|

METAFISIKA DALAM MATEMATIKA

"Sains, Matematika Dan Tauhid" 

Penulis: Nurul Khofifah

MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN | Kamis, (13/08-2020) - Sebuah pembahasan berkaitan mengenai sains, matematika dan tauhid adalah satu keyakinan yang harus kita miliki dan pelajari. Metafisika adalah sebuah cabang ilmu filsafat yang telah digunakan untuk mempelajari mengenai suatu penjelasan asal atau dapat diartikan penjelasan dari sebuah hakekat fisik yang ada pada dunia dimana didalamnya menjelaskan tentang keberadaan suatu realitas nyata. pembelajaran mengenai metafisika umumnya berpusat pada pertanyaan yang mendasar tentang keberadaan serta sifat-sifat yang berkaitan tentang realitas yang sedang dikaji.

Metafisika selain itu juga akan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari hal-hal yang tabu dan mendasar seperti: Apakah Tuhan ada dan berwujud? Lalu, jika ada apa saja hal-hal yang bisa manusia ketahui dan tidak diketahui tentang-Nya?, Apakah tempat manusia abadi di Alam Semesta? adakah maksud utama dalam beradanya dunia ini? Lalu, apakah keberadaannya sebatas keberadaan yang “mengada-ngada” terhadap keberadaan lainnya? Apakah Tuhan itu Satu?.. Penggunaan istilah dari metafisika sendiri telah lama berkembang dan pengetahuannya tertuju pada hal-hal diluar dunia fisik atau nyata.

Pengartian mengenai metafisika memiliki ragam jenisnya dan setiap masa serta filusuf tentu memiliki pandangan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Maka dari itu secara umum metafisika akan membahas topik analisisnya mengenai eksistensi, keberadaan aktual serta karakteristik yang menyertai, ruang dan waktu, relasi antar keberadaan dan realitanya seperti pembahasan mengenai kualitas, posibilitas dan pembahasan metafisis lainnya, dengan kata lain metafisika adalah tempat khusus bagi objek-objek transenden, spekulatif yaitu tanggapan-tanggapan tentang Tuhan, kebebasan jiwa, serta pangkalan dalam sistem spekulatif, teori-teori  dan tanggapan dunia terhadap sesuatu yang eksistensinya diluar dari nalar manusia.

Mengapa Harus Matematika?

Matematika merupakan hasil buah dari pemikiran serta penalaran umat manusia yang terfokus pada logika dan daya cipta. Matematika adalah ratu dari segala ilmu yang ada dimuka bumi ini, oleh karenanya matematika menempatkan dirinya sebagai ratu segala ilmu yang mempunyai posisi unik dan istimewa dalam pandangan ilmuwan muslim. Metematika adalah ilmu tentang struktur-struktur yang logik, mengenai besaran (kuantitas), hubungan (relasi), bentuk (abstrak) yang bersifat deduktif. Ciri khas matematika yang tidak dimiliki pengetahuan lainnya adalah matematika bersifat abstraksi dari dunia nyata, menggunakan bahasa simbol, dan menganut pola pikir yang deduktif.

Sifat dan karakteristik dari matematika sendiri terdiri dari objek matematika yang abstrak, memiliki bahasa simbol yang kosong yang memiliki artian bertumpu pada kesepakatan, pola pikir deduktif, konsisten dalam sistemnya yang memperhatikan semesta pembicaraannya. Keberadaan simbol memiliki peluang sangat besar kepada matematika untuk digunakan dalam berbagai ilmu di kehidupany nyata. Tahap dari Mempelajari ilmu matematika adalah bagian dari mempelajari agama, karenanya agama telah lama memperintahkannya. Islam sedari dulu memerintahkan umat-Nya untuk mencari tahu dan menelaah apa yang ada pada alam semesta dalam artian manfaat mempelajari itu semua agar selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT demi tercapainya kehidupan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Abdusysyakir berpendapat bahwa, sesungguhnya matematika adalah ilmu yang memiliki kaitan sangat erat dengan tradisi spritual umat islam. matematika sangat akrab dengan al-Qur’an, serta matematika juga dapat dijadikan sebagai “jalan” menuju pencapaian manfaat dari kebahagiaan yang dicari yaitu kebahagiaan dunia maupun akhirat.

Jenis hubungan yang telah dibangun oleh matematika adalah kebenaran dari matematika yang bersifat tautologis artinya ialah memiliki kebenaran yang tertutup tanpa berkorelasi dengan kesadaran subjeknya ataupun fenomena-fenomena dari alam semesta. Kemudian hubungan matematika bersifat rasional, berkorelasi dengan kesadaran subjek ataupun fenomena-fenomena alam raya.

