Oleh: Obor Panjaitan
Tujuh "dewa" dari lingkaran elit Pertamina dan swasta sudah diciduk sebagai tersangka. Mereka adalah:
- Riva Siahaan, bos besar Patra Niaga
- Sani Dinar Saifuddin, Direktur Optimasi Feedstock & Produk PT Kilang Pertamina Internasional (KPI)
- Yoki Firnandi, nakhoda PT Pertamina Internasional Shipping
- Agus Purwono, Vice President Feedstock Management PT KPI
- M Kerry Riza, Komisaris PT Navigator Khatulistiwa
- Dimas Werhaspati, aktor dari PT Jenggala Maritim
- Gading Ramadan Joede, Direktur Utama PT Orbit Terminal MerakModus Kotor: Minyak Dimanipulasi, Rakyat Dibodohi!
Para tersangka ini tak main-main. Mereka merancang skema licik demi menggemukkan kantong pribadi: produksi minyak lokal sengaja dipotong, impor minyak mentah digenjot, harga pengiriman dimarkup, dan—yang paling parah—BBM RON 90 dioplos jadi Pertamax RON 92, lalu dijual mahal ke rakyat. Hasilnya? Kendaraan rakyat rusak, udara makin kotor, dan duit negara menguap sia-sia.
Rakyat Menderita, Elit Bersorak
Bayangkan, di tengah harga kebutuhan pokok yang kian mencekik, rakyat masih harus berhadapan dengan BBM "aspal" yang merusak mesin kendaraan. Sopir ojek pangkalan di Jakarta, misalnya, mengeluh motornya sering mogok karena kualitas BBM tak jelas. "Kami cari makan susah, eh malah ditipu sama yang katanya BUMN kebanggaan," keluh Amin, salah satu sopir. Sementara itu, para elit diduga asyik berpesta pora dengan laba haram dari skema impor dan oplosan ini.
Benang Kusut Pertamina: Siapa Dalang Sebenarnya?
Sumber internal yang enggan disebut namanya menyebut, skandal ini hanyalah puncak gunung es. Ada dugaan jaringan yang lebih besar, melibatkan oknum pejabat tinggi di luar Pertamina yang ikut mengatur "panggung" korupsi ini. Jika benar, pertanyaan besar menggantung: sampai mana Kejaksaan Agung berani membongkar? Publik pun mulai curiga, jangan-jangan kasus ini cuma jadi alat politik untuk menutupi skandal lain yang lebih gelap.
Bom Ekonomi Mengintai: Siapa yang Bayar Utangnya?
Skandal sebesar ini bukan cuma soal angka, tapi bom waktu yang siap meledak di muka perekonomian nasional. Kejaksaan Agung bersumpah mengusut hingga ke akar-akarnya. Tapi, bisik-bisik di masyarakat makin kencang: akankah para "raja minyak" ini benar-benar dijerat, atau sekadar jadi sandiwara hukum seperti kasus-kasus sebelumnya?
Kondisi
Rakyat menjerit, elit tertawa. Sampai kapan kita jadi penutup mata skandal para penguasa? Kebenaran menanti, atau hanya harapan kosong yang kembali dikubur? (Redaksi)