|

Buntut Dualisme DPP GMNI Hasil Kongres Ambon; Kader GMNI Jakarta Pusat Menyegel Wisma Tri Sakti Jakarta

Keterangan foto: Wisma Trisakti, Sekretariat GMNI.

OBORKEADILAN.COM | JAKARTA | Kongres Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) ke-21 yang dilaksanakan di kota Ambon dan dibuka secara resmi pada 28 November telah usai. Namun dalam prosesnya terjadi dinamika yang melahirkan dua kepemipinan Nasional di tubuh GMNI.

Dikutip dari berbagai sumber media nasional dan lokal, dinamika-dinamika yg terjadi begitu kompleks menimbulkan kubu yg dimotori oleh ketum dan sekjen serta tujuh pengurus DPP berujung pemindahan lokasi kongres di Gedung Kristen Center ke Hotel Amaris.

Sementera Ketua Badan Pekerja Kongres dan Pengurus DPP lainnya tetap menyelengarakan Kongres di gedung Kristen Center dengan puluhan peserta yang bertahan. Kedua forum kongres dengan dua tempat berbeda ini menghasilkan dua kepemimpinan dari proses tersebut.

Agenda yang bertempat di Hotel Amaris, menetapkan Bung Arjuna dan Bung Dendy sebagai Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal. Sementera agenda di Gedung Kristen Center menetapkan Bung Imanuel Cahyadi sebagai Ketua Umum dan Soejahri Somar sebagai Sekretaris Jenderal.

Polemik yang terjadi dalam proses Kongres GMNI XXI di kota Ambon membuat geram kader GmnI Cabang Jakarta Pusat di Jakarta. Mereka pun akhirnya menyegel Wisma Trisakti yang merupakan sekretariat Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GMNI di Jl. Johar Baru II No 13-Jakarta Pusat, dengan menggembok gerbang dan membentangkan spanduk di pagar yang bertuliskan "Wisma Trisakti Disegel oleh Kader GMNI Jak-Pus sampai Ada Persatuan".

Menurut salah satu kader GMNI Jak-Pus Bung Deniao Umbo ketika dimintai keterangan via telepon seluler menjelaskan bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah bentuk ekspresi kekecewaan atas ketidaktuntasan para pengurus DPP dalam menjalankan roda organisasi, sehingga membuat organisasi terbelah menjadi dualisme kepengurusan.

"GMNI adalah Organisasi Kader dan organisasi perjuangan yang berlandaskan pada pemikiran dan ajaran Sukarno. Kita semua tahu bahwa Sukarno adalah sosok yang menggandrungi persatuan, lantas bagaimana kita dapat menyebut diri kita ini para 'kawah candradimuka-nya' kaum Nasionalis-Soekarnois, tetapi kita kontra terhadap persatuan sebagaimana yang selalu digaungkan oleh Bung Karno sendiri.
Karena terjadi dua kepemimpinan DPP dan sampai hari ini, masih terus saling klaim dan saling serang via media online, maka atas kesepakatan kami kader GMNI Jak-Pus, Wisma Tri Sakti sebagai Sekretariat DPP GMNI kami segel sampai adanya Persatuan antara kedua kubu DPP GMNI. Kita kader-kader GMNI Jakarta Pusat tidak ingin perpecahan itu dibawah sampai di wilayah Jak-Pus, sehingga tempat ini Kami segel demi marwah organisasi".
Ungkap Deniao Umbo Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Karno.

Sementera itu, kader Jak-Pus lainnya, saudara Yakobus Ohoiulun ketika ditemui mengungkapkan harapannya dan mengimbau kepada seluruh kader yang berada pada dua kubu agar secepatnya bersatu.

"Akan adanya dualisme kepemimpinan di Dewan Pimpinan Pusat dan struktur di bawahnya, sehingga kondisi itu akan mengakibatkan seluruh kader termasuk saya menjadi korban dan kebingungan karena ada dualisme kepengurusan. Maka, harus ada kader-kader GmnI yang begerak secara sadar untuk melakukan proses rekonsiliasi dan persatuan terhadap dua kubu tersebut". Ungkap Ohoiulun.

Lanjutnya, "Memang proses ini bukan hal yang mudah tetapi harus ada yang berani memulai hal tersebut. Keadaan seperti ini tidak mungkin kita biarkan, karena kesolidan organisasi menjadi salah satu bagian terpenting di dalam menjalankan organisasi guna terciptanya sinergisitas dan harmonisasi gerak dalam perjuangan dan kaderisasi". Ungkap Yakobus Ohoiulun yang merupakan mahasiswa UNIKA ATMAJAYA Jakarta.(*)

Editor : Redaktur 
Penanggung Jawab Berita : Obor Panjaitan 
Komentar

Berita Terkini