|

Maha Dasyat Kerugian Petani Ikan Emas Akibat Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari di Kabupaten Toba

8,24 TRILIUN KERUGIAN PETANI IKAN MAS MASYARAKAT TOBA SEJAK TAHUN 1990-2020 AKIBAT KEBERADAAN PT. TOBA PULP LESTARI

MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | JAKARTA | Selasa, (25/08-2020) - Dunia mengenal apa dan siapa itu PT. TOBA PULP LESTARI tbk dengan berbagai kasus lingkungan yang diakibatkannya. Dahulu namanya PT. Inti Indorayon Utama, perusahaan tersebut adalah penghasil bubur kertas atau Pulp. PT. Toba Pulp Lestari adalah group RGE, Royal Group Eagle, perusahaan ini pernah berhenti operasinya selama 5 tahun, yakni tahun 1998-2002. Penyebab utama perusahaan tersebut ditutup operasinya adalah akibat kemarahan masyarakat Batak Toba (Tapanuli) yang berkepanjangan yang pada akhirnya mengakibatkan kehidupan disharmoni luar biasa di masyarakat Toba.

Masyarakat menilai bahwa kehadiran perusahaan tersebut sama sekali tidak membawa dampak lebih baik, salah satu kerugian yang luar biasa diderita masyarakat Toba adalah kematian benih-benih ikan emas selama 25 tahun. Derita ini, baru satu masalah dari 1001 masalah akibat kehadiran PT. Toba Pulp Lestari.

PT. Toba Pulp Lestari diijinkan oleh pemerintah beroperasi kembali dengan salah satu syarat utama, yakni PT. Toba Pulp Lestari melakukan Surat Pernyataan kepada masyarakat yang dinyatakan dalam ACTA 54 yang secara umum disebut PARADIGMA BARU PT. TOBA PULP LESTARI. Namun dalam faktanya, paradigma baru tersebut sama sekali tidak dijalankan oleh perusahaan. Kasus-kasus lingkungan akibat kehadiran PT. Toba Pulp Lestari, hingga kini satupun tak pernah dituntaskan. Apapun alasannya, kasus-kasus itu atas kejahatan-kejahatan PT. TPL tidak dapat demikian mudah kita lupakan, PT. TPL harus membayar mahal atas dosa-dosanya selama 35 tahun.

DAHULU TOBA ADALAH PUSAT BUDIDAYA IKAN EMAS SEBELUM TAHUN 1990

Sebelum tahun 1990 atau sebelum berdirinya pabrik kertas PT. Toba Pulp Lestari (PT. Inti Indorayon Utama), Secara khusus, kecamatan Porsea dan sekitarnya, dan Toba umumnya bahwa beternak ikan emas adalah pendapatan utama kedua setelah tanaman Padi. Setiap petani mampu produksi benih 50 ribu-300 ribu per ha setiap tahun dan ikan konsumsi 1-3 ton per tahun per hektar. Itulah sebabnya di kecamatan Porsea dan sekitarnya habis panen padi, lahan sawahnya akan dipelihara ikan emas selama 6-8 bulan.

Pada masa sebelum kehadiran PT. Toba Pulp Lestari, para petani dengan mudah mendapatkan benih yang luar biasa melimpah walaupun tanpa pemijahan induk ikan emas secara khusus.  Karena melimpahnya bibit-bibit ikan emas yang diproduksi di lahan sawahnya, maka setiap petani akan menahan dan menampung bibit-bibit  tersebut dalam suatu kolam dekat rumah yang disebut Kerengan.

Di kolam tersebut bibit-bibit tersebut akan ditahan atau distock  selama 5-6 bulan. Setiap petani mampu menahan 100-250 kilogram ikan emas setiap tahunnya dan yang akan menjadi sumber modal untuk budidaya ikan emas setelah panen padi.

Itulah sebabnya dahulu Toba terkenal pengkespor ikan emas, bahkan kabupaten Simalungun sendiri masih di bawah kemampuan petani ikan emas dari Toba, namun sejak tahun 1990, Toba sudah pengimport benih bibit dan ikan konsumsi ikan emas terbesar dari luar Toba.

Setelah tahun 1990, ketika pabrik PT. IIU (PT. Toba Pulp Lestari) beroperasi, maka para petani ikan emas tidak pernah lagi merasakan hasil ikan emas yang melimpah.

Setiap 6 bulan di tiap tahun, para petani sebelumnya mampu hasilkan ikan emas 1-2 ton per hektar yang modalnya bersumber dari bibit-bibt ikan emas yang ditampung di kolam Kerengan. Itulah sebabnya hingga saat ini para petani di Kecamatan Porsea dan sekitarnya hanya bertanam padi sekali setahun. Dan kebiasaan ini pula menyebabkan sulitnya bagi petani mengambil keputusan untuk mengubah pola tanam padi menjadi dua kali  tanam setahun.

