|

TARSISIUS SYUKUR “SOSIAL CARITATIVE” DAN YAYASAN RUPHING FLORES

Ket Gambar : Direktur Yayasan Rupingh ketika menyerahkan dokumen Hibah Pembangunan Gedung sekolah SDN Jengok kepada Bupati Manggarai Timur.(Foto : Team YPF/Andre).

BORONG NTT | Media Nasional  Oborkeadilan.com - Rabu (13/06),  Penampilannya sederhana, Low profile, Gampang diajak bicara, Tutur katanya teratur penuh daya pesonanya. Setiap orang yang mengenalnya pasti berkesimpulan  yang sama : orang ini rendah hati, suka menolong.

Berjabat tangan perkenalan dengan orang selalu sedikit tunduk tanda hormat.
Mungkin karena latar belakangnya sebagai  anak orang kampung, keluarga sederhana sehingga  kebiasaan sopan santun sudah menjadi bagian dari kehidupannya.

Dialah Tarsisius Sjukur, seorang Anchila caritative serta aktivis sosial karitatif, yang  saat ini maju sebagai calon Bupati  Manggarai Timur (2018-2023). dengan tag Line PAKET TABIR .

Petualangan melayani orang kecil di desa-desa sudah ia jalani sejak tahun 1999 hingga kini. Meski pernah jadi anggota DPRD Manggarai Timur, Tarsi tidak lupa akan orang-orang desa terpencil. Bersama Yayasan Rupingh Flores, Tarsi terus berkibar  membantu orang-orang  kecil itu. Terutama persediaan fasilitas pelayanan umum seperti  sekolah, asrama, air minum bersih, gereja, pustu, puskesmas dan beberapa sarana  lainnya.

Mengapa Tarsi, demikian sapaannya, begitu solid melayani orang kecil?

Jawabanya pendek, "Saya  memberi dari apa yang saya mampu”, ucapnya, Dan, bagi saya nilai luhur sebuah pelayanan terletak pada keikhlasan hati. “Keikhlasan memberi apa yang sangat mereka butuhkan, Melayani penuh cinta, Memberi dari keterbatasan kita."ujarnya.

Demikianlah  filosofi hidup yang beraras dalam ziarah hidupnya selama ini.
Kiprahnya di bidang sosial karitatif  telah mengantarnya menerima penghargaan  sebagai  THE BEST ACHIEVEMENT FOR HIGHER DEDICATION IN PUBLIC SERVICES AWARD 2012.

Bagaimana ceritanya sampai Anda  berkiprah di Yayasan Rupingh Flores?
Ceritanya panjang, Saya coba singkatkan saja, Yang penting alurnya bisa diterima.

Tarsi berkisah, Selepas  SMIP Maumere, saya langsung bekerja sebagai guide atau pemandu wisata pada Limbunan Tours and  Travel sejak tahun 1990. Sengaja saya memilih SMIP karena merasa cocok dengan kemampuan saya di bidang bahasa Inggris.  Dan, itu saya buktikan setelah tamat langsung dapat kerja. Cukup lama saya bergelut dengan dunia guide.

Dunia guide pula  mengantar saya  mendapat  kesempatan studi di  Netherlands Course  tahun 1996-1997.( Belanda ). Apakah setelah belajar di Belanda langsung tangani yayasan?
Selepas pendidikan di Belanda saya  kembali ke Manggarai.

“Perinsip saya waktu itu, saya boleh belajar di Belanda, tetapi pijakan mengaktualisasi pengetahuan itu harus di aplikasikan di Manggarai”, terangnya.

Saya pulang ke Manggarai dan tetap bekerja sebagai guide. Jadi  persisnya tahun berapa mulai urus yayasan satu tahun setelah belajar di Belanda?

Tepatnya, pada  tahun 1998/1999,
saya mulai dipercayakan sebagai Ketua Yayasan Rupingh Flores. Sebuah yayasan yang  bergerak di bidang sosial karitatif. Yayasan ini bermitra dengan Yayasan Rupingh di Belanda.

Sebenarnya yayasan yang saya pegang ini anak dari yayasan di Belanda. Berafiliasi ke sana. Apa saja kegiatan yayasan ini?

Ya, umumnya di bidang sosial. Melayani kebutuhan fasilitas bagi orang-orang kecil di desa-desa, Mengapa orang desa di kampung-kampung?

