|

Nilai Spiritual Dalam Mitologi Pancasila


MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN 

Bangsa Indonesia jangan sekali-kali melupakan sejarah dan harus memahami kembali warisan nilai-nilai luhur batin asli nenek moyang bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Yakni jiwa luhur dan budi pakerti luhur, yang sudah terkristalisasi menjadi Pancasila yang sila-silanya termuat dalam Pembukaan UUD 1945 alenia ke 4, sebagai dasar dan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dengan sesungguhnya benar benar merupakan 5 (lima) inti etika dasar moral sejati kemanusiaan dalam satu kesatuan etis guna membentuk karakter jatidiri kemanusiaan bangsa Indonesia seutuhnya. Dengan sesungguhnya bisa dikata kesejatian sila-sila dalam Pancasila, merupakan derivatif dari ajaran Sang Hyang Kalimasada pandulu dan sabda pangandikan bersumber dari 5 (lima) Sang Mustika Danyang Jagad / Penghuni Jagad Alam Semesta ( Sang Hyang Ismayajati, Sang Hyang Manik Maya, Sang Hyang Gurujati, Sang Hyang Among Raga dan Sang Badranaya ).

Sang Hyang Kalimasada telah menjelma menjadi Sang Hyang Pancasila, juga sebagai Sang Pandulu dan Sabda Pangandikan ( penuntun dan kesantunan komunikasi dalam berkehidupan sosial ) bagi seluruh bangsa Indonesia, bahkan akan mendunia. Pancasila benar-benar memiliki Ruh berdaya rasa cipta karsa holistik humanistik, serta ada Sang Hyang Ruhnya (Sang Hyang Pancasila/Sang Hyang Kalimasada).

Sebagai pemegang legitimasi original sistem software spiritual untuk diinstall atau download, kedalam sistem kedirian manusia. Melalui ritus spiritual humanika / jatidiri kemanusiaan agar daya rasa kemurnian kesejatian Pancasila teraktivasi dan berkembang menjadi karakter kepribadian jatidiri setiap manusia. Sang Hyang Pancasila / Sang Hyang Kalimasada atau para Sang Hyang Mustikanya, Danyang Jagad tersebut benar-benar ada dan abadi. Serta bisa dilacak melalui kedalaman ritus sistem spiritual humanika/kesejatian kemanusiaan, yang sejak jaman purwa kawitan telah membentuk kemurnian karakter keluhuran jiwa Nenek Moyang Nusantara / Indonesia yang asli. Oleh karenanya dalam mengembangkan sistem spiritual humanika / jatidiri kemanusiaan, serta berbagai varian derivatif spiritual budaya nasional, bagi bangsa Indonesia password / sesandi nama Sang Hyang Pancasila/ Sang Hyang Kalimasada harus diakses. Hal ini sangat penting berkaitan dengan Ketahanan Budaya Nasional Jatidiri Bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

Mitologi Sila Sila Dalam Pancasila :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa;

Merupakan unsur karakter kesejatian yang berdaya rasa kesucian, bagi manusia bisa merupakan daya rasa kekosongan/kenetralan/kesucian yang berfungsi. Agar manusia bisa memuat berbagai daya rasa apapun, yang telah berada dalam sistem kediriannya. Sehingga diperoleh rasa kedamaian, ketentraman, ketulusan dengan apa adanya.

Serta melahirkan etika moral kesopanan kesantunan yang lembah manah dan narima ing pandum (tidak serakah) sesuai dengan kreativitasnya. Manusia telah meyakini ruh kesucian tersebut, merupakan ruh esensial berasal dari Sang Maha Suci Alam Semesta / Tuhan yang Maha Esa yang telah mendasari seluruh keberadaan alam perujudan ( Kosong & Isi / Tiada & Ada ).

Dalam upaya aktivasi agar spektrum esensi ruh tersebut senantiasa mengembang dan menggebyar kedalam kedirian, maka setiap pribadi manusia Indonesia diberi kebebasan menggunakan berbagai sistem spiritual yang dikehendakinya.

