|

SBY Jalankan Strategi Outsourcing, PDI Perjuangan Tidak Terpancing

Foto : Sekjend PDIP, Hasto Kristiyanto (Istimewa)

JAKARTA | MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | PDI Perjuangan mencatat, dari 34 kepala daerah di bawah umur 40 tahun yang merupakan kader PDI Perjuangan, tercatat Emil Dardaklah yang tergiur jalan kekuasan dan  loncat pagar meninggalkan harapan dan mimpi rakyat Trenggalek. Hal ini terjadi setelah Susilo Bambang Yudhoyono selaku Ketum Partai Demokrat  menjalankan strategi ''outsourcing'', mungkin karena krisis kader muda di Partai Demokrat.

“Dalam kapasitas Pak SBY sebagai ahli strategi, pilihan jalan pintas saat ini memang merekrut tokoh di luar Partai, termasuk anggota partai lain. Itu menjadi opsi utamanya. Seperti yang kita semua tahu, hal ini disebabkan karena Demokrat memiliki beberapa kendala untuk menghasilkan kepemimpinan muda pasca berbagai persoalan yang menimpa kader muda mereka seperti apa yang dialami dengan Andi Malarangeng, Nazaruddin, Choel Malarangeng, Anas Urbaningrum, dan  lain lain,” kata Sekjen PDI Perjuangan menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta Kamis.

Ia mengingatkan, dalam karakter partai elektoral macam Demokrat, strategi ''outsourcing'' memang sah-sah saja. Namun strategi yang berbeda justru ditunjukkan oleh PDI Perjuangan yang memilih dan berkomitmen membangun sekolah partai, sekolah kader dan melakukan pendidikan politik secara berjenjang sebagai proses kaderisasi sistemik yang dibangun di PDI Perjuangan. “Partai tidak pernah terpancing dengan jurus Pak SBY, karena kami percaya pada mekanisme kaderisasi Partai”.

Berpindahnya Emil Dardak  untuk jabatan lebih tinggi, menurut Hasto Kristiyanto, tidak akan mengurangi semangat “politik terbuka” PDI Perjuangan terhadap hadirnya tunas-tunas baru yang memiliki visi kepemimpinan untuk bangsa dan negara.

''Bung Emil Dardak telah memilih jalan. Partai tentu otomatis memberikan sanksi pemecatan. Ia adalah gambaran sedikit dari orang muda yang memilih loncatan politik, meski baru menjabat 2  tahun menjabat Bupati. Jumlah kepala dan wakil kepala daerah PDI Perjuangan yang berusia dibawah 40 tahun sebanyak 34 orang. Hanya 1 orang yang memilih jalan kekuasaan. Karena itulah apa yang telah terjadi tidak mengurangi tekad Partai untuk hadir sebagai Pusat Gemblengan Kepemimpinan, termasuk terbuka bagi kaum profesional. Partai tidak pernah jera untuk terus merekrut dan mendidik kader baru, sebab kami yakin, begitu banyak yg memiliki kesabaran  revolusioner hingga oleh rakyat, dipercaya mencapai jenjang kepemimpinan tertinggi, ujar Hasto dengan nada penuh semangat.

 Kemudian ia menyebutkan nama Walikota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo, Walikota Semarang Hendrar Prihadi, Walikota Badung Giri Prasta  sebagai contoh pemimpin muda yang lebih memilih bekerja berprestasi melayani rakyat dengan  minimal menyelesaikan masa jabatannya minimal 5 tahun. Mereka adalah kepada daerah yang menempatkan kepercayaan Penuh pada rakyat terhadap masa depan kepemimpinannya. ''Dengan demikian, peningkatan jenjang karir yang diyakini PDI Perjuangan adalah melalui dukungan dan kehendak rakyat, bukan melalui sertifikasi seorang tokoh,” kata Hasto.

Sebagai salah seorang pengajar Sekolah Para Calon Kepala Daerah PDI Perjuangan, Hasto menegaskan tekadnya untuk terus mendorong organisasi Partai sebagai wahana pengemblengan calon pemimpin. ''Masih banyak kader yang menjadi energi positif Partai, dan mereka ingin berproses menjadi pemimpin dengan modal intelektualitas, integritas, dan loyalitas yang tinggi. Mereka akan kami perkuat kesadaran ideologisnya, kesadaran organisasi, politik, sosial budaya dan kesadaran untuk setia pada jalan kerakyatan yang mengabdi pada bangsanya,” papar Hasto.

Strategi outsourcing yang dilakukan SBY terhadap Emil Dardak ini, menurut Hasto justru menjadi tenaga penggerak bagi PDI Perjuangan untuk terus menghasilkan calon-calon pemimpin bangsa yang berkomitmen melayani rakyat bukan sekedar tergiur iming-iming loncat jabatan.

PDI Perjuangan berjanji untuk menampilkan strategi terbaik, mengingat Gus Ipul dan Abdullah Aswar Anaz merupakan kombinasi kepemimpinan berprestasi. Keduanya tidak hanya memiliki akar yang kuat, namun memiliki rekam jejak kepemimpinan yang merupakan kombinasi antara tradisi NU, yang dibalut dengan kedekatan gagasan dengan Gus Dur dan Ibu Megawati. “Azwar Anas terbukti mampu menjabarkan gagasan PDI Perjuangan yang menampilkan Banyuwangi pada wajah kebudayaannya; wajah yang berkepribadian Indonesia. Gus Ipul dan Anas telah matang dalam kepemimpinan, suatu manifestasi kepemimpinan Merah Putih untuk memerkuat Presiden Jokowi” ujar Hasto.

Penulis  : Obor Panjaitan
Editor : Obor Panjaitan
Komentar

Berita Terkini