|

Wasekjend Partai Demokrat Andi Arief Ungkap Penyebab Kekalahan Prabowo-Sandi

Andi Arief (Ist) 

MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | JAKARTA | Pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin menjadi pemenang Pilpres sesuai hasil rekapitulasi yang digelar Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Dengan demikian pslon nomor 02 Prabowo-Sandi selangkah langkah akan diumumkan sebagai pihak yang kalah dalam Pilpres 2019.

Setidaknya hal itu akan terjadi apabila keputusan Mahkamah Konstitusi terkait Sengketa Pilpres 2019 menolak permohonan tim kuasa hukum Prabowo-Sandi.

Partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), yakni Partai Demokrat memang sudah memilih meninggalkan Koalisi Adil Makmur kubu Paslon 02 Prabowo-sandi.
Bahkan Partai Demokrat meninggalkan koalisinya Prabowo sebelum sengketa Pilpres 2019 benar-benar diputus oleh Mahkamah Konstitusi.

Apa alasan Partai Demokrat meninggalkan koalisi adil makmur? Apa alasan Partai Demokrat meninggalkan Prabowo?
Tapi ternyata ada serentetan hal tak mengenakan hati partai demokrat, SBY, dan AHY sebelum akhirnya memutuskan pergi dari koalisi adil makmur.

Akun Twitter dari Politisi Partai Demokrat Andi Arief @AndiArief_ mendadak bercuit serentetan hal menyangkut Pilpres 2019.
Akun Twitter Andi Arief berbicara berbagai hal terkait hubungan Partai Demokrat dan Kubu Paslon 02 Prabowo-Sandi yang cuitannya itu bisa ditangkap telah terjadi sejumlah hal antara Kubu 02 dan Partai Demokrat.

Andi Arief, Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat mengungkap sejumlah polemik di Kubu Capres dan Cawapres 02 dalam akun twitternya, pada Jumat (7/6/2019).
Polemik-polemik yang terjadi tersebut menurut Andi Arief menjadi salah satu indikator penyebab Prabowo-Sandiaga kalah saat menghadapi Jokowi-Ma’ruf, pada Pilpres 2019.

Untuk itu Andi Arief mengingatkan supaya kubu 02 jangan menjadikan partainya kambing hitam kekalahan dari Prabowo Subianto.

Dia pun mengungkit tidak dilibatkannya Partai Demokrat saat melakukan deklarasi pasangan Prabowo-Sandiaga.

"Pasangan 02 deklarasi capres-cawapres tanpa melibatkan Partai Demokrat, SBY, dan AHY. Artinya, merasa kuat dan punya perhitungan sendiri untuk menang. Dalam kenyataannya kalah, terpuruk, malah menyalahkan Partai Demokrat, SBY, dan AHY. Ngambek pada kekuatan yang tidak dilibatkan," tulis Andi Arief dalam akun Twitter-nya, Jumat (7/6/2019)

Menurut Andi tidak pantas menyalahkan partainya, SBY, hingga Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam kekalahan paslon nomor urut 02, karena ketiganya tidak dilibatkan dalam deklarasi pada 9 Agustus 2018 hanya karena meminta Prabowo tak meminang Sandiaga sebagai cawapres.
Pada deklarasi Prabowo-Sandiaga kala itu, memang hanya PAN-PD-Gerindra yang terlibat.

Sedangkan Demokrat belum memutuskan sikap politiknya.

"Partai Demokrat, SBY, dan AHY ditinggal oleh deklarasi 02 hanya karena bilang, jika Pak Prabowo berpasangan dengan Sandi Uno, tidak memiliki peluang menang berdasar survei, dan menyarankan Pak Prabowo mencari cawapres lain agar kesempatan menang ada," ujarnya.

"Tidak ada pandangan subjektif pada Sandi Uno dari Partai Demokrat, SBY, dan AHY. Berdasarkan survei saat itu, Sandi Uno teridentifikasi politik SARA, sehingga sulit menang di Jateng dan Jatim, yang pemilihnya besar. Pak Prabowo keras kepala dan meninggalkan Demokrat. Kini terbukti," lanjut Andi.

Meski begitu lanjut Andi, partainya berbesar hati. Mereka tetap memilih bergabung bersama Koalisi Indonesia Adil Makmur, bahkan, Demokrat, SBY, dan AHY pun berupaya keras untuk mengantarkan Prabowo-Sandiaga menjadi Presiden-Wapres RI.

"Meski tidak yakin akan kemenangan 02, Partai Demokrat, SBY, dan AHY tetap berupaya mencari jalan yang benar agar 02 menang. Berkali-kali pertemuan mengusulkan sesuatu yang positif namun selalu ditolak oleh 02. Kawan yang baik adalah yang mengajarkan hal benar," kata Andi.