Ini substansi dari misi yang diemban yayasan kami. Kita sadari sarana yang dibangun yayasan ini cukup banyak membantu masyarakat, juga  membantu pemerintah daerah.

Aspek sosialnya melayani orang yang belum berkesempatan mendapat pelayanan fasilitas umum dari pemerintah akibat berbagai persoalan. Termasuk kekurangan dana sehingga alokasi anggaran belum dapat berjalan semestinya. Yayasan ini tangkap dari sudut itunya. Bukan pula mau menyaingi pemerintah, tetapi membantu pemerintah daerah juga. Yayasan ini membidik mereka yang belum berkesempatan mendapat pelayanan sarana dan prasarana yang memadai itu.

Konkretnya apa saja yang sudah dibuat?
Kalau mau hitung cukup banyak bahkan banyak sekali. Anda bisa bayangkan sejak tahun 1999 sampai sekarang. Sudah banyak yang saya bangun. Bangun sekolah, jalan raya, puskesmas, asrama SLB, asrama anak sekolah, air munim bersih dan lain-lain.

Pokoknya banyaklah dan tidak hanya di Manggarai Raya, saya juga bantu sesama warga di kabupaten lain di daratan Flores dan Lembata.

Bagi saya bukan banyaknya, tetapi kualitas yang kami berikan tepat sasaran. Menjawab i kebutuhan masyarakat.
Misalnya, bangun sekolah ya, tidak hanya gedungnya saja. Kita bangun gedung, perlengkapan kursi meja, WC, papan tulis dan ruang kantor juga fasilitas air bersihnya.

Demikian pun puskesmas, semua sarana yang berkaitan dengan pelayanan medis kita siapkan. Pendeknya, jika saya sudah tangani berarti siap pakai.

Biasanya berapa biaya yang dihabiskan untuk bangun sarana itu?. Pertama, saya harus katakan soal jumlah dana  sangat relatif. Tergantung kebutuhan.

Kedua, sebelum bantuan kita berikan ada survei, hitung semua kebutuhan lalu saya usulkan ke yayasan pusat di Belanda.

Ketiga, sebelum dikabulkan apa yang saya usulkan itu, tim dari Belanda datang lihat sendiri lokasi yang diusulkan itu. 

Mereka survei dan interview kelompok sasaran. Biasanya jika mereka sudah datang lihat itu berarti 90 persen pasti sukses.

Keempat, selesai kerja saya harus mempertanggungjawabkan seluruh operasional dana lalu tim dari Belanda datang lihat hasilnya.

Tujuannya mengklirkan antara anggaran dan produk pekerjaan yang dihasilkan. Ya, namanya kerja dengan orang Barat, sangat konsisten.

Jika bangun berkaitan sarana sekolah atau kesehatan, apakah diserahkan kepada pemerintah setempat?

Ya, ialah, tahun 2017 salah satu dari beberapa bangunan gedung sekolah plus perlengkapan yakni SDN jengok di borong sudah kami serahterimakan melalui naskah hibah ke Pemda kabupaten Manggarai Timur yang waktu itu di terima langsung oleh Bupati Matim Bpk.Yoseph Tote,

Sejauh ini apa ada yang gagal?
Sejak saya tangani belum pernah gagal.
Mengapa? Saya tidak pernah lakukan rekayasa. Saya utamakan obyektivitas, rasional dan hati nurani. Layani orang kecil harus lahir dari kedalaman nurani. Jadi jika saya sudah sampaikan kebutuhan berikut perhitungan kemungkinan biaya yayasan pusat pasti terima.

Selain mengusulkan bantuan bagi orang kecil, bagaimana Anda mempertanggung jawabkan  semua kegiatan di sini?

Pernah Mei-Agustus 2001 lalu saya kembali ke Belanda. Kegiatan selama di Belanda antara lain mempresentasekan aktivitas pelayanan sosial karitatif yang telah saya lakukan dan membangun komunikasi dengan  sejumlah donatur.

Alhasil para donatur memberi aplaus luar biasa. Sebab saya  tidak hanya membeberkan apa yang direncanakan, tetapi menjelaskan secara detail kegiatan-kegiatan sosial yang sudah dilaksanakan.

