|

Kata TPDI: ISIS BANGUN SEL TERORIS DI NTT

                        Foto : Petrus Salestinus SH, Kordinator TPDI


Labuan Bajo NTT | Media Nasional | Oborkeadilan.com - Selasa,(29/05), Masyarakat NTT sangat berkeberatan dan menilai kebijakan titip Napiter di Lapas-Lapas di NTT sebagai kebijakan yang kontraproduktif, seakan-akan hendak mendekatkan para teroris dengan calon korbannya, selain itu juga memberi keleluasaan bagi Napiter untuk membangun jaringan sel-sel baru di NTT.Demikian bunyi pesan singkat Kordinator TPDI NTT.

Menurut Petrus , BIN NTT sudah mengkonstatir bahwa sejumlah mantan Napiter diduga kuat telah menjalin  komunikasi dan kerja sama dengan para anggota dan pengurus HTI di NTT bahkan dengan  sejumlah alumni ISIS yang sudah berada di NTT untuk menjadikan NTT sebagai basis gerakan.

Dengan demikian katanya, kebijakan menempatkan 10 (sepuluh) orang Napiter secara terpisah dan tersebar di di Lapas-Lapas berbeda di beberapa Kabupaten di NTT, telah menimbulkan kecurigaan masyarakat NTT bahwa sebuah "grand design" telah disiapkan untuk mendistribusi dan memperluas jaringan teroris di NTT secara bertahap atas nama titipan Napiter. Disini Pemerintah dan Masyarakat NTT telah kecolongan, ujar Petrus.

Masyarakat NTT sangat khawatir ujarnya. dengan kehadiran Napiter di NTT,  berpotensi memicu munculnya gangguan keamanan, rasa tidak nyaman di kalangan masyarakat semakin luas, bahkan berpotensi melahirkan sikap saling curiga di kalangan warga NTT terhadap Napiter dan kelompoknya, sebagai akibat adanya aksi-aksi Napiter akhir-akhir ini yang menjadikan sejumlah Gereja, Umat, Pimpinan Umat dan Kantor Polisi sebagai target,Dia menambahkan,

Oleh karenanya kebijakan menitip Napiter di NTT harus dihentikan sekarang juga dan sekarang juga harus pulangkan Napiter dari Lapas-Lapas NTT itu ke Jakarta atau Nusakambangan,tegas Petrus.

Penempatan Napiter di Lapas-Lapas di NTT tanpa sosialisasi terlebih dahulu dan tanpa minta persetujuan masyarakat setempat, jelas telah mengabaikan hak masyarakat NTT untuk tahu bahkan ikut menentukan dapat tidaknya Napiter dititip di NTT, karena soal keamanan dan ketertiban masyarakat tidak semata-mata menjadi tanggung jawab aparat kemanan, tetapi juga membutuhkan peran serta masyarakat bahkan merupakan tanggung jawab bersama masyarakat NTT dan Pemerintah dalam menjaga NKRI, merawat Kebhinekaan, mengamalkan Pancasila dan UUD 1945.

Sudah waktunya pusat menghentikan model pendekatan kekuasaan yang berlebihan terhadap daerah, termasuk terkait dengan penempatan Napiter di NTT. Mengapa, karena menitip Napiter di NTT tanpa sosialisasi dan tanpa meminta persetujuan masyarakat, jelas sebagai praktek pendekatan kekuasaan yang tidak diinginkan oleh masyarakat NTT bahkan dinilai sebagai sikap yang kurang beradab, tidak transparan dan mengabaikan suara publik NTT sebagai pihak yang juga punya tanggung jawab terhadap persoalan kamtibmas.

Masyarakat NTT memahami bahwa budaya politik untuk saling mendengarkan antara Pemerintah dan Masyarakat terkait kebijakan yang strategis, adalah bagian dari kewajiban pemerintah dalam menegakan demokrasi dan sebagai cara pemerintah memberi penghormatan terhadap demokrasi dan HAM bagi warga masyarakatnya. Karena itu Pemerintah tidak boleh hanya mementingkan HAM-nya Napiter, sedangkan HAM masyarakat NTT diabaikan. Hentikan kebijakan yang selalu menganggap semua keputusan yang datang dari pusat selalu benar dan wajib ditaati secara buta tuli.(JW)

Editor : Louis Mindjo
Penanggung Jawab : Obor Panjaitan
Komentar

Berita Terkini