Apakah penyebab kematian benih-benih ikan emas tersebut? Sudah sejak lama masyarakat Toba mengklaim bahwa penyebabnya adalah limbah gas  Pabrik PT. Toba Pulp Lestari. Dan inilah salah satu penyebab ditutupnya PT. Indorayon pada tahun 1998. Ketika selama perusahaan itu ditutup, ada tumbuh kembali kemampuan petani untuk menghasilkan benih-benih ikan emas. Namun ketika dibuka kembali beroperasinya PT. Toba Pulp Lestari tahun 2003, kemampuan petani untuk produksi benih ikan melimpah menghilang.

Alasan ditutupnya Pabrik Rayon, disebutkan limbah gasnya lebih berbahaya bagi lingkungan, padahal Pabrik Pulplah lebih menghasilkan limbah gas yang lebih berbahaya dibanding Rayon. Lalu PT. Toba Pulp Lestari menawarkan Paradigma Baru, salah satunya dana CD  PT. Toba Pulp Lestari 1 persent dari Net Sales.

HYPOTHESA ILMIAH PENYEBAB KEMATIAN BENIH-BENIH IKAN EMAS

Sekarang, mari kita membangun hipotesa ilmiah penyebab tidak mampunya kawasan kecamatan Porsea dan sekitarnya untuk produksi benih ikan emas:

  1. Mengapa sebelum tahun 1990 dan di saat tutupnya PT. Indorayon 1998-2003, para petani mampu dengan mudah produksi benih 50-100 saringan (50 ribu-100 ribu) benih ikan emas?
  2. Mengapa Kabupaten Simalungun dan Kodya Pematang Siantar dengan mudah memproduksi benih ikan emas?
  3. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan para petani, kematian benih ikan emas  (umur kurang dari 2 minggu), bahwa ketika hujan gerimis terjadi setelah beberapa lama terjadi kekeringan (tidak ada Hujan – musim kemarau), itulah penyebab utama. Pada musim kemarau, ketika benih-benih menetas, ketika hujan turun, maka esok harinya benih-benih ikan emas sudah tak kelihatan lagi. Setelah beberapa periode hujan turun dengan cukup atau musim hujan, kematian tidak demikian parah, namun pada musim hujan kematian juga bisa terjadi bila selama musim hujan ada periode kering, lalu turun hujan gerimis atau intesitas rendah. Tetapi ketika hujan itu lebat tidak demikian berpengaruh. Bahkan udara yang turun di malam hari, petani telah duga dapat menyebabkan kematian benih yang baru menetas.
  4. Pada tahun 2009, saya memulai beternak ikan nila hingga sekarang tahun 2020. Kita ketahui bersama ikan nila sudah cukup kuat bertahan hidup dibanding ikan emas, kejadian yang sama juga bisa terjadi sebagaimana diterangkan di atas. Salah satu cara saya membenih ikan nila yakni benih-benih yang baru menetas saya tangkapi dan saya tempatkan pada suatu kolam khusus. Pernah sampai beberapa kali, ketika saya telah kumpulkan lebih dari 100 ribu benih baru menetas, hujan gerimis yang turun menyebabkan kematian.
  5. Sebegitu bodohkah kami masyarakat Toba dibanding dengan Masyarakat Simalungun dan Kodya Siantar dan masyarakat provinsi lainnya?

8,25 TRILIUN RUPIAH KERUGIAN PETANI IKAN SELAMA 25 TAHUN

Berapa besar nilai kerugian petani ikan emas selama 25 tahun akibat keberadaan Pabrik Pulp PT. TPL? Untuk mengetahui besar kerugian itu, saya melakukan perhitungan yang paling realistis dari pengalaman petani itu sendiri. Perhitungan saya lakukan masih pada taraf teknologi traditional yang diterapkan oleh petani sebelum tahun 1990, bila pada perbaikan teknologi, dipastikan nilai kerugian bisa capai Rp. 16 Triliun selama 25 tahun. Total luas terdampak minimal diperkirakan 6000 hektar yang tersebar di 7 kecamatan di kabupaten Toba, yakni Porsea, Parmaksian, Bonatua Lunasi, Uluan, Silaen, Sigumpar, dan Siantar Narumonda. Besaran kerugian diperkirakan minimal Rp. 8 Triliun rupiah. Luas daerah terdampak ini akan tergantung dari laporan masyarakat di luar 7 kecamatan tersebut. Dari perhitungan kerugian selama 25 tahun untuk seluas kolam ikan 6000 hektar, petani ikan emas menanggung kerugian sebesar Rp 60 juta per hektar per tahun atau Rp. 1.44 milyar per 25 tahun per ha atau sebesar Rp. 8,24 triliun untuk seluas 6000 hektar kolam ikan selama 25 tahun. Berapakah Dana CD yang telah dikeluarkan TPL ke kabupaten Toba sejak tahun 2003-2020? Diperkirakan sekitar Rp. 150 Milyar. Tentu angka Dana CD PT. TPL tak sebanding dengan nilai kerugian petani sebesar 8,24 triliun rupiah. Itupun pertanggungjawaban Dana CD adalah Disclaimer.