Walaupun selalu memberikan masukan yang rasional, pendapat partainya kerap dipinggirkan.

Strategi pemenangan-pemenangan yang diberikan untuk membantu mendongkrak suara pada Pilpres 2019 selalu ditolak di Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga.

"Pelajaran buat semua yang akan ikut capres dan cawapres, agar memperhatikan survei sebagai alat bantu kemenangan. Punya uang banyak namun survei tidak berpeluang dalam level pilpres jangan memaksakan diri," ungkapnya.

"Ada hal yang tidak pantas saya kemukakan soal mengapa Pak Prabowo memaksakan wakilnya Sandi Uno. Biarlah itu menjadi rahasia Partai Demokrat, SBY, dan AHY. Namun sejarah mencatat bahwa Partai Demokrat, SBY, dan AHY sudah menunjukkan jalan menang namun ditolak Pak Prabowo," lanjut Andi.

Andi Arif pun menyampaikan bahwa Prabowo Subianto pernah menyampaikan bahwa KPU yang menyelengarakan pemilu sudah netral dan profesional.

Padahal seperti diketahui pendukung Prabowo-Sandi selalu menuduh KPU, aparat curang dalam pilpres 2019 tersebut.
"Soal penyelenggara Pemilu dan aparat yang isu diluaran dianggap tidak netral pernah disampaikan ke Pak Prabowo. Namun Pak Prabowo menyatakan bahwa KPU saat ini berbeda, KPU yang profesional dan netral. Tak perlu khawatir dengan KPU saat ini. Itu kalimat dari mulut Pak Prabowo," ujarnya.

Selanjutnya Andi Arief menjelaskan mengenai sikap Politik Partai Demokrat memang berbeda dengan BPN, karena mereka bukan anak buah koalisi.
"Pileg dan Pilpres sudah selesai, KPU sudah menyatakan 01 menang, kini tinggal menunggu putusan MK. Partai Demokrat bukan anak buah koalisi, karena bukan fusi. Sehingga apa yg menjadi arah politik Partai Demokrat sepenuhnya hak kami. Demikian," ujarnya.

Diakhir cuitanya dia pun meminta supaya BPN dan pendukung Prabowo-Sandi supaya tidak bersedih.

"Don't Cry For Me 02 !!," ujarnya

Kicauan Andi Arief ini pun ditanggapi oleh Jubir BPN Prabowo-Sandi, Andre Rosiade melalui akun twitternya.

Ia menyebut bahwa status dari Andi Arief tersebut adalah alasan untuk Partai Demokrat merapat ke kubu Jokowi-Ma’ruf.
“Udah lah bang @AndiArief__ enggak usah Caper ngurusin 02 melulu. Kalo Demokrat mau gabung ke 01 atau pun @AgusYudhoyono mau jadi Menteri nya pak @jokowi. Sikahkan monggo. Kami enggak ada urusan mau menyampuri atau pun mau menyalahkan @AgusYudhoyono. Please deh jgn Caper melulu,” jawab Andre Rosiade.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Andre Rosiade (Taufik Ismail/Tribunnews.com)

Dikonfirmasi terpisah, Andre Rosiade membenarkan cuitannya itu di twitter.
Kemudian penjelasan Andre dijawab Andi Arief dengan menyampaikan BPN jangan mencari kambing hitam atas kekalahan Prabowo-Sandiaga.
“Bener, jangan mencari kambing hitam apalagi gunakan akun anonim. Mohon berdebat secara terbuka jauh lebih baik. Sampaikan juga buat Pak Sandi Uno,” tulisnya.

Silaturahmi AHY

Diketahui Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) telah mengunjungi sejumlah tokoh nasional.

Bersama sang adik yang juga Eddie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang menjadi Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI, keduanya bersilaturahmi ke sejumlah tokoh.
Sebut saja Presiden Joko Widodo (Jokowi) serta dengan keluarga presiden terdahulu Indonesia, yaitu BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gus Dur), serta Megawati Soekarnoputri.

Bila AHY-Ibas sudah mengunjungi Jokowi hingga Megawati, apakah AHY juga berencana bersilaturahmi dengan calon presiden nomor 02, Prabowo Subianto?
Makna Kunjungan AHY
Pengamat Politik, Ray Rangkuti mengutarakan Langkah-langkah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat lebaran pertama, Rabu (5/6/2019) sebaiknya dibaca dalam langkah konsolidasi politik Partai Demokrat pasca pilpres.