Berdasarkan mitologi ajaran purwa kawitan “Sang Hyang Ismayajati” adalah Mustikanya Penghuni/Danyang Jagad, sebagai pemegang legitimasi sistem kendali dan transformasi terhadap esensi ruh kesucian keseluruh tatanan kehidupan alam semesta, yang dalam perkembangannya telah melahirkan berbagai ajaran sistem spiritual/keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diseluruh penjuru dunia, yang diadabtasikan sesuai situasi kondisi kehidupan sosial pada setiap alam jaman.

Sistem spiritual keyakinan dalam kehidupan sosial tidak boleh monopolis dan stagnan, akan tetapi harus universal serta mendinamisir untuk menyehatkan, mencerdaskan, mensejahterakan dan mendamaikan dalam hidup dan berkehidupan sesama hidup penghuni alam semesta.

2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab;

Merupakan unsur karakter kesejatian berdaya rasa cipta karsa, berwawasan konprenhensip holistik humanistik, yang senantiasa beradabtasi berbasis Sang Maha Suci / Tuhan Yang Maha Esa.

Bila diaktivasikan akan memberikan daya rasa cipta karsa kecerdasan yang akan melahirkan berbagai kreativitas, untuk berkarya dengan lebih mengutamakan agar memperoleh kebahagiaan kreatif dibanding kebahagian konsumtif.

Sehingga melahirkan etika moral welas asih / cinta kasih, serta kesemangatan dalam kebersamaan hidup (gotong royong) penuh toleransi untuk menjaga ketertiban kedamaian yang berkeadilan.

Dalam mitologi purwa kawitan sebagai pemegang sistem kendali dan transformasi terhadap esensi ruh tersebut adalah Sang Hyang Manikmaya.

Dengan wawasan kesemesta alam / menggelar jagad serta mendalangkan seluruh lakon berbagai penciptaan.

Agar jagad senantiasa mengembang, serta dipenuhi berbagai kreativitas dan aktivitas kehidupan pada seluruh dimensi kehidupan sosial secara adil dan merata. Bila manusia dalam spiritual humanika melalui tatanan gurujatinya, memori hidupnya bisa mendapat sinergitasnya secara langsung.

Boleh jadi manusia tersebut akan mencapai optimalisasi kecerdasan akal budi pekerti, serta sangat bermanfaat dalam upaya mencerdasan kehidupan bangsa.

Bila dikaitkan ilmu pengetahuan sosial atau teknologi yang telah ada, akan memberikan daya ungkit yang signifikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang super kreatif dan inovatif.

3. Persatuan Indonesia;

Merupakan unsur karakter kesejatian yang berdaya rasa integralistis komprenhensip, berbasis rasa sejati kemanusian yang holistik humanistik (Kemanusiaan yang adil dan beradab) yang senantiasa berkecenderungan bersosialisasi, agar saling kenal mengenal untuk bersinergis dengan ikatan tali persatuan dalam kesatuan ( Bhinneka Tunggal Ika ).

Persaudaraan yang kokoh saling kait mengait dalam jalinan tatanan kehidupan sosial masyarakat agung, dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harmonis.

Dalam mitologi purwa kawitan sebagai pemegang sistem kendali dan transformasi terhadap esensi ruh tersebut adalah Sang Hyang Gurujati, dalam sistem kediriannya memuat rasa keinginan seluruh makhluk hidup semesta alam dalam rasa satu kesatuan yang etis.

Daya rasa kesatuan keinginan seluruh makhluk hidup oleh manusia sangat dibutuhkan untuk terjaganya keseimbangan ekosistem kehidupan. Demi kesejahteraan, kedamaian dan keadilan sosial bagi manusia itu sendiri. Ruh yang telah berdaya rasa kesatuan yang etis dari Sang Gurujati, sangat diperlukan untuk tercerap dalam karakter jiwa setiap pribadi manusia Indonesia, dalam upaya memperkokoh rasa kesatuan dan persatuan bangsa.

4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Dan Perwakilan;

Merupakan unsur karakter kesejatian berdaya rasa pamomong, pengayom, pemimpin demi tetap terjaganya persatuan dalam kesatuan yang etis ( Persatuan Indonesia ).

Untuk selalu mengakomodasikan keseluruhan kepentingan hidup dalam berkehidupan sosial, dengan lebih mengutamakan kepentingan umum/nasional dibanding kepentingan pribadi atau golongan.

Dalam mitologi purwa kawitan sebagai pemegang sistem kendali dan transformasi terhadap esensi ruh tersebut adalah Sang Hyang Among Raga, selaku pemegang legitimasi penjaga / pemelihara / pamomong terhadap perujudan alam semesta beserta penghuninya demi untuk pertumbuhan, ketertiban, kesejahteraan, kedamaian dan kelestariannya.

Manusia Indonesia harus memiliki unsur karakter tersebut demi eksistensinya bagi dirinya sendiri, berkeluarga, bermasyarakat atau apapun yang telah menjadi tanggung jawab amanat yang diembannya dengan penuh rasa hikmah dan kebijaksanaan.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia;

Merupakan unsur karakter berdaya rasa idealisme disertai perjuangan lahir dan batin, dalam upaya mewujudkan kesejahteraan sosial yang adil dan makmur.

Pada setiap berkehidupan dengan didasari budi pakerti luhur, hingga merata dan dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Dalam mitologi purwa kawitan sebagai pemegang sistem kendali dan transformasi terhadap esensi ruh tersebut adalah Sang Badranaya, Sang Idealis dan Sang Pejuang agar bumi ini tetap langgeng.

Bagi manusia untuk beranak pinak serta mengembangkan evolusi kecerdasan sosial guna meraih kebahagian lahiriah, batiniah yang berkeadilan sosial.

Manusia Indonesia harus memiliki karakter idealis disertai daya juang lahir dan batin untuk meraih kesejahteraan sosial dan peduli terhadap kebersamaan hidup dan kegotong royongan demi terwujudnya rasa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan mitologi tersebut diatas bisa dikatakan Pancasila telah memiliki mitologi yang sangat kokoh dan mendasar.

Hingga bertumpu pada inti sari jagad alam semesta (inti sari bawana langgeng) sebagai Sang Causa Prima. Mitologi sila-sila dalam Pancasila merupakan paradogma holistis, sebagai pentas psikologis bagi setiap manusia Indonesia.

Sebagai tempat untuk memelihara dogmatika, yang dilandasi sebagai prinsip dasar aksiomatika dan keabsahan kadar kebenarannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Guna melahirkan berbagai rumusan etika keperilakuan berkehidupan sosial.

Sekaligus sebagai landasan ontologi dan epistemologi guna mengembangkan spiritual humanika Pancasila dan ilmu humanika Pancasila, untuk mewujudkan tatanan dunia baru menuju tegaknya tatanan berwawasan gotong royong dalam berkehidupan masyarakat agung yang saling mensejahterakan, mendamaikan serta berkeadilan sosial universal.

BUTIR-BUTIR PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA

Lima asas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan, sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila.

Butir-butir Pancasila ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa.

I. SILA PERTAMA : KETUHANAN YANG MAHA ESA

1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

2. Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama & penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

3. Saling hormat-menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

II. SILA KEDUA : KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.

2. Saling mencintai sesama manusia.

3.Mengembangkan sikap tenggang rasa.

4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.

5. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

7. Berani membela kebenaran dan keadilan.

8. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu kembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

III. SILA KETIGA : PERSATUAN INDONESIA

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.

4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan bertanah Air Indonesia.

5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.

 IV. SILA KEEMPAT : KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

1.Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.

2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.

5. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.

6. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

V. SILA KELIMA : KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA

1.Mengembangkan perbuatan  luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.

2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.

7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.

10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.

12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Penulis : NASARUDIN pasukan pengamanan presiden.putra terbaik dari kempo Dompu NTB.

🇲🇨🇲🇨🇲🇨🙏🏻🤝🙏🏻🇲🇨🇲🇨🇮🇩

DIRGAHAYU PANCASILA 1 JUNI 1945-2019

MEDIA NASIONAL OBOR KEADILAN 
Komentar

Berita Terkini