![]() |
Kolapsnya PT Sritex bukanlah kejutan mendadak. Tekanan ekonomi global, mismanajemen, dan ketidakmampuan beradaptasi telah lama menggerogoti perusahaan ini. Tapi, di balik narasi perusahaan bangkrut, ada cerita lebih pahit: nasib buruh yang terabaikan. Meski buruh Sritex pernah menyuarakan dukungan politik—seperti terlihat dalam aksi massa yang mendukung Gibran, seperti yang dilaporkan media—janji pemerintah tetap tak mampu menyelamatkan mereka dari surat PHK yang datang tanpa ampun. Sorotan kini tertuju pada Noel, yang di podium PT Sritex pernah menyatakan, “Saya lebih baik kehilangan jabatan saya, daripada saya melihat kawan-kawan buruh harus dipecat.” Kutipan itu, viral di media sosial melalui akun
@yusufdumdum
pada 28 Februari 2025, kini terdengar seperti ironi pahit. Dengan 59 ribu tayangan, 123 posting ulang, dan 408 suka, posting itu mencerminkan kemarahan publik yang membesar.“Hallo Noel! Mana janjimu?” seruan itu bergema di X, menjadi simbol kekecewaan kolektif. Di balik setiap PHK, ada ribuan keluarga yang kehilangan mata pencaharian, di balik setiap janji, ada kepercayaan yang tercabik. Posting
@yusufdumdum
, lengkap dengan foto Noel berbicara di hadapan buruh dengan spanduk PT Sritex di latar belakang, menyoroti kontradiksi yang memilukan. Apakah Noel benar-benar tak tahu nasib PT Sritex sudah di ujung tanduk saat ia berbicara? Jika ya, mengapa janji itu dilontarkan—seperti “omon-omon” yang hanya meredam keresahan sesaat? Jika tidak, maka kompetensi dan koordinasinya dengan pemangku kepentingan jelas dipertanyakan. Berikut Video Noel melontar Janji dihadapan Buruh PT Sritex Namun, di tengah puing-puing harapan yang runtuh, ada panggilan untuk perubahan. Kolaps PT Sritex bukan hanya akhir, melainkan cermin bagi pemerintah: retorika tanpa aksi nyata hanya akan melahirkan distrust. Publik berhak menuntut jawaban, tapi juga berhak mengawal solusi. Noel dan Kemnaker kini dihadapkan pada ujian nyata: bukti konkret seperti pelatihan ulang, insentif wirausaha, atau program bantuan bagi pekerja terdampak. Bagi masyarakat, momen ini adalah kesempatan untuk tak hanya mengkritik, tetapi juga mendorong kebijakan yang memihak rakyat kecil. Sebab, dari reruntuhan Sritex, kita bisa membangun kembali kepercayaan—jika semua pihak mau bergerak.
Krisis PT Sritex adalah luka bagi buruh, tapi juga pelajaran bagi bangsa. Janji di atas podium, jika tak diimbangi aksi, hanyalah angin lalu yang menyisakan kepahitan. Obor Keadilan menyuarakan: keadilan sejati bukanlah kata-kata manis, melainkan nafas kehidupan bagi mereka yang terpinggirkan. Semoga suara buruh Sritex tak lagi tenggelam dalam retorika kosong.
Catatan: