|

Campur Tangan Asing Jadi Pengawas di IKN, Ketum Asprindo: Kita Inferiority Kompleks ?

Obor Keadilan | Jakarta | Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo) H. Jose Rizal mengatakan penggunaan pengawas asing di IKN (Ibu Kota Nusantara red), jika benar dilakukan, menunjukkan bahwa sebagai bangsa yang sudah hampir 78 tahun merdeka, kita masih saja mengidap inferiority complex. 

"Apa karena kelamaan kita dijajah, ya? Segala sesuatu yang berasal dari barat selalu dianggap lebih unggul. Padahal apa sih kurangnya SDM kita?" 

Menurut Jose, keliru kalau kita masih saja rendah diri dan menganggap bule lebih hebat. "Tidak usah jauh-jauh. Gubernur Jawa Barat, pak Ridwal Kamil bukankah arsitek yang hebat? Berapa penghargaan internasional yang diterima Kang Emil di dunia arsitektur, dan berapa banyak karyanya digunakan negara lain?"

Menurut Jose, di bidang konstruksi, SDM bangsa Indonesia mampu mengerjakan berbagai hal. Termasuk dalam hal pengawasan. Ikon-ikon bangunan di negara kita, sejak Indonesia merdeka sudah dikerjakan oleh bangsa Indonesia sendiri. Sebut saja Monas dan Masjid Istiqlal. Lalu, temuan pondasi cakar ayam, yang diterapkan di banyak konstruksi, termasuk di negara lain. Lalu, kenapa sekarang untuk membangun IKN kita harus mengimpor bule-bule?

"Itu merendahkan kemampuan bangsa sendiri," tegas Jose Rizal, Sabtu (17/6/23).

Lanjut Jose, SDM terbaik Indonesia yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ternama di negeri ini telah banyak berkiprah di negara luar.

Untuk itu Jose berharap Presiden memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada tenaga kerja Indonesia untuk menjadi pengawas di IKN.

Bahkan sebagai pengusaha yang berlatar belakang Bumiputera, Jose menyanggupi mampu menyiapkan pengawas yang memiliki kualifikasi internasional.

"Asprindo mampu menyiapkan pengawas-pengawas yang kualifikasinya seperti pengawas impor itu," jelasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengaku terpaksa harus menggunakan orang asing atau bule untuk mengawasi kualitas proyek di Ibu Kota Nusantara (IKN). 

Hal itu karena kualitas sumber daya manusia (SDM) lokal dianggap belum mumpuni.

"Kualitas pekerjaan itu menjadi kunci. Oleh karena itu, saya sudah lapor Pak Presiden, pengawas itu kita dengan terpaksa, dengan segala hormat, kita pakai bule-bule untuk menjaga kualitas. Supaya jangan nanti Istana Presiden itu jadi, tapi kualitasnya tidak bagus," kata Luhut di Jakarta, Jum'at (9/6/23).

(Red)

Komentar

Berita Terkini