|

H.JOKO SOEPARNO MENIKAHKAN PUTRINYA BERNAMA ANGGRAENI DWIPUTRI,DIHADIRI PARA RAJA SULTAN NUSANTARA

Foto : keluarga usai Acara Di malam Midodareni

Happy Weding Anggraeni & Dhendy

BEKASI| Media Nasional Obor Keadilan| Jumat 01-09-2017-Malam Midodareni Anggraeni dalam proses upacara pengantin Jawa terdapat satu proses dimana mempelai wanita menjadi sosok yang istimewa. Pada malam Midodareni ini Jalan cut Meutia , villa meutia Kirana  Blok B 1
Lokasi Villa Meutia Kirana Bekasi Timur.Calon Pengantin Perempuan akan diistimewakan di dalam kamar pengantin untuk menerima “wahyu kecantikan," dari Yang Maha Kuasa sehingga bisa secantik bidadari. Malam Midodareni ini biasa juga disebut malam pengarip-arip, satu malam menjelang hari pernikahan yang akan menjadi malam terakhir masa lajang bagi kedua calon mempelai.

Bapak H.Joko Soeparno menikahkan putrinya bernama Anggareni dwiputri,pelaksanaan malam Midodarine biasanya dilakukan malam hari setelah sebelumnya kedua mempelai melakukan upacara tantingan dan siraman, yakni upacara pemantapan dan pembersihan diri bagi kedua mempelai dalam menghadapi hari sakral, hari pernikahan.

Di beberapa tempat, malam midodareni ini juga dibarengi dengan prosesi acara nebus kembar mayang. Nebus kembar mayang merupakan ritual, dimana didalamnya terjadi peritiwa “jual beli” kembar mayang secara simbolis dan bersifat teaterikal.

Di malam Midodareni ini calon pengantin pria datang ke rumah calon pengantin wanita sekitar pukul 19.00 beserta keluarganya untuk pengakrapan dengan keluarga besar dari calon mempelai wanita beserta rekan-rekannya. Meski “sang pangeran” datang, kedua pasangan mempelai ini belum boleh bertemu.

Pada jaman dulu ketika calon mempelai pria datang di malam midodareni, ia akan mengenakan busana pangeran yakni berpakaian beskap lengkap dengan kalung korset dan keris, namun jaman sekarang biasanya hanya menggenakan pakaian jas yang rapi. Sedangkan calon pengantin wanita dimalam itu dipingit di dalam kamar dan hanya diperkenankan berbusana berwarna polos tanpa perhiasan apapun kecuali cincin kawin.

Dalam Penelusuran Media Nasional Obor Keadilan mencoba gali arti dari Midodareni ini :
mitos Jawa, Midodareni berasal dari legenda Jaka Tarub dan Nawangwulan. Kunjungan Sang Dewi untuk putrinya, Nawangsih yang hendak menikah."

Meski datang ke rumah calon istrinya, di malam midodareni ini calon pengantin pria tidak diperkenankan tidur di rumah mempelai putri. Tuan rumah biasanya telah menyediakan pondokan di tempat lain untuk istirahat calon pengantin pria. Pondokan yang disediakan biasanya juga tidak terlalu jauh dari tempat diselenggarakannya malam Midodareni, karena pada malam itu calon pengantin pria masih diperkenankan untuk bertemu dan berkenalan dengan keluarga besar calon mempelai wanita. Meski demikian, sekitar pukul 22.00 calon pengantin pria sudah harus kembali ke pondokan untuk mempersiapkan energi saat dilangsungkan berbagai acara keesokan harinya.

Prosesi ritual doa dan bancakan midodareni biasanya dilakukan pada tepat tengah malam atau sekitar pukul 24.00. Menurut kepercayaan, moment ini untuk menyambut datangnya wahyu yang akan turun menganugerahkan kepada kedua calon mempelai.

Pada malam midodareni keadaan harus cukup tenang dalam suasana khidmat. Ada harapan dan doa dalam malam menjelang akad nikah ini. Selain dalam ucapan, doa dan harapan tersebut disimbolkan dalam beberapa hidangan yang disajikan dan hiasan yang ada di rumah mempelai wanita. Ubo Rampe di malam midodareni ini biasanya terdiri dari sepasang Kembar Mayang yang dipajang di kamar pengantin wanita; sepasang periuk yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulaksebagai penutup; sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap serep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur; dan Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi. Selain itu terdapat hidangan berupa bancakan yang akan dimakan bersama setelah pukul 24.00.

Upacara Midodareni berakar dari cerita legenda Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulan. Dewi Nawangwulan adalah seorang bidadari dari khayangan yang memiliki anak seorang manusia. Dewi Nawangwulan berjanji akan turun ke bumi kelak jika anaknya yang bernama Dewi Nawangsih menikah. Dengan demikian, upacara Midodareni diambil dari cerita turunnya Dewi ( obor Panjaitan )
Komentar

Berita Terkini