Termasuk di dalamnya harapan-harapan masyarakat kecil terhadap persediaan fasilitas-fasilitas sosial yang mengharapkan kontribusi dari yayasan   Rupingh ke depannya.

Apakah Anda mendapat keuntungan dari dana bantuan itu?. Maaf, saya tidak naif seperti itu. Bantuan yang diberikan dari yayasan pusat di Belanda utuh untuk sasaran bantuan.

Misalnya dana Rp 800.000.000 untuk bangun  ruang kelas, plafon, lantai pakai tehel, kursi meja, papan tulis, ruangan guru dan perlengkapannya.  Saya belanja seluruh item itu. Dan, biasanya usulan yang saya ajukan sesuai dengan hasil survei kebutuhannya.

Jadi saya tidak mendapat keuntungan dari bantuan itu. Saya bukan kontraktor. Saya pekerja sosial.  Filosofi Yayasan Rupingh Belanda yaitu terpanggil melakukan kebaikan bagi sesama agar mereka menikmati kebaikan itu.

Pekerja sosial misinya beda. Kalau sekadar cari uang, saya sudah sangat cukup dengan simpanan saya sebagai guide dan gaji selama menjadi anggota  DPRD Matim.

Saya tidak syok lah. Saya dapat gaji dari hak bulanan yang diberikan yayasan, bukan karena keuntungan kelola dari dana bantuan orang kecil itu. Saya tidak punya bakat mau cari untung dari kesederhaan orang kecil. 

Kepuasan batin saya bukan karena dapat untungnya, tetapi bantuan yang diberikan itu menjawabi kebutuhan mereka. Saya terpanggil untuk melakukan kebaikan bagi sesama yang membutuhkan.

Apa yang menarik sehingga Anda begitu komit untuk bantu orang kecil di desa?
Jika memakai pesan Injil, apa yang diberikan tangan kanan tidak boleh diketahui tangan kiri. Tetapi saya kira pertanyaan ini menyangkut motivasi.

Sebagai  motivasi saya harus jelaskan agar bisa diketahui secara komprehensif misi yang diemban yayasan ini. Salah satu misi yayasan adalah kegiatan sosial karitatif bagi sesama yang lain.
Sesama di sini utamanya masyarakat pedesaan yang masih terisolasi, berkekurangan. Lebih pada misi sosial pelayanan kemasyarakatan.

Kita kembali ke inti pertanyaan tadi. Bagi saya yang paling menarik dan utama adalah melayani sesama. Apa yang saya mampu perjuangkan untuk orang kecil, saya perjuangkan. Jika apa yang mereka butuhkan dan terpenuhi, saya mengalami kepuasan batin.

Karena itu, jika saya sudah melihat, duduk dan berdialog dengan mereka, saya perjuangkan habis-habisan  supaya apa yang mereka inginkan itu bisa saya penuhi. Sebenarnya saya hanya jadi alat menyalurkan kebaikan Tuhan lewat donatur Belanda itu.

Tuhan menggerakkan hati mereka sehingga ketika saya perjuangkan bisa dikabulkan. Apa yang Anda rasakan ketika apa yang diharapkan orang-orang kecil itu bisa dilayani?

Kepuasan batin.

Selama ini banyak nada miring sekitar yayasan. Konon yayasan jual orang kecil ke luar negeri untuk dapat keuntungan. Tanggapan Anda? Ini persepsi yang keliru. Biasanya penilaian seperti itu datang dari orang yang tidak mengerti tentang kiprah lembaga sosial karitatif. 

Atau ada sentimen politik tertentu. 
Mungkin saja penilaian itu berkaitan dengan rencana saya mau maju sebagai bupati. Ya, terserahlah.

Bagi saya yang penting apa yang saya lakukan tulus murni untuk bantu sesama. 
Saya datang dari keluarga miskin, sederhana. Masa saya mau eksploitasi sesama saudara sendiri yang miskin, kerabat dan keluarga saya hanya mau cari keuntungan.

Sangat naif dan nista bila saya berlaku seperti yang dipersepsikan banyak kalangan itu. Apa yang saya perjuangkan  justru lahir dari keprihaatinan manausiawi.

Saya pernah merasakan hidup sangat susah, dan ketika berhadapan dengan mereka, hati saya tidak bisa tahan. Ada gejolak dari dalam, saya harus bantu mereka. Saya  manfaatkan potensi yang ada dalam diri saya, berkomunikasi dengan yayasan pusat di Belanda. Misi yayasan itu memang berorientasi bagi orang kecil dan sederhana, terutama menyiapkan sarana dan fasilitas yang mereka butuhkan.

