Rabu, 28 Mei 2025 | 22:33:11

Gedung Joang ’45 Memanas! Deklarasi Audit Buktikan Secara Hukum Ijazah Palsu Jokowi

Jakarta, 30 April 2025 — Terlihat dalam gambar, Ir. Rismon H. Sianipar, ST., M.T., M.Eng, menyampaikan orasi dalam acara Deklarasi Dukungan Tuntutan Audit Forensik Ijazah Jokowi yang digelar di Gedung Joang ’45, Jakarta. Acara ini diinisiasi oleh sejumlah tokoh nasional yang menyuarakan pentingnya transparansi dan pembuktian hukum atas keaslian dokumen ijazah Presiden Jokowi. Spanduk besar di belakang menampilkan wajah para tokoh yang turut mendukung tuntutan tersebut, sebagai bentuk perlawanan terhadap narasi yang dinilai memecah belah bangsa.
Media Nasional Obor Keadilan | Jakarta, 30 April 2025 – Lantai 3 Gedung Joang ’45, Jakarta Pusat, hari ini dipadati oleh ratusan peserta dan tokoh nasional dalam deklarasi terbuka menuntut Audit Forensik terhadap Ijazah Presiden Joko Widodo. Perhatian utama acara ini bukan hanya pada isi deklarasi, tetapi juga pada keberanian moral para tokoh yang menolak tunduk pada kuasa represif dan ketidakjujuran birokrasi yang dinilai selama 10 tahun dikuasai diduduki oleh Jokowi dengan cara yang jauh dari prinsip-prinsip tatakelola Negara yang sesuai aturan Konstitusi.

Pada situasi yang penuh semangat, sejumlah tokoh nasional tampil menyampaikan analisis ilmiah dan pernyataan sikap. Dr. K.M.R.T. Roy Suryo Notodiprojo membuka dengan paparan forensik digital terhadap dokumen ijazah Jokowi, yang dinilainya memiliki banyak kejanggalan. Ia menegaskan bahwa langkah ini diambil bukan atas dasar politik, melainkan berdasarkan tanggung jawab akademik.

Berikut cuplikannya:

Dr. Eng. Rismon H. Sianipar, ST, MT, M.Eng mengangkat isu yang lebih dalam:

> “Indonesia sudah terlalu lama tidur. Akademisi dan mahasiswa harus bangkit. Kampus-kampus telah dikompromikan. Banyak dosen takut bicara. Tapi kami hadir karena ini suara nurani, bukan pesanan.”, kami bertanggungjawab atas temuan ilmiah yang kami kemukakan, semua sumber dan hasil Forensik terkonfirmasi data, bahkan sumbernya sangat primer yaitu dapat langsung dari Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Sementara itu, Rizal Fadillah, SH dan Dr. Tifatul Yassuma, MSc menyoroti penggunaan hukum sebagai alat tekan. Mereka menyebut tindakan pelaporan terhadap para pembicara sebagai bentuk kriminalisasi sistematis terhadap suara kebenaran.

Puncak emosional terjadi saat mantan ketua KPK Abraham Samad berteriak lantang di hadapan peserta:

> “Kalau kita takut, Jokowi bangga! Ini negeri hukum, bukan negeri jasa pribadi. Jangan mundur!”, lebih lanjut Abraham Samad mengatakan laporan polisi ini tidak ada apa-apanya ini hal sangat yang biasa jadi jangan dokter Tifa Risma Roy Suryo dan lainnya karena dilaporkan merasa down jangan tidak perlu takut dan tidak ada yang perlu ditakuti ini laporan polisi mahal sangat-sangat biasa yang sangat gampang di tepis ibarat keriki kecil saya upil kerikil ya artinya yang sangat dengan gampang dan mudah tentang ujar Abraham Samad penuh semangat sambil mengayunkan kaki sebelah kanan ke arah samping ibarat mengajukan sebuah kotoran di lantai dia menyusahkan seperti itulah bentuk laporan polisi yang dilakukan oleh siapapun yang melapor kepada pihak-pihak ahli yang membongkar ijazah palsu Jokowi.

Media Nasional Obor Keadilan, di bawah kepemimpinan langsung Pemimpin Redaksi Obor Panjaitan, menerjunkan tiga jurnalis sekaligus ke Gedung Joang '45, Jakarta Pusat sebagai bentuk dukungan total—all out seventeen—terhadap peristiwa deklarasi yang dinilai sangat krusial bagi masa depan bangsa. Menurut Obor Panjaitan, yang juga dikenal sebagai aktivis nasional dan Ketua Ikatan Pers Anti Rasuah (IPAR), keterlibatan ini bukan sekadar peliputan berita, melainkan bentuk nyata solidaritas moral terhadap para tokoh yang hadir. Mereka adalah mitra, rekan perjuangan, serta pejuang anti korupsi dan keadilan yang memiliki idealisme sejalan dengan semangat Obor Keadilan dalam mengawal demokrasi dan supremasi hukum di Indonesia.

Deklarasi ini bukan hanya menjadi momen gugatan terhadap keabsahan ijazah Presiden, tetapi juga menyorot wajah demokrasi Indonesia yang dinilai kian suram—terutama setelah kekuasaan dilanjutkan oleh putra Presiden, Gibran Rakabuming Raka, yang juga menuai kritik publik.

DR,. dr Tifa tampak penuh semangat berapi api, belum bicara pun seluruh hadirin telah riuh gemuruh menyambutnya, Bismillahirrahmanirrahim, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Takbir.. ungkapan Dr Tifa mengawali orasi ilmiah nya, pokonya semangat ini takkan pernah pudar, kita bukan karna benci Jokowi seperti yang di narasikan oleh pihak-pihak yang belum sadar kita juga dulu memilih Jokowi pada pilpres 2014 silam kenapa kita pilih karena kita bangga sebagai sesama alumni UGM nah begitu ketahuan ijazahnya palsu dan tidak pernah selama ini membuktikan bahwa ijazahnya Tidak palsu itulah kita mulai tidak lagi seperti sediakala menyanjung mensupport akan tetapi menjadi pesimis dan terus-menerus mengkritisi bukan hanya dalam bentuk ijazah tetapi dengan maraknya kerusakan di negara kita termasuk mengutak-atik undang-undang pemilu dengan akal-akalan ke mahkamah konstitusi dengan judicial review demi memutuskan anaknya Gibran menjadi water ini semua akumulasi daripada kekecewaan publik yang kita ekspresikan hari ini lewat deklarasi ini dan berbagai upaya menempuh agar kebenaran terungkap termasuk membedah secara ilmu anatomi sesuai keahlian saya dan termasuk kedatangan kami ke kampus tercinta kampus kami negara UGM semua itu kita lakukan demi tegaknya kajian dan kebenaran dan demokrasi kita namun kita diskriminalisasi dilaporkan sana sini tetapi sama sekali tidak akan pernah surut dan tidak takut sama sekali punya dokter juga berhati-hati takut gemuk tepuk tangan ratusan hampir ribuan Orang yang memadati gedung 45.

Acara ditutup dengan komitmen bersama untuk mendorong audit independen dan menolak segala bentuk kriminalisasi terhadap akademisi, aktivis, dan pihak yang menyuarakan keadilan.

Redaksi: Media Nasional Obor Keadilan

Lokasi: Gedung Joang '45, Jakarta Pusat

Tanggal Terbit: 30 April 2025

Editor Penanggung Jawab- Penulis: Obor Panjaitan

Berita Terkait

Komentar