"Langkah-langkah AHY bertemu dengan Jokowi paska pemungutan suara 17 April lalu sampai sekarang, lebaran pertama ke istana, tidak lagi bisa dibaca sekedar langkah rekonsiliasi politik," ujar Ray Rangkuti kepada Tribunnews.com, Kamis (6/6/2019).

Mengapa? Dia menjelaskan ada beberapa faktor, diantaranya, posisi Partai Demokrat di koalisi bukanlah partai yang menentukan.

Sejauh posisi Demokrat di dalam koalisi memang seperti ada dan tiada.
Oleh karena itu, imbuh dia, pertemuan berulang AHY dengan Jokowi tidak mewakili politik rekonsiliatif koalisi Prabowo Subianto dengan koalisi Jokowi.
"Dan faktanya memang, berbagai langkah itu malah dikritik oleh partai koalisi Prabowo," jelasnya.

Selain itu memang ada komunikasi politik antara Ketua Umum PDIP Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan Ketua Umum Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang selama ini dikenal mandeg.

Tapi, dia melihat, Mega dan SBY menyadari bahwa persoalan personal mereka memang tidak boleh menghambat dinamika politik yang lebih besar bagi kedua pihak. Apalagi dalam situasi yang saling menguatkan.
"Dan pelaku utamanya bukanlah mereka berdua tapi masuk ke generasi berikutnya. Dalam rangka inilah, kemampuan keduanya menahan ego personal memungkinkan langkah AHY dan Jokowi tidak mendapat sandungan," paparnya.

Khususnya AHY, tampaknya ada perubahan strategi politik yang drastis. "Dari menunggu ke mendatangi. Dari biasanya pasif ke aktif," ucapnya.

Menurut dia, hal ini terjadi tidak lepas dari evaluasi internal pihak SBY. Belajar dari berbagai pengalaman terlambat secara politik dalam beberapa kasus terakhir, mengakibatkan strategi politik harus diubah.

"Bila selama ini lebih banyak menunggu, saatnya langsung menjemput. Dan strategi terlihat jauh lebih ampuh dan sesuai dengan usia AHY," jelasnya.

Oleh karena itu, AHY tampaknya, tak lagi bersikap menunggu di ujung, tapi jika perlu menjemput, terlibat dari awal dan bahkan dapat menginisiasi.

"Dalam pertimbangan itulah, maka saya melihat seluruh langkah AHY ataupun SBY pasca pencoblosan adalah langkah taktis untuk konsolidasi posisi AHY dan umumnya posisi Partai Demokrat," ucapnya.

Pertanda Makin Cairnya Hubungan SBY Dengan Megawati

Kunjungan AHY dan Edhie Baskoro (Ibas) ke kediaman Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri menjadi pertanda makin cairnya hubungan antara Presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketua Umum PDI Perjuangan itu.
Demikian disampaikan Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego kepada Tribunnews.com, Rabu (5/6/2019).

Dua anak SBY bersilaturahmi ke kediaman Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar, Menteng Jakarta Pusat, Rabu (5/6/2019).

"Kunjungan AHY dan Ibas ke rumah Mega menjadi pertanda lebih lanjut dari makin cairnya hubungan antara Presiden RI ke 5 dan 6 yang selama ini dianggapnya menjadi penghambat rekonsiliasi," ujar Indria Samego yang juga Anggota Dewan Pakar The Habibie Center ini.

Dia menilai positif makin membaiknya relasi SBY dan Megawati. Untuk itu dia menilai SBY dan Megawati terus melanjutkan terobosan strategis untuk terciptanya rekonsiliasi.

"Kedua pemimpin harus meneruskan membuat terobosan strategis," jelasnya.
Untuk itu pula Cendekiawan muda Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Misrawi memuji sikap Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro (Ibas).
"Alhamdulillah, bangsa ini kembali ke fitrahnya, yaitu harmoni dan gotong-royong," ujar Ketua DPP Baitul Muslimin (Bamusi) ini kepada Tribunnews.com, Rabu (5/6/2019).

Dia menilai momentum Idul Fitri membawa berkah bagi negri ini karen para elite saling bersilaturahim. Saling silaturahmi para elite politik ini membawa harapan besar bagi Indonesia yang damai dan toleran.

"Momentum Idul Fitri membawa berkah bagi negri ini karen para elite saling bersilaturahim. Ini membangun harapan besar bagi Indonesia yang damai dan toleran," jelasnya.

AHY dan Edhie Baskoro (Ibas) mengunjungi Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, pada lebaran pertama.(*)

Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Andi Arief Bongkar Penyebab Kekalahan Prabowo Subianto, Memilih Sandiaga Uno Sebagai Wakilnya.

Penulis: Sally Siahaan

Editor :Redaktur
Penanggung Jawab Berita : Obor Panjaitan
MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN

Komentar

Berita Terkini