|

HUT Polwan ke 70, Mengenal Basaria Panjaitan Eks Perwira Polwan Pertama dipucuk Pimpinan KPK

Irjen. Pol. (Purn) Basaria Panjaitan, S.H., M.H. 

MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN |  JAKARTA |  Setiap 1 September, Kepolisian RI memperingati hari ulang tahun Polwan. Tahun ini, Polwan sudah menginjak usia 70 tahun.

Polwan merupakan kesatuan yang bertugas dalam penanganan dan penyidikan terhadap kasus kejahatan yang melibatkan kaum wanita baik korban maupun pelaku kejahatan.
Polwan di Indonesia lahir pada tanggal 1 September 1948 di Kota Bukuttinggi, Sumatera Barat. Kala itu Pemerintah Darurat Republik Indonesia atau PDRI sedang menghadapi agresi militer Belanda untuk kedua kalinya. Hal ini menyebabkan terjadinya pengungsian besar-besaran.

Mengenal sosok Basaria Panjaitan

Dalam acara Hari Ulang Tahun (HUT) Polisi Wanita yang ke-69, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian menceritakan satu pengalamannya kala ditegur Irjen Pol (Purn) Basaria Panjaitan yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Saat itu Basaria mengusulkan Tito untuk memberdayakan polisi wanita sebagai pejabat teras di Mabes Polri.

Irjen. Pol. (Purn) Basaria Panjaitan, S.H., M.H, Dialah Polwan pertama yang jadi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sejak lembaga ini berdiri Era Reformasi 1998, baru kali ini pada tahun 2015 diisi oleh seorang perempuan. Bukan sekadar mewakili perempuan, ia juga mewakili perwakilan kepolisian di KPK.

Tak mudah bagi Basaria Panjaitan untuk masuk ke KPK. Ia harus bersaing dengan ratusan pelamar lainnya. Puncaknya, ia lolos seleksi uji kelayakan di DPR RI. Tugas-tugas di KPK bukan hal baru bagi Basaria. Ia sudah malang melintang dalam penangkapan tindak kejahatan. Ia lama berkarier di reserse kepolisian.

Basaria Panjaitan lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, 20 Desember 1957. Ia lahir dari keluarga besar. Ia anak bungsu dari 8 bersaudara. Masa sekolahnya  ia habiskan di Kota Medan, Sumatera Utara.

Basaria menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Nasrani di Medan dan lulus tahun 1970, ia meneruskan SMP di kota yang sama di SMP Putri Cahaya. Setelah lulus pendidikan SMP-nya pada tahun 1976, ia meneruskan ke SMA Negeri 3 di Medan.

Setelah lama mengenyam ilmu di Kota Medan, diawal perkuliahanya ia memutuskan untuk pergi ke Jakarta dan berkuliah di Universitas Jayabaya dengan Jurusan Akutansi, setelah lulus Basaria tertarik untuk mengambil jurusan Hukum Pidana di Sekolah Tinggi IBLAM, ternyata kelulusannya menjadi sarjana Hukum Pidana ini membuat ia tertarik menjadi seorang polisi wanita (Polwan). Ia meneruskan jenjang pendidikannya di Universitas Indonesia mendalami Hukum Ekonomi.

Ketika Polri mengumumkan penerimaan Polwan dari sarjana, pada saat itulah Basaria mendaftar Sekolah Calon Perwira (Sepa). Setelah itu, Basaria langsung ditugaskan di reserse narkoba Polda Bali, dan di sanalah awal mula karier kepolisiannya dimulai. Basaria juga pernah menjabat sebagai Kasatnarkoba di Polda NTT dan menjadi direktur reserse kriminal Polda Kepulauan Riau pada tahun 2007.

Pada saat menjadi Direskrim Polda Kepri, Basaria sukses membongkar jaringan penyelundupan mobil mewah yang melibatkan aparat di Batam. Sukses di Batam, ia ditarik ke Mabes Polri untuk menjadi penyidik utama Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim.

Selama bertugas di kepolisian, namanya sempat masuk dalam daftar 100 wanita yang paling berpengaruh di Indonesia. Ia termasuk sosok atasan yang sangat lembut saat berkomunikasi dengan bawahannya, tidak segan-segan banyak bawahanya yang menghubunginya dan berkeluh kesah dalam menjalankan berbagai tugas.

Namun, ia juga tidak akan pandang bulu saat situasi pekerjaannya mengharuskannya untuk tegas. Di tengah kesibukannya berdinas, ia merupakan sosok yang prihatin kepada keluarganya sendiri, ia kerap meminta tolong kepada sanak saudaranya untuk membantunya menjaga rumah saat ia sedang berdinas.

Karier Polwan ini terus mengalir. Ia dicalonkan oleh Mabes Polri menjadi salah satu calom pimpinan (capim)  Komisi Pemberantsan Korupsi (KPK). Basaria Panjaitan  pun ikut tahapan seleksi. Ia lolos dari seleksi uji kelayakan DPR RI.

Banyak media menyorot kepada Basaria Pandjaitan, karena satu-satunya perempuan yang menjadi capim KPK. Pada 21 Desember 2015, Presiden Joko Widodo melantiknya bersama empat komisioner KPK lainnya  untuk periode 2015-2019.


PENDIDIKAN

    SD Nasrani di Medan (lulus 1970)
    SMP PutriCahaya di Medan (lulus 1973)
    SMAN III di Medan (lulus 1976)
    S. Muda: UniversitasJayabaya, Akuntansi, di Jakarta (lulus 1982)
    S1: STIH IBLAM, HukumPidana, di Jakarta (lulus 2003)
    S2: UI, HukumEkonomi, di Depok (lulus 2007)



KARIER

    Paur Subdisbuk Disku Mabes Polri (1984)
    Panit Sat. Idik Baya Ditserse Mabes Polri (1990)
    Kasat Narkoba Polda NTT (1997)
    Kabag Narkoba Polda Jabar (2000)
    Direskrim Polda Kepri (2007)
    Penyidik Utama Dit V/Tipiter Bareskrim Polri (2008)
    Kapus Provos Div Propam Polri (2009)
    Karo BekumSDelog Polri
    Widyaiswara Madya Sespim Polri (2010)
    Komisioner KPK 2015-2019

Transformasi Polwan

Saat ini tugas polwan di Indonesia terus berkembang dan tidak hanya menyangkut masalah kejahatan wanita, anak dan remaja, narkotika dan masalah administrasi. Tugas Polwan telah berkembang jauh dan hampir menyamai tugas polisi pra. Bahkan tahun 1998 terdapat lima orang polwan yang dinaikan pangkatnya sebagai Perwira Tinggi bintang satu.

Adanya Polwan juga secara tak langsung menunjukkan kesetaraan gender, di luar sana ada banyak perempuan cantik yang berprofesi sebagai Polwan dan mereka memiliki ketegasan sebab sudah terlatih.

Hebat, cantik dan menginspirasi. Itulah yang ditunjukkan para Polwan, dengan adanya mereka juga telah memangkas persepsi bahwa perempuan itu lemah. Dan Peran serta eksistensinya di tubuh Polri diharapkan menjadi ujung tombak revolusi di tubuh Polri. (*)

Editor : Redaktur
Penanggung Jawab Berita : Obor Panjaitan
Komentar

Berita Terkini