkan bahwa, kita sesama manusia, dalam hal ini adalah sama derajatnya di sisi Allah swt, yang membedakan hanyalah kualitas ketaqwaannya kepada Allah swt, maka janganlah sampai kita berlaku tidak adil kepada peserta didik, hanya karena kelemahannya dalam memahami pelajaran atau karena adanya hubungan kekerabatan dan sebagainya, padahal kita di hadapan Allah adalah sama derajatnya dan yang membedakan hanyalah ketaqwaan kepada Allah swt.

Wallahu a’lam

Dalam hal ini penulis meminta maaf apabila terdapat banyak kesalahan ataupun kekeliruan dan kepada Allah penulis mohon ampun.dan penulis berharap agar kiranya pembaca dapat memberikan masukan untuk kebaikan artikel ini.

Terimakasih, semoga bermanfaat

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh

Daftar Pustaka

Agustina, S. (2019). Berlaku Adil. Lampost.Co. https://www.lampost.co/berita-berlaku-adil.html

Arsyad, J. (2017). Metode Pendidikan Rasulullah SAW. Perdana Publishing.

Mulyono, H. (2020). Ayat-Ayat Allah tentang Perintah Berlaku Adil. Akurat.Co. https://akurat.co/id-1142852-read-ayatayat-allah-tentang-perintah-berlaku-adil

Nur Hadi, A. M. (n.d.). Mengkaji Tafsir 2 untuk Kelas XII Madrasah Aliyah Program Keagamaan.

Umar, B. (2016). Hadis Tarbawi. Amzah.

IDENTITAS PENULIS
Nama: Rafidatun Sahirah
Kelompok: 149 KKN-DR UINSU
Fakultas: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prodi: Pendidikan Agama Islam
Instansi: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan
Dosen Pembimbing Lapangan: Dr. Sulidar, M.Ag

Komentar

Berita Terkini