Tidak benar saya jual orang miskin untuk kepentingan saya. Sekali lagi tidak benar...!!! Apa yang saya perjuangkan murni dari kedalaman nurani saya membantu sesama yang berkekurangan.

Saya selalu yakin bahwa yang menolong orang kecil dan sederhana itu bukan saya, tetapi Tuhan sendiri. Saya hanya jadi sarana yang Tuhan manfaatkan yang kebetulan saya bisa berbahasa asing dengan baik.

Saya bersyukur  lewat lembaga sosial ini saya  mengenal lebih dekat denyut nadi kebutuhan orang-orang kecil di kampung. 

Mereka  bagian dari hidup kita.
Anda menjalankan dua peran sebagai politisi dan pekerja sosial. Bagaimana tips mengkombinasikan dua peran itu?
Saya bukan tipe orang yang mau tenar. Saya tipe orang pekerja.

Bekerja tulus bagi banyak orang, bagi orang-orang kecil yang kurang mendapat perhatian. Saya lebih dikenal dalam kapasitas saya sebagai pekerja sosial karitatif itu. Memang belakangan ini orang mulai kenal saya karena menjadi anggota DPRD Manggarai Tmur.

Dua peran ini saya jalankan secara baik dan benar. Pada saat menjadi anggota Dewan saya menjalankan tugas. Pertama,  fungsi  legislasi berkaitan dengan  membuat dan menetapkan peraturan daerah (Perda). Baik perda kerja sama  dengan pemerintah atau Perda inisiatif DPRD.

Kedua, fungsi  anggaran, di mana DPRD berperan membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah  tentang  APBD yang diajukan oleh pemerintah.

Ketiga, fungsi pengawasan terhadap peraturan daerah dan pelaksanaan APBD.

Dalam peran itu saya memainkan aspek sosial karitatif. Ada roh dari kegiatan sosial yang coba saya tularkan dalam tugas lembaga.

Kombinasi itulah membuat saya bisa menjalankan secara baik dan benar tugas-tugas selama ini. Apa kegiatan sosial yang Anda lakukan mendapat aplaus dari lembaga terkait?

Sebenarnya misi yayasan kita bukan  supaya mendapat prestise tertentu.
Saya sendiri tidak pernah merindukan harus dapat penghargaan, tetapi mungkin ada lembaga-lembaga yang mengetahui kiprah lembaga saya. Yang terakhir saya mendapat penghargaan  sebagai  :

THE BEST ACHIEVEMENT FOR
HIGHER DEDICATION IN PUBLIC SERVICES AWARD 2012.

Kami ada  dua puluh orang dari seluruh wilayah Indonesia dari berbagai latar belakang profesi. Termasuk di dalamnya gubernur dan bupati. Prosesi penyerahanya berlangsung di Jakarta beberapa tahun  lalu.

Kita dengar Anda mau maju sebagai  bupati. Jika terpilih kelak, bagaimana dengan nasib yayasan Anda?

Tetap berkiprah dengan yayasan ini. Kalaupun yang Anda singgung itu nantinya   rakyat pilih saya ya, saya harus bisa aturlah. Yayasan Rupingh memiliki manajemen pengelolaan sehingga jika saya terpilih nanti, tentu lembaga ini tetap eksis.

Roh dari lembaga menjadi spirit dasar bagi saya untuk berkiprah ke depannya.
Apa rencana Anda ke depan?
Berbuat baik bagi sesama sesuai kapasitas yang saya miliki. Saya selalu yakin perbuatan baik yang lahir dari kesejatian hidup biasanya selalu memberi kepuasan bagi sesama.

Pesan Anda bagi sesama pekerja sosial?
Kerja harus punya spirit. Spirit harus lahir dari kedalaman nurani kita. Tidak sekadar berkiprah tanpa orientasi yang tulus.

Kita mesti berani kelola dan menempatkan disposisi batin kita sebagai sarana yang Tuhan manfaatkan untuk menolong sesama.
(LIN)

Editor : Redaktur
Penanggung Jawab Berita : Louis Mindjo
Komentar

Berita Terkini