Sayyed Hossein Nasr berpendapat bahwa:  setiap ilmu pengetahuan pada peradaban islam terkhusus pada ilmu sains yaitu ajaran Islam mengungkapkan posisi istimewa matematika dalam tradisi islam itu sendiri. Terlihat pada bukti sejarah peradaban yang pernah dipelajarin yakni tentang arsitektur islam yang sangat geometris, seni ukir kerajinan tangan, seni plastik serta audisi khususnya dibidang puisi, syair dan musik, memperagakan cintanya kepada simbol dari bilangan dan bidang aritmatika, seni penggunaan bahasa Arab yang menggambaran bahasa Aljabar.

Menurut Sayyed Hossein Nasr, simbol bilangan dan geometri berkaitan dengan hakikat dari ajaran islam, yakni ahli ilmu tentang Kesatuan Tuhan (Tauhid). Allah adalah Tunggal, terbuktinya hal ini dari hakikat atau esensi satu dalam seni bilangan yaitu simbol yang paling langsung dan masuk akal dari sumber Tuhan satu.

Tingkat kesadaran subjek berkorelasi dengan realitas objek karena memiliki kesadaran sifat intensional serta realitas, bersifat menampakan diri serta terarah dan terbuka kepada objek. Tidak ada objek tanpa objek begitu juga sebaliknya tidak ada subjek tanpa subjek semuanya saling melengkapi dan saling berkaitan. Dengan demikian, fenomenalogi matematika merupakan sebuah tinjauan terhadap korelasi manusia sebagai subjek dan prinsip-prinsip dari matematika adalah objeknya.

Sains, Matematika dan Tauhid 

Matematika merupakan buah dari pemikiran serta penalaran umat manusia yang terfokus pada logika dan daya cipta. Beberapa ilmuawan asing membedakan antara sains dan matematika, dimana matematika berkembang dari anggapan awal yang disusun dengan tidak dipersoalkan lagi kebenarannya. Hal utama dari matematika adalah pengenalan serta pemahaman pola-pola keteraturan dan hubungan-hubungan antara berbagai sifat melalui penyedehanaan dari suatu permasalahan menjadi inti atau jawaban yang paling mendasar.

Sudah dikatakan bahwa matematika memiliki tempat/posisi unik dalam berfikir sains. Seyyed Hosseins Nasr (1976:75) berpendapat bahwa setiap ilmu pengetahuan tangan pertama peradaban islam dan terkhusus pada perkembangan sains islam mengungkapkan sedikit keistimewaan posisi dari metematika dalam tradisi islam. Hal ini telah dibuktikan dari tipe arsitektur islam. Cinta kepada matematika menurut Nasr, berhubungan langsung pada esensi dari ajaran islam, yaitu doktrin Tauhid (Keesaan Tuhan). Tuhan bersifat Tunggal, karenanya bilangan satu merupakan seri dari bilangan yang paling masuk akal.

Sains juga tidak lebih dari ilmu atau sebuah produk yang dihasilkan manusia. Sebagai karya dari manusia, sains bisa dirasakan secara nyata melalui indra manusia. Sains membawa tata nilai yang berharga bagi manusia, sehingga sains secara islami keseluruhan memiliki gagasan yang mendasar dan merupakan perwujudan dari prinsip tauhid yang bersumber dari wahyu Tuhan. Sains yang didasarkan pada nilai-nilai islam merupakan suatu pandangan sains islam. Sains islam punya pandangan berupa pandangan dunia dalam bentuk metafisika atau sebuah asumsi berkaitan dengan filosofis islami begitu dengan sebaliknya pandangan sains modren ialah pandangan yang mengabaikan bahkan menyangkal aspek metafisika, spiritual dan ensitas jagat raya.

Sains dan matematika selalu berkaitan dalam upaya menemukan sebuah pengetahuan baru yang benar adanya. Keduanya saling bergerak dalam kegiatan menemukan pola-pola keteraturan serta keterkaitan dengan hubungan-hubungan antara berbagai pola keteraturan. Sains bekerja dan melakukan serangkaian percobaan dalam kegiatan berfikir serta nalar, sedangkan matematika bertindak dan melakukannya melalui kegiatan otak.(***)

IDENTITAS PENULIS
Nama: Nurul Khofifah
Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU)
Jurusan: Pendidikan Matematika
Fakultas: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Peserta KKN-DR Kelompok 20

Komentar

Berita Terkini