Berdasarkan masalah besar itu, lalu apa tindakan kita terhadap PT. Toba Pulp Lestari? Kita masyarakat Toba harus menuntut permasalahan ini kepada PT. TOBA PULP LESTARI. Selama tidak ada pembuktian penelitian yang akurat, valid, kita tetap berhak menuntut PT. Toba Pulp Lestari. Saya sebagai orang yang paham betul tentang apa itu penelitian ilmiah, maka kami mengajukan kepada Masyarakat Toba untuk menggunakan haknya menuntut PT. TPL melakukan penyelesaian masalah dan melakukan pembuktian-pembuktian sebagai berikut:

  • Pembangunan Fasilitas Research pembuktian dan melakukan Observational Research yang tersebar di 7 kecamatan minimal selama 5 tahun pemantauan dan penelitian.
  • Bila mana terbukti, maka ada dua alternatif yang akan kita tempuh, 1) penuntutan pengembalian Kerugian Petani kepada PT. Toba Pulp Lestari melalui Penuntutan Perdata atau 2) pemberian bantuan bibit ikan emas ke petani setiap tahun dengan besaran 100-250 kilogram per hextar dan 3) Mempertimbangkan Cara Pengembalian Kerugian 8.24 triliun Rupiah antara TPL dan masyarakat.
  • Bilamana PT. Toba Pulp Lestari tak bersedia melakukan alternative kedua dan ketiga,  maka langkah pertama akan kita tempuh, penuntutan Perdata atau close down PT. Toba PULP Lestari.

Berapakah nilai Net Sales PT. Toba Pulp Lestari pertahun? Berapakah besaran  biaya operasional PT. TPL per tahun? Kisaran nilai net sales PT. TPL hanya sekitar Rp. 1-1.6 Triliun per tahun, sementara kisaran biaya operasional tahunan PT. TPL sebesar Rp 1 Triliun per tahun. Jadi, tidak sebanding dengan kerugian yang diderita oleh Petani ikan emas masyarakat Toba, dan tidak sebanding dengan nilai keuntungan ekonomi atas keberadaan PT. TPL, sementara hutan alam semakin berkurang luasannya. Pertanyaan, buat apa mendirikan PT. TPL? Hanya dari perbandingan itu, betapa bodohnya pemerintah Republik Indonesia yang harus mengorbankan rakyatnya demi kepentingan Investasi Kapitalis Oligarki?

Bagaimana Masyarakat Toba? Pengelola  PT. Toba Pulp Lestari dan PEMDA Toba tidak boleh menutup mata akan kerugian itu. Hanya oknum yang tak bermoral yang menolak argument ini. Jadi, kepada masyarakat Toba, pergilah ke TPL sana, mintalah uangmu dari mereka setiap tahun minimum Rp. 60 juta rupiah per hektar per tahun.  Itulah sebabnya, masyarakat Toba makin miskin. Data BPS menunjukkan angka kemiskinan di Toba meningkat sementara APBD Toba Naik, ada Dana Desa sekitar 1 milyar per tahun, ada PT TPL, ada perusahaan raksasa lainnya, tetapi mengapa kemiskinan meningkat? Mereka secara utama berasal dari keluarga Petani.

Fakta membuktikan, masyarakat petani yang hanya bersumber pendapatan dari padi dan ikan emas, sejak tahun 1990-an, sudah tidak memiliki kemampuan untuk kuliahkan anaknya pada perguruan-perguruan tinggi swasta. Dahulu, ada rasa malu untuk menjadi Tenaga kerja Indonesia ke Luar negeri, sekarang pilihan jatuh menjadi TKI dan merantau ke luar Toba setelah lulus SMA. (Firman Sinaga)

#Tutup_atau_Buka_Pt_TPL_2025
#Building_A_New_House_For_Humanity
#Ecological_Justice

Editor : Redaktur
Penanggung Jawab Berita : Obor Panjaitan

Komentar

Berita Terkini