|

Jika Harga BBM Bersubsidi Tak Naik, Bagaimana Nasib Pertamina?

Ket Gambar : Pertamina (Persero) kembali mengalami penurunan laba bersih di 2017, dari dari US$ 3,15 miliar di 2016 menjadi US$ 2,4 miliar atau Rp 36,4 triliun (kurs Rp 13.500).

Media Nasional Obor Keadilan |Jakarta  | PT Pertamina (Persero) kembali mengalami penurunan laba bersih di 2017, dari dari US$ 3,15 miliar di 2016 menjadi US$ 2,4 miliar atau Rp 36,4 triliun (kurs Rp 13.500). Penurunan sebesar 23% itu tersebut disinyalir lantaran belum adanya penyesuaian harga untuk BBM bersubsidi seperti Premium dan Solar.

Pemerintah memberikan sinyal akan mengevaluasi harga jual BBM bersubsidi pada pertengahan Maret 2018. Jika harga masih ditahan, maka Pertamina akan melakukan efisiensi dari sisi belanja operasional.

"Itu wilayahnya pemerintah, kalau pun enggak dinaikkan, ya kita tekan lagi di opex (operational expenditure), ya kita lihat lagi nanti di mana (efisiensinya). Kalau sejauh ini kan pemerintah masih mereview formulasi harga. Tapi kalau pun enggak naik ya kita cari jalannya," kata Direktur Keuangan Pertamina, Arif Budiman di Gedung DPR, Jakarta, Senin (29/1/2018).

Arif mengatakan, nasib keuangan Pertamina sangat tergantung pada harga jual BBM. Sebab diakuinya Pertamina lemah di bisnis hulu migas. Berbeda dengan perusahaan migas dunia yang lain.

"Kalau produksi kita sekitar 340 ribu barel per hari, sementara konsumsi setara barel kita 1,5 sampai 1,6 juta barel per hari. Jadi kan enggak balance, kita kan memang banyak di hilir daripada di hulu. Hampir 4 kalinya secara balance nya. Jadi kalau misalkan harga naik, secara keseluruhan, ya pasti over all nya pasti ketekan. Makanya waktu harga rendah itu kan labanya agak naik ya," terangnya.

Sementara untuk tahun ini, Pertamina tidak begitu optimistis. Perusahaan menargetkan laba setara dengan 2017 atau tidak tumbuh.

"Labanya kita coba tahan sama kayak tahun 2017 US$ 2,4 miliar kalau bisa ya," ujarnya.

Sekadar informasi, jika dilihat perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi di negara-negara lain masih nasibnya berbeda dengan Pertamina. Mereka maih berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih.

 Perusahaan migas asal Belanda, Shell berhasil mengantongi laba bersih sebesar US$ 4,1 miliar di kuartal III-2017. Angka itu naik dari catatan di kuartal yang sama di tahun sebelumnya sebesar US$ 2,7 miliar.

Lalu perusahaan pemilik SPBU Petronas, Petroliam Nasional Bhd juga berhasil mengantongi laba setelah pajak sebesar 10 miliar ringgit di kuartal III-2017, naik 64% dari kuartal yang sama di 2016 sebesar 6,1 miliar ringgit. Sedangkan pendapatan naik 14% menjadi 53,7 miliar ringgit.

Sedangkan laba bersih Total tumbuh 29% di kuartal III-2017 menjadi US$ 2,7 miliar. Perusahaan migas asal Perancis ini berhasil mengurangi biaya produksi lebih dari US$ 3,6 miliar. (dna/dna)
Sumber : INTERNET

Editor :Obor Panjaitan

Komentar

Berita Terkini