|

PDIP hingga Budayawan Sarankan Sukmawati Tabayun Terkait Puisi Kontroversi

Ket Gambar : (Sukmawati Sukarno Putri, Sesi Diskusi Publik Pancasila/Cikini 2017 Doc. MI). 

Jakarta | Media Nasional Obor Keadilan | Sukmawati Soekarnoputri dipolisikan sejumlah pihak terkait puisinya, 'Ibu Indonesia', yang dinilai menyinggung umat Islam. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyarankan kasus ini sebaiknya diselesaikan dengan cara tabayun.

"Kami menyarankan juga untuk melakukan tabayun, apa pun kita ini bangsa yang mengedepankan etika," ujar Hasto di kantor DPP Partai NasDem, Jl RP Soeroso, Gondangdia, Jakarta Pusat, Selasa (3/4/2018).

Sukmawati dilaporkan pengacara Denny Andrian Kusdayat dan Ketua DPP Hanura Amron Asyhari ke polisi terkait puisi 'Ibu Indonesia'. Selain itu, Sukma diancam akan dilaporkan oleh Forum Umat Islam Bersatu (FUIB).

Adapun pihak FUIB meminta Sukmawati meminta maaf kepada umat Islam secara terbuka  karena puisinya dianggap meresahkan.

Dilain pihak selaku Sastrawan menurut Agus, hal tersebut tak dapat disimpulkan sebuah penghinaan. Dia menambahkan, lewat pengalaman puitik penyair lain, bisa saja ada yang menyebutkan cadar lebih indah dibanding benda lainnya.
"Bagi Sukma, 'konde lebih puitik' dari cadar, ya ga papa. Itu kan pengalaman puitik personalnya. Masa gitu dibilang menghina. Penyair lain mungkin akan menuliskan pengalaman puitiknya: cadar adalah surga melebihi bikini. Ya ndak papa," ujar Agus yang telah menulis banyak buku dan naskah drama itu.

Soal pengamalan puitik, Agus mengambil contoh lain. Menurutnya, ada sebagian orang yang tergetar saat mendengar azan. Hal itu merupakan pengalaman puitik dari seorang individu. Tapi ada juga individu lain yang tak mengalami pengalaman yang sama.

Menurutnya, dari pengalaman puitik yang dialami masing-masing individu, tak dapat dinilai benar dan salah. Sebaiknya tabbayun lah.  "Ada penyair menulis 'Tuhan adalah kicau burung kecil di pagi hari'. Penyair lain menulis 'Tuhan adalah suara buruk dari toa masjid yang membangunkanku dari mimpi buruk'. Keduanya adalah pengalaman/penghayatan puitik sang penyair. Tak ada mana yang benar atau salah di situ," sambungnya. [ MI/Rilis ]

Editor : Redaktur
Penanggung Jawab : Obor Panjaitan
Komentar

Berita Terkini